Tak lama kemudian, Shou duduk di bak mandi yang penuh air dan Tuan Beom melepas baju atasnya belum masuk ke Bak mandi.
"Ahjussi! (Astaga, dia melepasnya begitu saja kya!! Aku benar benar sangat malu,)" Shou menatap terkejut dan langsung menutup kedua matanya dengan wajah yang dari tadi memerah.
Tuan Beom melepas semua bajunya dan terlihat luka nya yang tertutup penutup luka itu.
Luka itu di lihat Shou yang terdiam cemas.
Tuan Beom hanya terdiam tak merasakan luka nya itu, ia lalu masuk ke bak mandi. Seketika semua airnya bahkan keluar setengah. "Ha.... Ini masih terlalu kecil... Kemarilah," Tuan Beom menarik lengan Shou membuat Shou tertarik padanya dan langsung duduk di kaki Tuan Beom.
Tuan Beom memegang nya dengan satu tangan nya.
"Ahjussi, ini benar benar sangat hangat," tatap Shou. "(Ketika Ahjussi masuk ke bak mandi, rasanya air nya keluar lebih dari setengah, air nya tadi dingin sekarang menjadi agak hangat ketika Ahjussi masuk, dari awal, jika berada di dekat Ahjussi, rasanya memang sangat hangat.) Ini hangat," tambah Shou dengan senyum nyaman nya.
"Ini air dingin, kau merasa hangat?" tanya Tuan Beom dengan alis bingung.
"Aku hanya hangat dekat dengan Ahjussi," Shou memutar tubuh memeluk Tuan Beom dan terlihat buah dada nya tertekan di tubuh Tuan Beom. Kedua buah dada itu benar benar putih seperti mochi yang kelihatan lembut, dan ada banyak perubahan, dada Shou menjadi agak besar dari punya nya yang dulu.
Dari sana, Tuan Beom juga menyadarinya. "Kenapa itu tumbuh begitu cepat?" tatap nya dengan serius menatap ke dada Shou membuat Shou berwajah merah menutup dadanya.
"Um.... Um.... Ini karena... Ini karena Ahjussi selalu menyentuh nya," balas Shou dengan wajah malu.
Lalu Tuan Beom memegang pinggang nya dan mereka mencium bibir, seketika di saat itu juga. Shou merasakan ada yang menyentuh paha nya ketika ia duduk di pangkuan Tuan Beom.
Shou terdiam merasakan karena itu adalah penis Tuan Beom, ia tegang membuat Shou terdiam kaku.
"Ahjussi, Anda tegang!"
"Jangan khawatir, jika kau tidak mau, aku juga tidak memaksa," kata Tuan Beom sambil mencium leher Shou yang berwajah begitu merah.
"Ah... Ahjussi!" Shou mendorong tubuhnya membuat mereka saling menatap. ". . . Anda terus melakukan ini, kenapa terus saja mencium ku, menandai ku, apakah anda tidak berpikir bahwa ini sudah terlalu banyak?" tatap Shou.
Lalu Tuan Beom terdiam dan melihat tubuh Shou, banyak cupang dimana mana. Ia lalu memegang salah satu di bahu Shou. "Ini akan hilang dengan sendirinya."
".... Um... Ahjussi, soal yang kemarin, apakah Anda benar benar tidak apa apa mengenai Anda mengantar ku hari ini?" tatap Shou.
"Ini baik baik saja," balas Tuan Beom.
Lalu Shou tersenyum dan di saat itu juga, secara kebetulan merasakan penutup luka di perut Tuan Beom, ia lalu memegang nya. "Ahjussi apakah ini tidak apa apa jika terkena air."
"Itu akan baik baik saja," Tuan Beom hanya membalas dengan singkat dari tadi.
Lalu Shou terdiam khawatir dan memeluk erat Tuan Beom. "Ahjussi, kenapa Anda melakukan hal berbahaya seperti ini? Apakah Anda tahu... Aku memiliki keinginan menghabiskan waktu dengan Ahjussi dengan keadaan sehat dan tidak terluka seperti ini."
Tuan Beom yang mendengar itu menjadi memeluk Shou dan mencium bahu Shou.
