Chereads / Glory Hunt / Chapter 22 - Part 22

Chapter 22 - Part 22

"Apa yang kau pikirkan? Melompat ke tengah-tengah pertarungan ketika kau sendiri tak tahu apakah alat itu bisa berguna atau tidak?! Mampu melindungimu atau tidak?! Di mana kau simpan otak usangmu itu! Aku.. AHHH!" Teriaknya frustasi, mengacak-acak rambut hingga berantakan sebelum kembali padaku, berjalan mendekat dan menunjuk dadaku dengan keras "Kau! Kau membuatku terkena serangan jantung! Seseorang yang hanyalah sebuah memori hilang terkena serangan jantung! Kau sadar itu tak masuk akal bukan?!" 

"Maaf, aku hanya khawatir Celine terluka jadi-

"Jadi apa! Melompat dan menggunakan badanmu sebagai perisai? Berhentilah menjadi sosok pahlawan kau manusia hipokrit! Ketika kau meninggalkan kota, kau sama sekali tak menolong mereka yang jelas-jelas membutuhkan pertolongan! Dan sekarang kau justru melindungi seseorang yang bahkan tak membutuhkan pertolongamu? Apa karena sekarang kau memiliki sesuatu yang dapat dirimu andalkan? Iya? Pecundang"

"Hey! Itu terlalu berlebihan Z" Ucapku geram.

"Berlebihan? Lalu yang dirimu lakukan tak berlebihan? Menyelamatkan seseorang yang hanya akan terluka dan tak menyelamatkan mereka yang jelas-jelas akan mati? Hmph! Sialan, aku malu memilikimu sebagai diriku yang lain" Balasnya ketus dengan sebuah seringai angkuh yang kali ini terasa benar-benar berbeda.

Dia tahu apa? "Kau pikir aku tak ingin menyelamatkan mereka? Kau pikir aku tak tersiksa setiap malam? Semenjak itu, aku terus dihantui oleh perasaan bersalah yang rasanya akan membuatku gila! Kepalaku serasa akan pecah! Aku tak dapat melakukan apa-apa karena aku bisa apa! Aku yang hanyalah orang biasa dan tak memiliki kemampuan itu bisa apa!! HAH!! Kau kira aku merasa nyaman dengan semua ini? Aku hanya berusaha terlihat baik! Seharusnya dirimu tahu apa yang telah terjadi dan mengerti karena kau adalah diriku sendiri.. "Kuhela napas panjang yang terasa seakan ikut menarik jiwaku keluar "Kau tahu? Lupakan saja. Aku minta maaf, takkan kuulangi lagi"

Z terdiam di tempat, memerhatikan sosok itu pergi menjauh dan baru saja disadarinya, dia tampak begitu kesepian dari belakang.

Di dunia luar, tubuh Zent dirawat dalam kamar mansion atas perintah Mr. Anderson yang tak ingin putrinya khawatir menemukan kabar bahwa Zent masuk dalam rumah sakit. Sebagai gantinya, ia memanggil dokter terbaik dalam kota yang telah sering mengobati keluarga raja untuk datang merawat Zent secara intensif agar dia dapat kembali segar secepat mungkin atau Luna kemungkinan akan menangis.

Untungnya, dokter mengatakan Zent tidaklah apa-apa, hanya kelelahan saja yang membuat sebuah pertanyaan muncul dalam kepala mereka. Bagaimana bisa seseorang yang memaksa menggunakan tenaga hingga habis untuk menggunakan perisai mana Tier 5 masih baik-baik saja? Bukannya mereka tak bersyukur, justru sebaliknya, mereka sangat bahagia mendengar itu. Tetapi, Mr. Anderson akhirnya memilih untuk tak terlalu memikirkannya, mengatakan mungkin ini adalah sebuah keajaiban bagi Zent yang kemudian disetujui oleh ketiga ksatria nya. Sang dokter pun memilih untuk mengiyakan dan memberi beberapa obat untuk tetap menjaga tubuh Zent hingga kembali ke kondisi optimal sebelum pamit mengundurkan diri.

"Tak hanya memiliki regenerasi tinggi, dia juga dapat lolos dari serangan balik menggunakan sihir Tier 5 tanpa mana. Orang biasa seharusnya telah kehilangan nyawa.. Dia benar-benar penuh akan misteri" Ucap Rayven sembari memerhatikan sosok yang kini terbaring diam di atas tempat tidur.

"Misteri yang penuh akan keajaiban!" Seru Rio penuh semangat "Regenerasi tubuh, selamat dari serangan mana! Aku mulai bertanya-tanya apakah dia adalah ras lain yang menyamar" Tukasnya penasaran.

