Chereads / MY BOS SECRET ! 2 / Chapter 22 - Tanpa nama

Chapter 22 - Tanpa nama

'Bermuka dua?' Entah sejak kapan Dewa bisa melakukan itu dalam berteman dengan kalangan atas. Yap, sejak sekolah Dewa baru menjadari dalam pertemanan dan baik kalangan bawah atau atas sama saja. Karena menurutnya anak kalangan atas itu mempunyai levelnya juga. Dari biasa sampai memang kalangan yang benar-benar kaya. Dari yang menjadi pimpinan pejabat atau intansi pemerintahan, profesi sampai pengusaha. Dewa termasuk anak golongan atas, karena mempunyai privillage sudah mempunyai segalanya, walau kakek dan kedua orang tuanya berusaha dari 'nol' tetap saja latar belakangnya dari keluarganya sudah kaya.

Bersekolah di tempat khusus seperti itu membutuhkan sesuatu dalam pertemanan, tidak serta merta ketika mengucap 'say hello' langsung masuk circle begitu saja. Karena tanpa disadari mereka membuat peraturan sendiri.

Bahkan sekelas dirinya saja, cukup membuat bersusah payah. Karena rata-rata mereka bergaya hedonisme atau bebas. Bebas melakukan apapun, toh mereka mempunyai duit. Dengan uang dengan mudah menghabiskannya, kalau kurang tinggal minta lagi, toh orang tua mereka tidak mempermasalahkannya karena mempunyai kesibukannya sendiri.

Lalu apa hubungannya dengan bermuka dua? Di satu sisi dia harus berubah menjadi seperti mereka, tapi disisi lain, didikan berbeda dari orang tuanya yang sudah mengajarkan kemandirian dalam dirinya dan juga adiknya. Yang menganggap uang itu tidak turun dari langit begitu saja. Mungkin itu berkat pengalaman berharga di dapat terutama kedua orang tuanya yang berlatar belakang kehidupan berbeda.

Tentu saja ada yang benar-benar bermuka dua juga yang sebenarnya di dalam pertemanan. Yang di bawah mereka adalah pelakunya, memanfaatkan privillage seperti dirinya untuk kepentingan dirinya sendiri, memuji, berbaik hati tapi di belakang siapa tahu ?

"Ayolah, Wa! Bersenang-senang !" Seru temannya yang langsung membuat party kecil dengan perempuan pendamping yang di sediakan.

"Tentu saja, kalian duluan! Gue masih lelah, ingin menikmati sekitar !" Jawabnya tersenyum, dia mengambil minuman biasa dan menuju balkon, yang beruntung cukup membuatnya teralihkan. Sementara musik jedak jeduk sudah terdengar dan teriakan dari teman-temannya. Tapi dia tak perduli.

Di balkon terdapat kolam renang seperti menyatu dengan laut, pondok kecil, kursi santai dekat kolam renang. Angin laut berhembus, cuaca cukup sejuk sore itu sekitar pukul 14.00 waktu Bali. Dewa sedang menikmati pemandangan lautan di bawahnya, tanpa di sadari matanya melihat sesuatu yang membuat matanya menatap tak berkedip. Dibawah adalah pantai private, kebetulan villa yang di tinggalinya dekat. Walau private tapi pagi atau siang sepi, malam baru ramai, garis pantainya tidak panjang. Karena di apit dua sisi tebing kiri dan kanan, bagai surga rahasia, ombaknya tidak besar karena pantai membentuk teluk kecil.

Yap, yang di lihatnya dua pasang manusia sedang bergumul di bawah sana, walau cukup jauh tetap terlihat dengan mata telanjang. Yang satu wanita pribumi dan satu lainnya bule atau asing. Tapi keterkejutan itu tidak lama, karena menyadari tempat ini seperti apa, seperti sah saja melakukan itu dimana saja, bahkan sebentar lagi juga di dalam sana akan terjadi hal yang sama seperti yang di lihatnya sekarang. Dewa menghela nafas. Pasangan itu pun akhirnya, selesai juga dan lelaki itu terkejut siapa perempuan itu. Ya, itu Paramitha! Beberapa kali keluarga mereka bertemu dalam berbagai kesempatan. Karena cukup dekat pertemanan antar keluarga mereka.

Dewa hanya menggeleng kepala, di hadapan keluarganya dia terlihat manis tak kelihatan badgirl. Tapi kemudian lelaki itu tertawa.

