Safira merasa lega setelah berhasil masuk agensi Palm Entertaiment milik keluarga klan Wijaya. Setelah itu dia memutuskan untuk kembali ke rumah untuk istirahat. Sesampainya di rumah, Safira terkejut melihat pesan yang di kirimkan oleh mamanya.
"Safira, kamu menerima dan membaca email mama ?" tanya Anggia, ketika dia menelpon putrinya. Safira hanya menghela nafas dan mengangguk.
"Iya mam !" katanya.
"Jadi ... kamu sekarang sudah mengerti ?" tanya Anggia.
"Iya mam, Safira sudah mengerti !" jawabnya.
"Itu bagus, sayang !" ujar Anggia merasa lega.
"Kamu harus fokus, dengan apa kita rencanakan Safira! kamu, sudah mengerti sekarang kan !" lanjut Anggia. Safira terdiam.
"Jadi benar, om Ardhi itu pernah berhubungan dengan mama ?" tanya Safira, Anggia menghela nafas.
"Betul, sayang! tapi dia bukan papamu! maunya mama, dulu begitu sayang, tapi ... ada sesuatu hal dan itu menjadi rahasia buat mama sendiri! kamu jangan mengganggunya! ya sayang, mereka bukan target kita! hanya sebatas batu tambahan saja !" jawab Anggia.
"Oke, Safira mengerti! tapi asal mama tahu, aku sudah bergabung dengan Agensi Palm Entertaimen sekarang !" ujar Safira, Anggia tertegun. Dia pun teringat dengan masa lalunya.
"Mama ... tidak keberatan kan ?" tanya Safira.
"Tentu saja tidak, sayang! justru itu memudahkan jalan kita !" jawab Anggia tersenyum. Safira tertegun dan mengangguk mengerti.
Safira menyudahi telpon dari mamanya dan kemudian mengambil, sebuah foto dari dompetnya. Dan dia tersenyum ketika memandangnya.
"Kamu tahu Andrian! gue sudah berada di sini sekarang! untuk menagih janji lo, untuk mau menikahi gue! dan ternyata lo .... " ucapnya, tak lama sikap Safira berubah marah, dan dia meremas foto itu, ada rasa sakit yang mendalam di hatinya. Tanpa terasa air matanya meleleh.
-------------------
Dewa, sedang berada di mobilnya menuju tempat tongkrongan favoritnya. Sebelum akhirnya dia bersama yang lain pergi ke sebuah klub malam terkenal di ibu kota ini. Dewa tidak selalu pergi, bila di tempat kerjanya sangat sibuk. Kini dia punya waktu luang, sehingga.bisa hang out bersama temannya, dan mereka tahu dan mengerti. Yap, Dewa bakalan yang membayar semuanya dari makanan dan minuman sampai nanti di klub. Walau sebenarnya dapet discount, karena klub itu milik temannya Dewa.
Dewa tiba di kawasan elit Jakarta, di sini banyak Cafe atau restoran yang enak dengan berbagai gaya, dari Korean, Jepang, hingga western atau Eropa juga ada. Dan dia kesalah satunya yang bergaya Indonesia style. Javana Cafe, yang menyajikan berbagai minuman kopi dari banyak daerah di Indonesia. Serta makanan atau cemilan yang di jalanan harganya murah, di sini menjadi kekinian.
Dewa turun dari mobil dan masuk ke dalam Cafe yang tidak terlalu ramai, tapi memang tempatnya memang santai, dia menuju lantai dua Cafe, yang lebih oke, karena ada bar juga, termasuk lantai tiga atau rooftopnya yang terbuka dengan pemandangan gedung dari kejauhan. Sebenarnya banyak tempat yang disukai anak muda untuk ngobrol seperti ini, ada digedung atau lainnya. Tapi lagi-lagi Cafe ini milik temannya juga, jadi bagi Dewa tak masalah sih.
"Hai bro !" seru teman-temannya yang sedang duduk di sofa di dekat jendela kaca besar. Ada sekitar enam orang dan berpasangan, tidak untuk Dewa yang datang sendiri atau jomblo.
