Aria Permana putra dari Sudarmin, tiba-tiba saja muncul di hadapannya di sebuah pesta yang diadakan istri Kedubes Indonesia di New York. Acara ini memamg sudah beberapa kali di gelar, yaitu memperkenalkan produk dan hasil karya dari Indonesia berupa kerajinan tangan, batik dan lainnya.
Anggia di undang karena memang konsisten memperkenalkan budaya Indonesia melalui rancangannya dari pakaian hingga perhiasan atau aksesoris. Di mulai dari Perancis yang bekerja sama dengan temannya, dan sukses di pangsa pasar Eropa, dan kini merambah Amerika. Mau tidak mau Anggia harus pindah dari Paris ke New York untuk lebih fokus, karena di sini bukan sembarangan dan tak bisa selewat begitu saja. Anggia boleh saja di kenal di Eropa, tapi tidak dengan Amerika. Melakukan itu di sini sama saja di lirik mata dunia.
Dan kerja kerasnya membuahkan hasil, di tambah dia sebagai single parent. Anggia pernah tinggal bersama seorang pengusaha asal Swedia tanpa menikah, tapi itu bertahan hanya 3 tahun saja. Walau dia mendapatkan kemewahan, tapi tak tahan dengan pacarnya yang suka bermain dengan wanita, dan juga pesta. Anggia mulai menyadari itu, bagai karma saja. Dulu juga begitu, ketika bersama Ardhi Wijaya cinta pertamanya, tanpa perduli dia sudah menikah dengan orang lain. Rupanya Anggia berubah drastis ketika sudah menjadi seorang ibu.
Aria adalah pemuda atau anak tiri dari suaminya dahulu. Sebenarnya hubungan Anggia dan anak dari Sudarmin tidak begitu dekat, hanya saja harus di akui, Aria Permana selalu datang ke rumah papanya dan mereka sering bertemu. Dan tanpa di duga dia suka kepadanya. Anggia menolak ketika Aria Permana melamarnya. Wanita itu tidak mau berurusan lagi dengan istri atau ibu dari Aria Permana. Sejak dia bersama Sudarmin dia sudah sering mendapat caci maki dari mantan istrinya itu, dimana pun dia berada. Seakan dia yang merebut suaminya, padahal Sudarmin sendiri yang memujanya dan juga dalam taraf sedang bercerai darinya, sehingga dia menjadi wanita simpanan tersayang.
Apalagi waktu itu kondisi Anggia juga memang membutuhkan sesuatu, uang dan ketenaran, dan dengan dia pula semua bisa terpenuhi. Hingga akhirnya bertemu dengan Ardhi Wijaya yang merubah semuanya.
"Hallo, apa kabar ?" sapanya ketika itu, Anggia terkejut. Dan pemuda yang agak jauh dari umurnya itu dulu kini sudah menjelma menjadi lelaki gagah, mengingatkan dengan Sudarmin dahulu.
"Sudah lama ya, tidak bertemu? kamu makin cantik saja !" rayunya, Anggia melirik ke arah jari Aria yang menggunakan cincin.
"Apa kamu tak melihat dirimu sendiri, Aria ?" tanya Anggia menatap tajam.
"Maksudnya ?" tanya pemuda 30 tahun itu tak paham.
"Kamu sudah menikah, tapi masih merayu perempuan lain !" jawab Anggia dan pergi dari hadapan pemuda itu.
"Memang kenapa? istriku tak akan marah, dia wanita yang pengertian dan tak neko-neko !" kejar Aria.
"Wow ... beruntung sekali kamu bisa mendapatkan dia !" sinis Anggia. Dia tahu ini bukan tempat yang tepat untuk bersikap seperti itu. Anehnya Aria Permana hanya tertawa saja, untung tidak membuat orang lain melirik ke arahnya.
"Tentu saja, dia adalah perempuan yang di jodohkan denganku! walau aku, masih menginginkan dirimu !" kembali tak perduli, dia tetap merayu Anggia.
"Tak tahu malu !" umpat Anggia kesal.
"Jadi, bagaimana dengan putrimu? sudah tahu siapa papanya yang sebenarnya ?" tanya Aria Permana tiba-tiba. Anggia tertegun dan menatap tajam kepada lelaki itu.