"Waw ... semua ternyata sama saja! Mau cewek atau cowok !" Ucapnya tanpa sadar. Setiap kali bertemu, kisah indah selalu memuji di ucapkan kedua orang tuanya, dari lulusan luar negeri, menjadi model, artis atau akhirnya mempunyai usaha entah apa itu. Intinya wanita baik-baik.

Singkat cerita selama di Bali itu Dewa beberapa kali bertemu dengan Paramitha, bahkan sempat bersilang tapi yang mengejutkan gadis itu tidak menyapanya sama sekali, seperti cuek dan tidak perduli. Sampai akhirnya terdengar gosip dari teman-temannya sendiri.

"Paramitha ?" Tanya temannya tak lama semua saling pandang dan tertawa.

"Bro, dia pro player! Sudah terkenal di sini! Tapi lo bukan tipenya! Dia suka bule !" Jelas temannya tertawa tapi seperti mengejek.

"Betul, tentu saja bukan sebarang bule loh! Lo tahu kan? Harus tajir melintir !" Ujar yang lain. Dewa hanya tersenyum saja mendengar semua.

-----------------

Dan begitulah sekarang, ketika hubungan Paramitha dengan Andrian mulai santer, gosip sudah menyebar terlebih dahulu di kalangan kerabat dan teman dekat. Semua menyalahkan 2 kakak lelaki Paramitha yang tidak becus mengelola perusahaan dan mengakibatkan kerugian besar. Banyak faktor dari gaya hidup sampai konon salah satunya tukang judi berat. Yang mainnya bukan abal-abal dan tidak di tempat biasa, kalau tidak di Las Vegas, Makau, serta Malaysia. Tentu saja dengan taruhan tidak sedikit.

Karena itulah satu-satunya cara, ya dengan perjodohan ini. Tapi Daniel sebagai ayah Andrian tentu saja tahu itu, maka dia melakukan berbagai syarat kepada keluarga Paramitha sehingga tidak berkutik sama sekali.

"Harus di akui, Daniel berubah banyak sekarang !" Ujar kakeknya Dewa.

"Dan beruntung, bagi kita! Konon tempat judi favorit mereka di hotel keluarga kakek sendiri !" Lanjutnya. Semua tertegun, ketika membahas semuanya.

"Apa, Daniel bisa membayar hutang mereka ?" Tanya Bagas penasaran. Ya, hutang perusahaan keluarga Paramitha tidak sedikit. Tidak lama, semuanya bakalan hancur atau bangkrut.

"Daniel bukan pria bodoh! Dia pun bekerja sama dengan mafia juga! Baik di dalam atau di luar negeri !" Jawab Ardhi Wijaya santai, sementara semua terkejut.

"Siapa? Bukan kakek kan ?" Tanya Dewa. Ardhi Wijaya tertawa dan menggeleng.

"Mafia itu banyak sayang, bukan hanya ada yang baik tapi juga jahat !" Jawabnya dan menjelaskan semuanya. Mereka pun mengangguk mengerti.

"Daniel, mungkin akan menjual sebagian perusahaan itu dan mengambil yang di rasa menguntungkan! Kakek sudah memerintahkan Bagas dan Amira untuk membelinya tapi dengan atas nama orang lain !" Jawab Ardhi Wijaya.

"Kenapa harus di beli, kan rugi ?" Tanya Sheilla heran.

"Bagi Daniel tidak menguntungkan! Tapi nama besar perusahaan Subroto tidak main-main! Di kenal sampai keluar negeri !" Jawab Ardhi Wijaya semua tertegun, kecuali Bagas dan Amira.

"Kasihan sekali! sayang,padahal aku sudah memberikan solusi sebagai seorang sahabat! Tapi semua keputusan ada di dia !" Ujar Ardhi Wijaya menatap sahabatnya yang raut mukanya tidak bahagia di pelaminan pernikahan putrinya sendiri. Semua pun menyadarinya dan terdiam.

--------------

Para tamu pun akhirnya diberi kesempatan untuk bersalaman untuk mengucapkan selamat berbahagia untuk kedua mempelai, antrian mengular cukup panjang. Tetapi ada sebagian menuju meja makan dahulu untuk mencicipi hidangan yang di sajikan. Yang termasuk komplit dari Asia, western, Indonesia serta jajanan makanan dan minuman termasuk sudah mempunyai brand ternama.

Keluarga Wijaya mendapat kesempatan bersalaman, dimulai dari Ardhi Wijaya, istrinya dan lainnya termasuk Safira. Keluarga Paramitha cukup terkejut, karena semua tahu rahasianya, itu artinya Safira sudah di akui dan tak keberatan masuk menjadi keluarga besar Wijaya. Termasuk Paramitha dan Andrian, serta Daniel yang terlihat kurang suka kedatangan mereka, tapi harus bersikap biasa karena banyak tamu yang hadir.