"Oi ...!" jawab Dewa, dan mendekat lalu salaman khas anak muda kemudian, dia pun duduk di sebelah temannya yang Chindo, alias Cina blasteran Indonesia. Bersama pacarnya yang cantik dan seksi, Namanya Tommy, dia brewokan kesannya macho. Dialah pemilik Cafe ini, setelah balik dari Aussie atau Australia menyelesaikan kuliahnya, langsung berbisnis di sini.
"Apa kabar bro ?" tanyanya sambil tersenyun, mereka tahu Dewa sekarang sudah menjadi CEO Palm Entertaiment, setelah sebelumnya di Kontruksi.
"Baiklah !" jawab Dewa, seorang pelayan datang dan dia memesan minuman.
"Apa bedanya dengan yang dulu bro !" tanya cowok, klimis blasteran arab, namanya Sayid, yang juga menggandeng cewek cantik di sebelahnya.
"Bedalah, dulu gue berhadapan dengan cowok pekerja berkeringat dan mandor galak! sekarang gue harus berhadapan dengan cewek atau cowok seperti kalian! pokoknya dunia Entertaiment itu ribet bro !" curhat Dewa, semua tertawa.
"Desi kalau lo mau jadi artis! nih kenalin temen gue, dia punya perusahaan besar! agensi model dan artis juga !" ujar Arman, anak seorang pejabat kepada kekasihnya yang tertunduk malu di sampingnya. Yang lain tertawa, mereka tahu selera Lelaki bertubuh kekar kayak bodyguard ini yang memang hobi fitnes. Dia akan mencari cewek yang gampangan, yang penting duit dan di traktir.
"Nah, lo sendiri! kok, engga bawa artis lo ke sini ?" tanya Tommy kepada Dewa, yang sedang minum kopi Latte yang ringan untuk bersantai.
"Engga ah, buat apa? mau bikin skandal lagi, kayak dulu ?" tanya Dewa, semua tertawa.
"Dewa ... Dewa ... lo masih trauma ya ?" ujar Tommy, sambil menepuk pundak lelaki itu.
"Iya, nih! santai aja bro! dan nikmati !" tambah Arman sambil mengedipkan mata.
"Anjir, emang lo? sedikit lah, itu mengganggu privasi gue tahu !" jawab Dewa, agak kesal mengingat, perseteruannya dengan seorang model muda beberapa waktu lalu. Sampai keluarganya ikut terganggu. Untung tidak sampai skandal besar alias hamil !
Kakeknya hanya tertawa saja melihat kejadian itu, bahkan memberikan tips untuk tahu mana cewek gampangan dan tidak...
"Kamu, boleh saja jadi playboy Dewa! tapi harus tahu dan pintar dalam memilih cewek! ada gampangan tapi bisa tutup mulut, cukup hanya dengan uang! ada juga yang profesional atau levelnya tinggi lagi! nah, cewek ini sama, tapi punya trik jual mahal biar dikata bukan gampangan, padahal ... !" ujar kakeknya tertawa. Dewa tahu kok reputasi kakeknya dahulu sebagai seoeang playboy dan sekarang sudah insyaf.
"Dan yang terakhir, adalah yang levelnya sudah lebih tinggi, mereka sukses berkarier tapi sama tujuannya dan mereka punya target khusus! hanya untuk fun atau bersenang semata! pacaran dengan berganti-ganti cewek, boleh saja! kita kan sedang mencari! tapi kalau dasarnya untuk bersenang-senang, ya harus hati-hati dalam memilih! kakek dari sekilas saja sudah tahu kok, perempuan seperti apa dia itu !" lanjutnya. Dewa mengangguk, dan berkat kakeknya masalah pun kelar, sejak itu dia menjadi lebih hati-hati lagi.
Mereka mengobrol dan kemudian barulah pergi ke klub malam exklusif di sebuah gedung pencakar langit. Tempat ini hanya untuk para member saja yang datang. dengan menjadi anggota maka para tamu mendapat sejumlah discount, baik minuman atau cemilan yang ada di klub dan sudah barang tentu tidak murah alias mahal. Semua jenis minuman keras terkenal di dunia ada disini, dan tak pernah di ganggu oleh siapa pun.
Ketika masuk, mereka di sambut oleh seorang perempuan yang tak kalah cantik dan seksi, semuanya glamour.