"Apa kau ingin bersama ku, Shou?"
". . . Ya, sangat."
"Baiklah, setelah aku menyelesaikan beberapa pekerjaan ini, aku akan mengajak mu ke rumah ku," kata Tuan Beom. Seketika Shou terdiam dengan mata antusias. "Ya, aku ingin, aku tak sabar melakukan nya... (Aku tidak sabar ingin ke tempat Ahjussi, aku ingin melihat rumah Ahjussi....)" Shou langsung memeluk senang. Tuan Beom memegang pinggang Shou dan kembali mencium Shou.
"Ahjussi, um.... Apa aku bisa memegang...." Shou menatap.
". . . Memegang apa?"
"Um... Um... Penis milik Ahjussi," Shou menatap dengan wajah merah nya.
"Lakukan saja," Tuan Beom berubah menjadi berwajah seringai. Lalu memegang tangan Shou dengan tangan besarnya.
Shou terkejut dan seketika tangan nya memegang penis Tuan Beom.
"Ah.... Ini sangat besar, dan keras," Shou memegang dengan pelan tapi itu tetap membuat Tuan Beom jelas merasakan itu.
Ia menutup mata dengan napas panas, padahal Shou hanya memegang nya saja.
"Ahjussi, apakah ini enak?" tatap Shou.
". . . Hanya jika kau mencocoknya, bukan hanya menyentuhnya," balas Tuan Beom.
Lalu Shou akan mengocok, tapi siapa sangka. Tangan Tuan Beom menghentikan nya. "Tak apa, lakukan lah lain kali, kita juga harus segera berangkat," tatap nya. Lalu Shou kembali terdiam, ia seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Um... Ahjussi.... Apakah ini baik baik saja jika anda mengantar ku hari ini?" Shou menatap.
"Selagi kau bilang hingga beberapa hari ke depan kau tidak sibuk, itu akan baik baik saja jika kau ingin bertemu dengan kakek mu," balas Tuan Beom.
"Tapi, ini begitu aneh, aku benar benar merasa tidak nyaman jika Ahjussi bilang begitu, bagaimana dengan Ahjussi, apa anda benar benar tidak sibuk hari ini hingga beberapa hari ke depan? Aku takut Ahjussi akan sibuk hari ini dan beberapa hari ke depan," tatap Shou dengan wajah yang khawatir.
"Tidak perlu khawatir, jika kita memang sama sama mengatakan tidak sibuk, maka kita juga tak akan sibuk hari ini hingga beberapa hari ke depan."
"Apakah ini beneran? Berapa hari Ahjussi bisa tidak sibuk?"
"Hanya jika kau sudah selesai mengunjungi kakek mu nanti."
"Tapi, ada hal yang banyak sekali ingin aku tunjukan pada Ahjussi ketika di sana, itu juga akan menghabiskan banyak waktu maupun hari."
"Sudahlah, sibuk ku yang penting aku bisa bersama mu," kata Tuan Beom. Seketika Shou berwajah sangat merah.
"Ahjussi.... Um... Aku... Aku benar benar tidak percaya ini terjadi," Shou menatap arah lain dengan rasa canggung. Dari sana, Tuan Beom merasakan buah dada Shou yang terus menempel di dada nya juga.
Lalu tangan Tuan Beom mendorong pinggang Shou dan mencium leher Shou membuat Shou terkejut.
Posisi Shou masih duduk di pangkuan kaki kiri Tuan Beom yang menatap dengan tatapan datarnya.
"Um.... Ahjussi... Apakah Anda ada rencana menikah dengan pasangan?" Shou menatap. Lalu Tuan Beom terdiam dan menghela napas panjang.
"Aku tidak tahu," balas nya.
"Kenapa? Umur anda bahkan sudah lebih dari menikah, apa yang anda lakukan ketika anda tidak menikah," Shou menatap panik.
Tapi Tuan Beom tidak mendengar kan, ia menarik Shou dan mencium Shou beberapa kali membuat Shou terkejut dan mulai bernapas panas.
"Hng..... Ahjussi.... Apa yang anda lakukan?"