"Selamat ya !" Ucap Safira santai ketika bersalaman dengan Andrian. Gadis itu tertegun karena tangannya di genggam erat serta dengan tatapan yang tajam, seakan ingin mengatakan suatu saat nanti ingin bicara. Sedang Paramitha tidak bisa menyembunyikan rasa marah dan tidak sukanya melihat semua itu. Walau itu di tahan agar tidak meledak sekarang. Safira cepat melepaskan dan pergi dari sana.

"Kamu, tidak apa-apa ?" Tanya Kanaya.

"Yah, aku baik-baik saja !" Jawab Safira, Kanaya hanya menghela nafas, dia tahu perasaan sahabatnya.

"Ya sudah, ayo kita mencari makanan enak disini !" Ajak Kanaya sambil menarik tangan Safira, gadis itu mengangguk dan tersenyum.

Semua tamu memuji WO yang menangani pernikahan ini, karena semua kerja cepat dan rapi serta bersih. Di sediakan juga beberapa meja dan kursi untuk makan dan minum. Sheilla begitu sibuk, mondar mandir mengawasi semuanya, dan memberitahu bila ada piring kotor atau lainnya. Dan dengan sigap maka para pegawai melakukan apa yang di perintahkannya.

Berbeda dengan Agra kini ada teman fotografer lain yang membantu, tidak mungkin sendirian memfoto semua moment ini sendirian di pesta besar dan mewah ini. Entah sudah beberapa foto yang di ambil. Dari mulai tadi hingga sekarang. Itu belum acara utamanya. Yaitu foto keluarga, teman dekat dll.

Walau lelah tapi dia bersemangat dan gembira. Karena ini pekerjaan besar yang pertama baginya dan tentu saja akan ada gaji yang cukup besar akan di terimanya. Itu artinya dia sudah bisa mandiri tidak tergantung dengan om yang baik padanya.

"Ga, lo foto atas permintaan calon mempelai ya !" Pinta temannya sambil menunjuk, yang memang ada beberapa tamu penting yang ingin berfoto dengan kedua mempelai.

"Oke, tak masalah !" Seru Agra. Dan dia pun melaksanakan tugasnya dengan baik.

"Satu ... dua ... tiga ...senyum, jangan bergerak ... cheees !" Ujarnya memberi aba-aba kepada yang meminta di foto.

"Oke ... sip, sempurna !" Senyumnya ketika melihat hasilnya. Tamu yang di foto sangat senang ketika Agra memperlihatkan hasil fotonya dan mengucapkan terima kasih.

Begitulah, para tamu ada yang datang dan pulang dengan hati senang. Tetapi masih ada yang mengobrol dan mencari makanan yang belum di cicipi.

------------------

Kedua pasangan, berganti baju dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan acara. Yang nanti akan di hibur oleh artis ibu kota dan satu dari Internasional. Kali ini pun sudah di mulai, ada pula dari tamu yang memberikan hadiah dengan mempersembahkan sebuah lagu apapun itu, dari pop, dangdut dll.

"Gue, kenyang !" Ujar Safira tertawa, begitu pun Kanaya.

"Perasaan baru beberapa deh !" Candanya.

"Iya sih, tapi semua favorit gue dan lagi ... lo tahu kan ?" Ucap Safira menatap sahabatnya.

"Iya, say! Gue ngerti, lo sekarang seorang model !" Jawab Kanaya.

"Kok, gue kangen anak ya ..." ucap Safira tiba-tiba tertegun. Kanaya menatap sahabatnya. Tiba-tiba ponselnya berbuny, Safira pun mengangkatnya.

"Hallo ... mam ...?" Safira celingukan kepalanya seperti mencari seseorang.

"Ada apa ?" Tanya Kanaya heran.

"Anak gue ada disini, datang sama nyokap !" Serunya gembira.

"Oh ... my god ..." ucap Kanaya tanpa sadar, dari keterkejutannya. Safira terlihat pergi ke suatu tempat.

"Wah, ini akan sangat ... mengejutkan, untuk semuanya ..." ujar Kanaya lagi sambil menggeleng dan cepat menyusul.

Terlihat Safira memeluk seoang anak lelaki berumur 3 - 4 tahun, wajahnya terlihat mirip ... Andrian ! Kanaya tertegun, dan menghela nafas.

"DNA ... tak pernah bohong! Walau bagaimana pun dia putranya! Tak bisa di sangkal lagi !" Ucapnya sendiri.