"Hallo sayang !" sapanya, mereka pun cium pipi kiri dan kanan.
"Dewa, sayang !" sambutnya sambil memeluk lelaki itu.
"Amanda, kamu makin cantik dan ... seksi saja! sayang !" pujinya, sambil menatap perempuan itu.
"Terima kasih, ya sayang !" jawab perempuan itu, sambil tersenyum menggoda. kebetulan malam ini ada penampilan khusus dari seorang DJ dari Amerika yang akan menggoyang klub malam ini. Perempuan itu membawa para tamu spesialnya ke ruangan VIP . Tak lama seoranv pelayan membawa menu makanan dan minuman.
Setelah bersantai dan mengobrol sejenak, mereka pun bergabung dengan pengunjung yang lain menikmati musik IDM yang menghentak dan ingin rasanya ikut menari dan bergoyang bersama. Dewa pun terlihat menikmati walau sendirian. karena yang lain bersama pasangannya, termasuk sang tuan rumah yang terlihat berdangsa dengan seorang bule. Dewa tahu dia kekasih temannya itu. Selama di Amerika konon, Amanda sudah tinggal bersama dengan pasangan bulenya tanpa menikah, tapi ketika pulang ke Indonesia sudah barang tentu harus mengikuti aturan di sini. Maka mereka akan menikah di Bali bulan depan, padahal sudah punya dua anak yang masih kecil.
Amanda sendiri, putri seorang diplomat di luar negeri. Waktu itu dia sedang kuliah, ketika bertemu pasangannya yang usianya agak terpaut jauh dengannya. Katanya sempat putus nyambung, karena pacar si Bulenya masih punya istri walau sedang dalam tahap hendak bercerai baru berpisah saja. Begitulah kisah para temannya, yang hidupnya memang seberuntung dirinya terlahir dari keluarga kaya yang terlihat enak bergelimang harta, tapi sebenarnya banyak problematik dalam hidupnya.
-------------------
Dewa memutuskan menyingkir dan menuju ke bar klub, Di sana banyak juga orang yang memesan minuman, membuat bartender menjadi sibuk padahal sudah ada dua orang karyawan loh ! dan juga ini bukan weekend. Di belakang mereka ada rak yang berisi, berderet merek botol-botol minuman keras dari berbagai belahan dunia. Dan itu tidak murah satu gelas kecil saja di hargai ratusan ribu rupiah. Dan ternyata, masih ada saja yang memesan satu botol, tentu saja itu di bagikan ke teman-temannya. Kalau ke kesini para tamu paling sedikit harus mengeluarkan uang dari lima ratus atau sejutaan lebih.
Karena bukan hanya minuman, makanan pun ada yang mahal juga. Tapi memang enak sih, karena klub ini memang kerja sama Amanda dengan suaminya yang seorang pengusaha. Dan baru-baru ini, keduanya membuka hotel di Bali, yang akan menjadi resepsi pernikahan mereka berdua nanti. Dewa mengenal Ananda dari SMU yang sama.
Dia termasuk gadis populer di sekolahmya. Tak banyak yang tahu dahulu, Dewa itu waktu SMU di kenal sebagai anak culun alias berkaca mata dan pendiam. Dan semuanya tak akan menyangka bahwa kini sudah berubah drastis ketika melihat keadaan Dewa yang sekarang.
"Gila, lo ya Dewa !" seru Amanda yang dulunya anggota Chereleader di sekolah. Melihat penampilan Dewa setelah setahun berpisah dari SMU dan masing-masing temannya sudah pergi ke luar negeri untuk kuliah di sana.
"Lo, berubah banyak !" katanya tak menyangka sambil menatap Dewa dari ujung rambut ke kaki, sementara orangnya hanya tersenyum saja.
"Iya nih, siapa yang merubah lo menjadi begini ?" tanya yang lainnya tak kalah terpana.
"Pasti, ada cewek yang merubah lo kan ?" tanya Tommy temannya penasaran.
"Ah, engga lah! biasa aja! gue sendiri yang pengen, bukan karena seseorang! dan juga engga berlebihan kok, cuman suka berenang dan sedikit ke fitnes! kalau kaca mata masih pake lah! tapi kadang suka pake contac lens khusus !" jelasnya kepada teman-temannya mengenai perubahan dirinya, menjadi seorang ... pangeran! engga lah, ha ..ha ... tapi, ya cukup ganteng dan atletis.
