Chereads / I'm About Your's / Chapter 42 - Chapter 42 I'm About Your's

Chapter 42 - Chapter 42 I'm About Your's

"(Aku terlahir dari keluarga yang bermarga sangat penting, mungkin gadis sepertiku sangat sulit dipercayai bahwa aku memang punya marga penting, Tapi yang pasti... Nama marga ku tidak akan mau di dengar oleh orang lain. Chin... Marga keluarga ku, mungkin itu hanya terdengar seperti marga biasa, tapi... Ayah, yang seharusnya meneruskan kediaman Chin kini malah pergi, sebenarnya yang mengalami kecelakaan itu adalah ibuku, dia meninggal di tempat dan juga, ayah tidak di temukan, kami memalsukan nya bahwa dia telah mati bersama ibu, aku tidak yakin... Karena kakek juga bilang bahwa ayah juga mati, ada hal yang aku tahu, ayah belum mati, dia masih ada di dunia ini, dia hanya lari dari tanggung jawab nya. Ayah pikir seorang gadis seperti ku mampu memegang kediaman sebesar itu, kenapa ayah bersikap begini? Dari awal, sikapnya pada ibu juga sangat aneh, mereka sama sekali tidak romantis. Aku di besarkan oleh mereka berdua tanpa senyuman apapun. Mereka tak memberiku senyuman, hanya wajah yang tak mau menatap ku. Bahkan ketika kami makan bersama, mereka tak bicara apapun sama sekali. Ketika aku mencoba mencari perhatian pada ibu, dia hanya tersenyum kecil dan pudar begitu saja. Apa yang salah dengan ku, kehidupan ku tidak semanis apa yang selalu aku tunjukan pada dunia. Aku juga termasuk gadis yang aneh.)"

Ketika Shou berumur 10 tahun. Dia tinggal bersama dengan orang tuanya di apartemen kota yang jauh di Korea.

Suatu ketika, dia bertanya pada ibunya yang sedang memasak.

"Ibu, kenapa kita tidak tinggal di tempat kakek, kakek kesepian di sana nanti."

". . . Kita tak tinggal di sana, di sana menyeramkan, jika ke sana, hanya ada rasa suram dan dendam yang ada, tapi jika ayah dan ibu tak ada atau bisa di bilang sibuk, kau bisa bermain di sana, kakek mu pasti lebih senang," balas ibunya tanpa menatap ke Shou yang ada di bawahnya.

"(Aku tak mengerti? Kenapa ibu mengatakan kalimat yang aneh, dia menggunakan satu kalimat panjang untuk menggambarkan dua artian sekaligus, aku memang belum pernah melihat kakek dan ketika aku mendengar seperti apa kediaman itu dari ibu, aku menjadi berpikir bahwa kakek pasti juga memiliki sifat yang buruk.)"

Shou terdiam polos, selain mendapat penggambaran buruk, dia juga memiliki sifat iri pada teman teman nya yang memiliki ibu yang sesuai keinginan. Setiap hari, ia terus bertanya pada ibunya dengan menarik pelan baju ibunya membuat ibunya menatap. "Ibu, teman teman ku... Mereka memiliki ibu yang sangat menarik, bercanda bersama, apa ibu mau seperti mereka untuk ku?"

"Kenapa tidak ayah saja sayang?" tatap ibunya, lalu ia kembali fokus memasak membuat Shou terdiam.

"(Hanya membalas itu saja, seharusnya dia berlutut, menatap mata kosong ku dan berkata. 'Benarkah? Kalau begitu ibu juga akan seperti mereka' kenapa kata kata itu tidak pernah di ucapkan olehnya?)"

"(Aku sudah bilang, aku di besarkan oleh mereka. Tanpa kasih apapun. Hingga aku harus melakukan hal kedua, meminta ayah,)" Shou berdiri menatap jam dinding, ia lalu menoleh ke pintu dan di saat itu juga, ayah nya datang membuka pintu.

"Ayah, apa aku boleh keluar bersama ayah hari ini?" tanya Shou menatap ayahnya yang sudah pulang dari bekerja.