"Naya ... sini !" Ajak Safira, Kanaya pun mendekat di sampingnya terlihat mamanya Safira yang masih terlihat cantik ... dan berkelas ! Dia sudah berubah, walau mungkin dosa masa lalu masih melekat di mata orang lain. Tapi kini mungkin berbeda, Ardhi Wijaya sudah mengakui Safira putrinya. Hanya sebatas itu, sementara hubungan itu hanya masa lalu, tapi tetap berteman. Keluarga besar Wijaya pun sudah menerima.

"Hallo, tante ..." ucap Kanaya sambil memeluk dan cipika cipiki terlihat akrab dan dekat.

"Kanaya, sudah lama tidak bertemu! Kamu semakin cantik saja! Bagaimana kedua orang tuamu ?" Tanya Anggia, sambil tersenyum senang, ya dia tahu banyak tentang Kanaya.

"Baik tante, mereka datang juga! Tante bagaimana? Ini suprise loh !" Jawabnya tersenyum.

"Rio, kangen mamanya! Mau tidak mau tante ajak kesini! Sekalian ada urusan juga ya, begitulah! Suprise? Tentu saja! Tante sebenarnya dari Singapura juga, ingin melihat Safira kembali menjadi model dan ... berhasil !" Ujar Anggia sambil melirik ke arah putrinya yang terlihat terkejut.

"Serius mam? Kok, engga bilang ?" Tanyanya tak percaya. Anggia hanya tertawa.

"Kalau engga begitu, ya engga kejutan kan ?" Jawabnya tersenyum.

"Mama sudah bertemu ... ehm papa ?" Tanya Safira masih canggung menyebut Ardhi Wijaya sebagai papa kandungnya.

"Sudah, tapi hanya bertiga! Papamu bersama istrinya... itu juga di Singapura! Bersama-sama ingin menyaksikan dan tentu itu pun rahasia !" Jawabnya, kedua gadis itu tertegun.

"Jangan khawatir, mama kemari ada undangannya kok !" Sambil memperlihatkan undangan pernikahan.

"Tapi bukan dari papamu! Kebetulan ada klien mama ... yang memang masih berhubungan dengan kerabat calon mempelai perempuan... saingan mu !" Ujarnya, sambil menatap Safira, gadis itu hanya menghela nafas.

"Sekarang ... tidak lagi !" Jawabnya.

"Oh ya? Jangan membohongi perasaanmu Safira! Cintamu tidak salah dan terlarang, seperti mamamu dulu! Walau, harus di akui, Andrian itu 'masih hijau' dalam mengetahui kenyataan kehidupan! Sikapnya yang suka bersenang-senang, persis papanya dulu, tapi mama lihat dia berbeda !" Jelas Anggia, yang sudah banyak tahu dan berpengalaman.

"Lagi pula ... pernikahan ini, juga pura-pura !" Ucapnya agak sinis sambil menatap ke pelaminan. Safira hanya tersenyum saja. Kanaya pun hanya bisa mensupport sahabatnya.

"Ehem ... kalian sedang ngapain ?" Tiba-tiba seseorang menyapa, semua menoleh dan itu rombongan keluarga Ardhi Wijaya.

"Tidak, hanya sedang bergosip ria !" Jawab Anggia santai, dia pun bersalaman dan cium pipi kiri kanan dengan senuanya terutama perempuan.

"Wah ... ini siapa anak yang ganteng ?" Tanya Marina sambil menatap bocah yang di pangku Safira.

"Rio tante, putrau.., eh ... " Safira menjawab gugup, entah harus memanggil siapa sekarang. Marina tersenyum, dia merangkul pundak gadis itu.

"Panggil mama Marina saja, Safira! Walau bagaimana pun kanu putriku juga kan? Jadi dia cucuku juga !" Ucapnya lembut, ya dia sudah melupakan kejadian masa lalu dan berdamai dengan Anggia. Karena Anggia hanya meminta Safira di akui sebagai anak kandung suaminya itu saja.

"Tampan sekali, mirip ... " Marina baru menyadari, karena selama ini tidak tahu apa-apa. Dia pun melirik Ardhi Wijaya suaminya dan Anggia, keduanya mengangguk. Dia terkejut, termasuk juga Bagas serta Amira, kecuali Dewa.

"Ya, dia putra aku dan ... Andrian !" Ujar Safira pelan.

"Oh ... pantes! Paramitha tidak suka padamu, terlihat dari ekpresinya !" Ucap Amira mengerti dan melihat tadi. Tanpa di sadari, sebagian tamu pun memperhatikan mereka dan berbisik-bisik.

Bersambung ...