Dewa bukan murid populet tapi justru murid yang pintar, sesuai lah dengan kaca matanya, bukan sekedar aksesoris semata, karena memang minus. Dulu dia menyukai membaca buku, karena memang kedua orang tuanya sering mendongeng cerita anak-anaknya sebelum tidur. Dan Dewa serta Sheilla pun menjadi suka membeli buku bila ke toko buku, bukan mainan. Dari buku dongeng ke buku lainnya.
Dan sekarang pun masih tetap membaca, di waktu senggangnya. Karena membaca buku membuatnya menjadi santai atau rileks. Karena kurang populer maka tak banyak di lirik oleh para perempuan. Lalu bagaimana Dewa kenal dengan teman-teman yang lain, yang memang mereka berbeda dengannya. Amanda sudah barang tentu di sukai banyak lelaki, karena kecantikannya. Sedang Tommy dan lainnya juga populer karena mengikuti olah raga yang di sukai anak cewek.
Pertemuan Dewa dan lainnya terbilang tak sengaja. Tepatnya ketika liburan kenaikan kelas kedua. Waktu itu ada study tour ke Bali. Karena sekolah mereka elit dan bagus, maka fasilitas liburannya pun bagus. Dari bis, pesawat hingga hotel tempat menginap.
Awalnya Dewa tidak mau ikut karena malas aja. Tapi karena semua kelas satu harus ikut ya, terpaksa. Dia pun menceritakan kepada kedua orang tuanya dan ternyata setuju. Dewa yakin bahwa semua temannya sudah pernah ke Bali sebelumnya, termasuk dirinya bersama keluarga. Tapi menutut wali kelasnya Miss Ana, pergi dengan keluarga dan teman akan berbeda, seakan tahu pikiran murid-murudnya yang berfikiran yang sama dengannya, dan memang betul banyak yang awalnya tidak mau ikut.
Alhirnya hari keberangkatan pun tiba, semua berkumpul di sekolah dan akan bersama-sama naik bis menuju bandara. Ada 10 bis yang akan membawa mereka study tour kali ini, dan ternyata Dewa satu bis dengan Tommy serta kawwn-kawannya. Dewa di tempatkan agak dibagian belakang. dia duduk di samping jendela. Dan bisnya memang besar dan nyaman, ada AC dan televisi, padahal hanya buat ke bandara saja, setelah itu naik pesawat. Baru kemudian di Bali naik bis lagi.
Bukan hanya berkaca mata tapi juga tubuh Dewa langsing. Dia membawa satu koper dan satu tas ransel. Koper di simpan di bagasi sama seperti lainnya. Sedang tas tansel cukup berat. Karena neneknya membekalinya banyak makanan dan minuman.
"Nek, ini terlalu banyak !" ujar Dewa menatap bekal yang akan di bawa dalam study tour kali ini.
"Tidak apa-apa, sayang! kamu kan bisa membaginya dengan temanmu !" ujar neneknya, sambil tersenyum. Dewa hanya terdiam, siapa temannya sebenarnya. Sejak SMP sampai sekarang tak ada yang dekat dan akrab dengannya. Bukannya tak membullynya tapi semua seakan menjaga jarak dengannya entah kenapa.
Dewa menyadari ada circle atau kelompok pertemanan di sekolahnya. Kalau melihat penampilannya dia kutu buku, maka circle pun harusnya begitu, tapi Dewa justru tidak mau bergabung dengan kelompok mana pun. Dia beranggapan buat apa 'mengemis' pertemanan dengan ikut bergabung. Toh, sebenarnya berteman harusnya bersama siapa saja kan, tanpa harus menjadi 'anggota' suatu kelompok.
Dewa tidak bisa menolak apa yang di siapkan neneknya. Kini dia duduk dengan tenang dan diam di bangkunya tanpa perduli dengan situasi di dalam bis yang ramai dengan celotehan anak-anak yang sepertinya gembira dengan study tour ini.
"Boleh ... gue duduk di sini ?" tanya seseorang, Dewa menatap ke arah yang bertanya itu ...
Bersambung ...