Tapi ayahnya hanya menggeleng. "Tidak bisa, ayah lelah," balasnya melewati Shou.

Shou menatap ayah nya yang berjalan ke kamar tanpa menyapa ibu yang di lewati nya.

"(Yang aku lihat saat itu.... Hanyalah warna yang abu abu, tak berwarna sama sekali... Aku berpikir, bahwa apakah aku ini buta warna... Aku sama sekali tak melihat warna bibir mereka.)"

--

"Shou, apa di upacara pesta sekolah nanti orang tua mu akan datang?" tanya teman teman di sekolah. Mereka dengan rasa ceria datang padanya.

"(Tentu saja mereka ceria... Mereka mendapatkan hari yang baik, senyum manis dan kecil mereka benar benar bisa membuat ku membayangkan bahwa mereka selalu di kecup orang tua mereka ketika akan berangkat sekolah.)"

"Tentu, mereka akan datang, bahkan mereka berdua," Shou membalas dengan bersemangat. Dia menutupi hal sedih nya.

"(Kadang aku memakai wajah ini, kadang juga tidak, wajahku benar benar payah, bodoh dan sangat kosong, tetapi ketika mereka bertanya dengan ramah, aku juga akan membalas dengan senyuman.)"

"Benarkah? Mereka benar benar datang, aku belum pernah melihat orang tua mu, karena setiap datang maupun pulang, kamu selalu sendirian," kata teman teman Shou.

"(Dari sana, ketika aku mendengar itu... Aku memang berangkat dan pulang sendiri karena tempat ini hanya bejarak 5 meter saja.)"

"Tentu, mereka akan datang kok," Shou kembali membalas.

"(Apa yang ku katakan... Sangat payah... Seharusnya aku jangan terlalu antusias.... Karena.....)"

--

"Shou, dimana orang tua mu, ini sudah pesta sekolah," tatap teman nya yang mendekat pada Shou yang terdiam sendiri.

Shou hanya membalas sambil tersenyum manis. "Mereka akan datang sebentar lagi."

"(Kenapa.... Kenapa aku mengatakan kalimat itu, bahwa aku sudah tahu... Mereka tak bisa datang dengan alasan yang berbeda.)"

Ibu... 'Ibu harus bertemu dengan teman dan mampir membeli belanja makan rumah'

Ayah... 'Tak bisa, ayah akan lelah setelah bekerja'

"(Terus saja katakan hal itu... Aku tak bisa lagi melubangi telingaku untuk membuat setiap suara kebohongan kalian masuk, mau bagaimana lagi, memang nya aku pernah bilang bahwa orang tuaku sangat baik, menyayangiku, memang nya aku mengatakan bahwa keluarga ku harmonis... Tentu saja tidak.)"

--

"Apa yang kau katakan soal kediaman itu?! Kau tidak bisa meninggalkan barang itu begitu saja?!" teriak ibu pada ayah.

"Itu terlalu berat, tanggung jawab kediaman memang ada di tangan ku, tapi kau pikir aku juga tidak perlu bekerja?! Mendapatkan uang itu sangat susah apalagi besok ketika memegang kediaman, aku tak akan dapat uang apapun!!"

"Kalau begitu jual saja kediaman itu, biarkan orang tua itu pergi dan jadi gelandangan!!! (Kakek Shou)."

"(Aku menyaksikan itu sendiri, mengintip mereka dari balik pintu kamar. Hati ku ingin bicara. "Ibu, ayah... Apa yang kalian lakukan... Guru bilang, kita tak boleh berteriak terlalu keras pada orang yang kita sayang."

"(Apa yang aku bicarakan? Aku berpikir sendiri dan melihat sesuatu yang tak terduga.)"

--

"Sudah cukup, aku ingin pergi!!" kata ibu, ia berjalan pergi keluar rumah.

"Baiklah pergilah!! Awal pernikahan kita ini hanyalah sebuah perjodohan yang basi... Semua yang kita buat, akan kita lupakan... Terserah kau, aku tak mau terlihat lagi!!" tambah ayah, dia menjadi marah dan membanting meja setelah ibu pergi.