Mr. Anderson menghela napas lega, lalu menoleh pada ketiga ksatrianya "Kalian beristirahatlah, kalian telah melalui hari yang panjang. Informasi mengenai golem tersebut kalian berikan esok hari saja, ini sudah terlalu larut dan Zent membutuhkan ketenangan agar dapat pulih kembali. Kalian tenang saja, kamar ini akan dikunci agar Luna tak masuk dan kalian juga jangan menampakkan diri, putriku hanya tahu kalian masih berada dalam perjalanan menuju hutan"

"Kalau begitu, kami akan pergi ketika matahari belum terbit agar dapat mencapai hutan dengan cepat. Setidaknya, kita takkan membahayakan nyawa Zent lagi dan Mr. Anderson tak perlu khawatir, kami bertiga masih dalam kondisi terbaik kami, dapat melaksanakan misi dengan segera" Tukas Rayven dengan tegas.

Mr. Anderson mengangguk, mohon pamit meninggalkan mereka bertiga yang kemudian menyusul, namun tanpa Celine. Celine ingin berada bersama Zent lebih lama lagi, mengatakan "Dia bisa saja terbangun, harus ada yang berada di sampingnya saat itu terjadi" Kedua sahabat mengerti dan mengucapkan selamat tinggal, meninggalkan Celine sendirian bersama Zent yang masih tertidur lelap dengan napas teratur, berhasil membuat Sang ksatria terpana menatapnya untuk sesaat sebelum kembali menyadarkan diri dan mengambil tempat duduk di samping kasur.

"Maafkan aku Zent, seharusnya akulah yang menjagamu dan bukan sebaliknya" Kata Celine dengan lembut, memangku wajah menggunakan tangan kiri sembari memerhatikan wajah Zent dari dekat. Sulit rasanya, menahan diri untuk tak membelai pipi tersebut "Aku.. Aku benar-benar khawatir kau kenapa-napa, padahal kau tak perlu melakukannya. Namun, kau tetap memilih untuk melindungiku tanpa keraguan. Terima kasih"

Mata Z melebar mendengarnya, mencuri-curi pandang ke arahku yang sekuat mungkin tak kubalas karena aku tahu senyuman khas miliknya akan muncul.

Tapi, tak kusangka akan mendengar Celine berterimakasih. Bukan karena dia ksatria yang dingin dan semacamnya, tapi lebih karena aku mengira dia tak menyukaiku. Apa mungkin yang dikatakan Z benar?

Ah tidak, dia hanya berterimakasih. Memangnya kau pikir dirimu siapa? Pantas menerima perasaan seseorang seperti Celine yang sudah bagaikan mimpi. Sadar dirilah Zent, itu tak akan terjadi.

Dapat kulihat dari ujung mata, Z tampak kesal, mencari-cari sesuatu untuk melempariku namun tak menemukan apa-apa sehingga hanya bisa mengepalkan tangan sembari melompat-lompat layaknya pasien rumah sakit jiwa.

Lagipula, kenapa dia yang begitu semangat dengan ini? Aku saja tak begitu peduli.. Benarkah aku tak peduli? Atau seperti kata Z, aku hanya seorang pecundang yang takut. Mungkin saja dia benar. Aku bukanlah siapa-siapa ketimbang Celine yang adalah seorang ksatria terpandang di sini. Tak pantas bagi seseorang seperti itu bersama diriku yang hanyalah laki-laki biasa.

"Namun, bolehkah aku menanyakan satu hal?" Celine makin mendekat, memelankan suaranya hingga hampir seperti sebuah bisikan "Mengapa kau menggunakan topeng?"

Apa? Bagaimana..

"Pertama kali aku menemuimu, aku sama sekali tak memiliki niat untuk mengarahkan pedang padamu, tetapi, begitu kau membuka mata, sosok asli yang tadinya kuperhatikan, seketika tergantikan oleh seorang peniru, sosok yang membuatku mengira kau adalah orang licik berhati busuk. Namun, setelah menghabiskan waktu bersamamu, meskipun hanya sebentar saja, aku merasa kau bukanlah seseorang yang seperti itu, melainkan seseorang yang penuh akan kasih sayang serta kehangatan. Tetapi, topeng yang kau kenakan, berusaha menyembunyikan tiap perasaan tersebut di balik sebuah senyuman palsu penuh rasa sakit. Aku tahu kau tak mendengarku sekarang, namun kalau diperbolehkan, aku ingin menjadi tempatmu bersandar, tempatmu mencurahkan isi hati agar kau tak perlu menanggung semua beban tersebut sendirian. Aku sadar kita baru saja bertemu, tapi mulai sekarang, aku ingin mengikuti isi hatiku, layaknya dirimu yang telah melindungiku, jadi.. Tenang saja, aku akan selalu berada di sampingmu..

Mata kami berdua melebar menyaksikan yang sedang terjadi dengan Z menjerit keras sembari berulang kali melihat ke arahku yang terdiam di tempat dengan wajah semerah tomat, tak mampu mencerna pemandangan dari layar di depan.

Celine memegang kepalaku dengan lembut dan memberikan keningku sebuah ciuman hangat yang berhasil membuat hati ini berdegup sangat cepat hingga jeritan Z tak lagi dapat kudengar, fokus terhadap perasaan hangat yang kini menjalar ke seluruh tubuh, seakan sebuah api yang telah lama padam, sekarang kembali membara.

"Aku.. Menyukaimu, Zent"