"Apa yang sebenarnya, yang kamu inginkan Aria ?" tanyanya. Pemuda itu tersenyum kini keduanya berada di pojokan, yang tak terlalu banyak orang.
"Tidak, apa-apa! hanya ... ingin tahu !" katanya sambil menyentuh lengan Anggia.
"Oh, hanya itu? oke, tak masalah, suatu hari nanti kamu akan bertemu dengannya Aria! tenang saja !" ucap Anggia tersenyum sinis dan pergi. Aria tertegun, tapi kemudian tersenyum misterius.
----------------
Setelah kejadian itu, Anggia mencari tahu tentang siapa Aria Permana sekarang dan apa keinginannya mengungkit masa lalunya. Di tambah ketika beberapa waktu lalu dia bertemu para ibu sosialita Jakarta yang di undang makan siang oleh Kedubes juga sebagai tamu mereka.
Ternyata mereka masih mengenalnya sebagai perebut suami orang. Bagaimana tidak, Anggia menyadari waktu itu beritanya sudah tersebar di media massa dan menjadi skandal yang menghebohkan. Ternyata, orang tak akan lupa dosa atau kesalahan orang lain. Padahal dirinya sudah banyak berubah dan juga menjauh dari negaranya sendiri. Tapi untunglah Anggia sudah siap mental, hal itu baginya bukanlah apa-apa di banding dengan Aria Permana. Ya, rahasia dirinya, papanya dan juga Ardhi Wijaya ada di tangannya semua. Jadi tak heran dia tak takut dengan ancaman siapa pun juga.
Aria Permana kini sudah menjelma sama seperti papanya dulu. Seorang pengusaha muda sukses, kader salah satu partai dan kini duduk di kursi dewan rakyat. Usaha bisnisnya berada di kalimantan dan Sumatera berupa perkebunan kelapa sawit serta tambang batu bara. Dan merambah bisnis lainnya, dia anggota organisasi pengusaha Indonesia, maka tak heran dia berada disana waktu itu.
Aria sudah menikah dengam perempuan jawa pilihan mamanya dan mempunyai dua orang putra dan putri yang menginjak remaja. Istrinya putri seorang pengusaha juga di sebuah kota. Dan kini kehidupannya sebenarnya baik-baik di mata masyarakat, tapi tidak di belakangnya. Aria Permana masih suka party dan perempuan.
Kini Anggia meminta Safira untuk mengunjunginya, ketika tiba-tiba putrinya itu ingin kembali ke Indonesia, setelah sekian lama tinggal di luar negeri. Anggia sebagai single parent menerapkan kebebasan sama seperti ibu di sini. Apa pun itu yang dilakukan putrinya dia tak menolak, bahkan ketika mulai berpacaran pun tak ada campur tangan, kecuali mengawasi. Rupanya Anggia tahu, putrinya sedang menghindari mantan pacarnya yang tidak di sukainya. Dia anak seorang pengusaha kaya dari Indonesia yang sedang kuliah di Amerika.
Namanya Daniel, bukannya kuliah dengan benar, malah sering ke klub dan berpesta menghabiskan uang kedua orang tuanya. Dan suatu hari tanpa sengaja bertemu dengan Safira di sebuah klub, Safira memang gadis yang terbuka dan cuek. Selama ini, sudah kenyang dengan bullyian yang di dapatnya di sekolah dan lingkungannya. Hanya karena dia berbeda dengan mereka. Dia sudah berusaha menjadi yang terbaik tapi tetap tidak di terima, akhirnya dia cape dan lebih memilih tidak perduli.
Termasuk ketika menjadi model, yang membuat tambah iri para temannya. Di usia remaja dia sudah sukses berkarier di foto model dan iklan. Wajahnya terpampang di berbagai majalah remaja. Menurut potografer yang memotretnya dia fotogenic sehingga berbagai baju dan riasan cocok di kenakan olehnya. Dan sebagai seorang ibu tentu saja dia bangga dengan hal itu.