"Melakukan apa yang aku mau," balas Tuan Beom begitu saja sambil terus meraba Shou, mencium beberapa kali tubuh Shou, bahkan Shou hampir terangkat oleh tangan Tuan Beom hanya karena ingin mencium perut Shou.
"Ah.... Ahjussi hentikan, kita sedang di kamar mandi," Shou menatap dengan mata panas.
Tapi Tuan Beom berdiri sambil menggendong Shou membuat Shou terkejut.
Tuan Beom berlutut meletakan Shou duduk di samping bak mandi membuat Shou terdiam.
Tuan Beom terus mencium tubuh Shou di sana. Lalu mencium bibir Shou, tapi tiba tiba mereka mendengar sesuatu dari pintu kamar mandi membuat mereka menoleh.
Suara itu seperti suara yang terus terbuat dan tidak beraturan, suaranya jika di kira kira, itu ada di bagian bawah pintu.
Mereka berdua menatap terdiam dan Shou yang mendengar itu sudah ketakutan dari tadi dengan menggenggam erat bahu Tuan Beom.
"Aku akan melihat," Tuan Beom akan berdiri tapi Shou menghentikan nya.
"Ah Ahjussi tunggu, bagaimana jika itu orang yang tidak baik?" Shou menatap cemas sekaligus khawatir membuat Tuan Beom terdiam.
Tapi ketika mereka mendengar suara. "Meonggg," rupanya itu adalah kucing Empa.
Shou menjadi menghela napas panjang dan menatap Tuan Beom yang juga menatap nya dengan datar.
"Eheheh..." Shou menjadi tertawa sendiri tapi Tuan Beom menatap dekat wajahnya membuat Shou terdiam tidak nyaman.
"Um.... Um.... Uhm!" Shou terkejut, karena Tuan Beom langsung mencium bibirnya.
Mereka mencium bibir hingga sangat lama dan melepasnya membuat tali ikatan ludah itu.
"Hng.... Ahjussi, kita harus cepat menyelesaikan mandi ini," tatap Shou. Lalu mereka menyelesaikan mandi mereka.
Tak lama kemudian, Shou berdiri di samping meja makan menghias sebuah kue buatan. Ia menghiasi dengan sangat rapi dan krim nya yang berwarna warni. Kue yang sangat terlihat cantik dan enak. Lalu Tuan Beom datang dengan sudah memakai bajunya, baju yang tidak berganti, kemeja hitam dan celana hitam panjang nya, ia menatap kue itu. "Kau akan memakan nya?" tatap nya.
"Ah, tidak, ini untuk kakek.... Aku akan memberikan nya untuk kakek nanti," balas Shou.
Tuan Beom lalu terdiam sebentar lalu berjalan pergi.
Shou hanya tersenyum dan melanjutkan menghias kue itu.
Setelah itu, tampak mobil berjalanan di jalanan kecil dan bukan jalan raya. Hanya terlihat pemandangan sawah maupun hutan.
Shou duduk di bangku samping supir menatap jendela dengan terdiam ngalamun sementara Tuan Beom menyetir. Ia lalu menoleh ke Shou yang terdiam.
". . . (Jalan ini.... Seperti aku pernah dengar saja.) Apakah ini memang benar jalan nya?" tanya Tuan Beom pada Shou yang menjawab.
"Ya, jalan ini jadi mengingatkan ku," balas Shou, tapi aneh nya, Shou menjawab tanpa menoleh.
Tuan Beom terdiam ketika Shou tidak menoleh. Lalu di saat itu juga, ada pantulan cahaya yang membuat pantulan wajah Shou terlihat di kaca dan di saat itu juga, Tuan Beom melihat pipi Shou teralirkan air mata.
Tuan Beom terdiam menatap ke depan lalu menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Hal itu membuat Shou mengusap air matanya dan menoleh. "Ahjussi, kenapa?"
Tapi Tuan Beom terdiam menatap nya dengan tatapan jutek. "Aku yang harus tanya begitu, kenapa kau menangis.... Lagi," tatap nya.
Hal itu membuat Shou terdiam dan kembali melihat ke arah jalanan. "Ini tidak apa apa, aku hanya teringat sesuatu..." balas nya.