Berteriak dan putus asa. Di saat itu juga, Shou datang dengan ketakutan. "Ayah...." ia menatap polos membuat nya menoleh.

"Shou.... Mulai sekarang, ikutlah kakek mu."

"(Kalimat yang aku dengar terakhir kali dari seorang ayah seperti nya.)"

Tetapi, apa yang dilihat Shou, ibunya kembali ke apartemen.

Ia menatap ayah Shou yang duduk merokok di sofa. "Kita selesaikan sekarang," kata ibu Shou pada ayahnya.

Shou terdiam menatap itu, lalu kedua orang tuanya menoleh ke arahnya.

"(Apa? Kenapa kalian menatap ku? Ibu, bukankah ibu pergi... Aku tahu ibu tidak kuat pergi dan lebih sayang bersama ayah dan aku kan, tapi kenapa ketika kalian menatap ku, pandangan kalian sangatlah berbeda padaku, mata kalian seperti bicara bahwa kalian ingin melakukan sesuatu padaku.)"

--

"Shou, jangan khawatir... Ikutlah bersama kakek," kata kakek nya yang tak terlihat wajahnya. Ia menggendong Shou yang terdiam menatap sesuatu yang perlahan pergi. Itu ayahnya dan juga ibunya, pergi meninggalkan nya di kediaman yang besar.

"Kemana ayah dan ibu akan pergi?"

"Dia akan pergi sebentar, menjalani kehidupan orang orang yang tidak pantas dan tidak bertanggung jawab," balas kakek nya.

Ketika aku mendengar itu, aku tak bisa menampung air mataku, kediaman ini mengerikan, itulah yang aku dengar dari ibu, dan aku sudah berpikir takut duluan melihat kakek yang rupanya belum terlalu tua, dia tampak seperti pria dewasa yang berumur 40 tahun.

"(Di saat itu juga, aku di didik oleh kakek dan dari sana aku tahu, bahwa kediaman dan kakek sendiri adalah sesuatu yang baik.)"

"Shou, kau gadis yang manis. Jika kau bertemu dengan orang, tersenyumlah dan tebarkan kegembiraan mu," kata kakek nya mencubit pelan pipi Shou.

"Kakek, apa dengan begitu, banyak orang yang akan menyukai ku?"

"Ya, semua orang akan menyayangimu, biarkan dunia juga melihat mu... Kau gadis manis."

"(Sangat baik, dan lembut.... Seseorang yang di bilang mengerikan dan jahat oleh ibu rupanya adalah seseorang yang penyayang, Satu satunya orang yang menunjukkan kasih nya padaku adalah kakek, dia mengajarkan ku untuk tetap senang dan ramah pada orang lain, dia tak banyak menjelaskan soal kediaman padaku karena aku masih kecil, karena dia, aku berhasil melihat warna dunia yang indah, dunia yang sangat baik, mendengar kata kata yang baru dan juga, semuanya aku terima dengan senyuman seperti yang di ajarkan kakek... Dan ketika aku sudah 16 tahun... Semuanya terjadi.)"

--

"Kakek, kenapa semua orang menangis?" tanya Shou melihat dua peti mayat di depan nya dengan banyak orang menangis di sana dan kakek nya memegang pelan tangan kecil Shou, berdiri menatap kedua peti itu.

"Shou... Mulai sekarang, jangan pikirkan kedua orang tuamu itu."

"(Mendengar itu, apa yang kulakukan di umur itu memang di luar kendali. Aku menangis dan kakek memeluk ku dengan erat dan berkata berat.)"

"Kediaman ini terserah padamu sekarang."

"(Kenapa kakek berkata begitu? Apakah pada akhirnya kediaman besar ini milik ku, padahal yang ada di kediaman ini hanyalah kakek ku, mau bagaimana lagi.)"

--

"Shou, jika kau tidak mau memegang kediaman ini, dan jika terlalu berat untuk mu, maka berikan pada pria yang kau pilih, ingat... Pria yang kau pilih, dan juga, bertanggung jawab."

--

"Pria yang aku pilih.... Bertanggung jawab?"

"(Hu.... Layak nya.... Sesuatu yang tidak pernah ada....)"