Kini dia tambah terkejut, ketika Safira ternyata sudah mengetahui tentang Ardhi Wijaya, yang selama ini dia sembunyikan. Mungkin saja Safira tanpa sengaja menemukan sebuah kotak rahasia yang dia simpan selama ini. Dan ketika dia membukanya ternyata benar, kecuali kertas dan tabung khusus. Yang mengungkap yang sebenarnya. Karena keduanya di tempatkan di lainnya. Bukan apa-apa itu sangat penting. Dia tahu ... Safira itu bukan putri dari Ardi Wijaya dan juga Aria Permana ! tapi yang lainnya ... Anggia tersenyum penuh kemenangan, sudah saatnya dia balas dendam dengan orang itu ...
--------------
Safira melihat jam tangannya, dan dia pun bergegas menuju ke gedung seberang untuk bertemu Dewa. Tak lama dia sudah berada di lobby Palm Entertaimen, dia terpukau dengan interior yang bagus serta mewah ini.
"Maaf, mba !" sapa repsesionis yang berada di lobby itu.
"Ya ?" Safira menatap wanita di depannya.
"Silahkan menuju lift yang ujung itu, lalu ... " wanita itu menjelaskan dimana dia bisa bertemu Dewa. Safira mengangguk dan pamitan pergi.
"Wah, ternyata ini perusahaan hebat !" ucapnya tersenyum, walau dirinya dan mamanya di Amerika tidak kekurangan, bisa di sebut mampu membeli barang mewah tapi tidak sekaya para konglomerat di sana. Yang kekayaannya jauh lebih besar lagi dari mereka. Penghasilannya sebagai model pun cukup lumayan, tapi sayang dia harus pergi dari sana karena suatu alasan ...
Pintu lift pun terbuka, Safira sudah tiba di lantai paling atas, tempat Dewa berkantor. Dia diminta menunggu sebentar, di ruang tamunya karena sedang ada rapat dahulu. Tak lama datang seorang perempuan, Safira tertegun ketika melihatnya. Tapi wanita itu tersenyum.
"Kenalkan, saya Sarah! asisten pribadi pak Dewa !" sapanya sambil mengulurkan tangannya kepada Safira.
"Oh, saya Safira !" jawab Safira membalas uluran tangan Sarah.
"Mau minum apa ?" tanya Sarah. Safira pun memberitahu apa keinginannya.
"Oh, iya! pak Dewa, sedang bertemu klien dulu sebentar! jadi di tunggu sebentar ya !" ujar Sarah sambil mengambil minuman.
"Wah pasti sibuk sekali ya? tak heran gedungnya saja sebesar ini !" ucap Safira, setelah menerima minuman air mineral dari Sarah.
"Betul, pak Dewa belum lama menjabat menjadi Direktur Entertaimen! dulunya di bagian kontruksi !" jelas Sarah dan menjelaskan yang lainnya.
"Wow ... hebat juga ya !" Safira kagum.
"Anda seorang model ?" tanya Sarah, Safira mengangguk dan mengeluarkan Portofolionya selama menjadi model di Amerika, karena dia bekerja bukan hanya di New York saja, pernah ke California dan lainnya untuk pemotretan dari berbagai majalah dan iklan yang berbeda juga. Sarah menerima portofolio Safira yaitu adalah semacam resume pencapaian dari seorang model atau artis dan juga lainnya. Disana akan ada foto-foto yang berhubungan dengan pekerjaanhya selama ini. Safira pun menjelaskan setiap foto yang berada di sana, termasuk data dirinya dengan badan dan tubuh serta wajah polosnya tanpa riasan, maksudnya memakai pakaian dalam dan juga kaos atau celana pendek, tampak samping, kiri dan kanan serta depan. Memang seprofesional itu di sana.
"Jadi, kamu sudah menjadi super model nih ?" tanya Sarah kepada Safira, gadis itu tertawa.
"Belum lah mba! kalau mencoba semuanya, iya! dari model iklan, foto model, catwalk atau runaway di beberapa fashion dunia, walau baru dua sih! yaitu New York Fashion Week sama Paris saja !" jawabnya. Termasuk iklan dari beberapa brand dunia. Sarah mengangguk, itu artinya dia sudah punya jam terbang tinggi, walau masih muda.
"Kenapa pindah? kan di sana sudah bagus ?" tanya Sarah, Safira terdiam.
"Maklum, banyak saingan! dan masih ada batasan tertentu yang aku tidak ingin, tak seperti lainnya !" jawab Safira. Sarah mengangguk. Tak lama Dewa pun datang.
"Sorry, tadi ada keperluan dulu !" katanya, dia melirik ke arah Sarah. Asistennya menyerahkan kemudian menyerahkan portofolio itu kepada Bos nya, Dewa membukanya dan mengangguk ketika melihat semua foto itu.
"Oke, jadi yakin mau bergabung dengan agensi Palm Entertaimen ?" tanya Dewa.
"Tentu saja, asal semua keinginan terpenuhi !" jawab Safira yang kini duduk berhadapan dengan Dewa yang hanya di batasi meja kerja.
"Tentang apa itu ?" tanya Dewa, sambil menyimpan Portopolio di meja, dan Safira memulai negosiasi mengenai apa keinginannya.
"Oke, tak masalah! sejauh itu sesuai dengan kinerjamu! tapi bukan aku yang akan melakukan itu, ada pimpinan agensi model yang akan menilainya !" ujar Dewa kemudian menelpon seseorang dan setelah itu meminta Sarah mengantarnya. Asistennya mengangguk. Keduanya pun pamitan pergi.
------------------
Dewa menghela nafas setelah keduanya pergi, dia berdiri dan menatap jendela kantor yang menghadap gedung-gedung tinggi. Dia baru saja mendapat informasi dari seseorang yang cukup mengejutkan. Informasi ini dia dapat dari detektif keluarganya atau seorang intel yang sudah lama membatu keluaganya. Neneknyalah yang memperkenalkan dia kepadanya, waktu mulai bekerja di perusahaan.
Dia sempat terkejut, dan menatap neneknya itu. Dalam hati dia bertanya untuk apa sebwnarnya dia memerlukan itu. Marina seakan tahu dan tersenyum.
"Dewa, kamu harus belajar banyak mengenai bisnis seperti apa itu! semua tak lepas dari iri hati dan dengki atau lebih tepat saingan kita !" Marina mulai menjelaskan senua kepada Dewa. Harus di akui, di banding kakeknya bisa di sebut keluarga neneknya bukan orang sembarangan.
Pernah menjadi artis yang tidak di setujui oleh keluarganya yang kaya raya, selain itu juga pilihab cintanya kepada kakeknya padahal sudah di jodohkan. Dab itu mirip dengan kisah mamanya yang kenudian memilih papanya menjadi pendamping hidupnya. Walau setelah menikah neneknya tidak lagi menjadi artis dan memilih ibu rumah tangga. Tetap mengawasi suaminya dan keluarganya, karena itu yang selalu di tanamkan oleh ayah neneknya itu.
"Aoa salahnya kita selalu hati-hati dan waspada dalam hal apa pun? ketika ada keluarga kita terancam bahaya ?" tanya neneknya.
"Senua orang berhak mencari informasi apa pun! sepanjang dia tidak berlebihan atau misal melakukan hal-hal yang dilarsng hukum! karena kita ini hanya membela diri bila di serang, dengan bukti yang sudah kita pegang !" ujar neneknya.
Dan kini orang itu, bekerja untuknya. Karena neneknya merasa dia pantas dan sebagai penerus klan Wijaya seterusnya, sesudah papanya. Harta warisan neneknya pun sudah di bagi dengan para cucu yang lainnya. Warisan keluarga dari mendiang kedua orang tuanya, yang juga sudah di bagi rata ke semua anaknya yang lain. Sheilla mendapat perusahaan di bidang perhotelan bila dia lulus nanti kuliahnya. Sedang Dewa, hanya tanah dan uang serta rumah, itu belum dari warisan kakeknya berupa Palm Co yang kini menjadi besar. Di tambah mungkin dari mamanya yang juga perusahaan yang didirikanya dari warisan mamanya atau neneknya juga.
Jadi Dewa dan lainnya sebenarnya sudah mempunyai simpanan khusus, sejak kecil hingga hingga kini, hanya saja semua itu baru diberitahu ketika semua sudah besar. Agar uangnya tidak terbuang percuma untuk foya-foya. Selama ini uang jajan mereka ya, dari kedua orang tua mereka sendiri.
Bersambung ....