Terlihat Tuan Beom duduk di sofa nya sambil kaki nya yang ada di atas meja dengan masih memakai sepatu dan setelan baju yang selalu ia pakai.
Ia menatap ponsel nya tanpa jari yang bergerak, sepertinya ia benar benar melihat nama Shou di kontak nya. Selama beberapa jam di sana hanya menatap nama kontak Shou. Hingga layarnya mati.
"(. . . Aku tidak tahu, apakah aku harus memberinya kabar atau tidak, itu karena dia tidak menghubungi hari ini,)" pikirnya dengan wajah biasa nan datarnya.
Lalu asisten nya datang. "Hyung nim, pesawat nya akan sebentar lagi sampai, Anda harus segera ke bandara," tatap nya.
Tuan Beom menyimpan ponselnya di saku bajunya lalu berjalan pergi. Sepertinya dia memang akan terbang ke Jepang tanpa memberitahu Shou. "(Aku akan memberi tahu nya ketika sudah sampai.)"
Setelah beberapa jam perjalanan, Tuan Beom sudah mendarat dengan pesawat nya di bandara internasional Jepang.
Ada seseorang datang di sana. Seorang pria hampir sebaya tingginya dengan nya datang bersama seorang wanita yang hanya tersenyum.
"Direktur Beom," ia mengulur tangan bermaksud berjabat tangan dan Tuan Beom menerima nya.
"Sudah lama tidak kemari, bisa aku minta bantuan Anda?"
". . . Aku akan melakukan nya," balas Tuan Beom.
"Bagus bagus, tolong ikut aku," pria itu mengantar nya.
Dia adalah Tuan Nakana. Dia merupakan salah satu konglomerat terbesar dan terpengaruh di Jepang. Memiliki banyak kediaman dan tentunya bukan miliknya secara murni. Dalam hal gelap, dia di sebut sebagai pria pengambil kediaman.
Saat ini mereka ada di ruangan rapat, tanpa siapapun, hanya ada mereka berdua di ruangan itu.
Saling duduk di sofa dan berhadapan.
"Jadi, Direktur Beom, aku hanya ingin bilang pada Anda bahwa ada salah satu kediaman dengan tanah Luas, sangat penting harus aku dapatkan. Tepatnya di Seoul, bukan, bukan Seoul, tapi di kota Jeju, di pedalaman sana ada salah satu kediaman yang sangat penting, aku butuh semua yang dimiliki nya, tempat nya, tanah, dan apa pun yang ada di sana. Tapi sayang nya, pihak kami sudah kesana dan melakukan penawaran tapi orang itu bilang bahwa akan ada penerus yang ingin meneruskan kediaman itu, aku benar benar tidak yakin. Angka keturunan semakin tahun semakin menurun, mungkin banyak kediaman mati karena Faktor itu, jadi tidak banyak orang yang ingin meneruskan kediaman, aku ingin Anda ke sana menyelidikinya, tapi sebelumnya, aku ingin minta bantuan Anda, ambil semua kediaman yang telah aku tandai di sini."
"Kenapa tidak lakukan sendiri?" tatap Tuan Beom yang langsung bertanya.
"Pertanyaan yang bagus, aku tak punya waktu dan orang orang tak ada yang aku percayai, hanya Anda sajalah yang aku percayai, sebagai gantinya aku akan memberikan harga yang sempurna, juga... Di bar sini, ada banyak wanita baru yang masuk, mungkin anda bisa ambil satu atau semuanya," kata Tuan Nakana melirik nya dengan tatapan seringai.
Tuan Beom hanya terdiam dengan wajah datarnya, ia lalu menutup mata sambil menghela napas panjang.
Setelah itu, Tuan Beom pergi ke banyak kediaman. Ia mengambil semuanya dan di salah satu kediaman, ia datang bersama beberapa orang suruhan.
Ia berhenti di depan gerbang pintu kediaman.
"(Mengambil hak kediaman orang lain, ini memang tidak berhak dilakukan, tapi mau bagaimana lagi...)" ia masuk tapi tiba tiba ada seorang lelaki menyerang nya.
Tuan Beom hanya berwajah biasa karena dia hanya menangkap tangan lelaki itu.
Lelaki itu mencoba melepaskan diri, rencananya gagal akan menyerang Tuan Beom.
Tuan Beom melepasnya membuat jatuh ke bawah. "Apa berhak mu, mengambil kediaman kakek ku, kediaman ini diteruskan oleh kakak ku, dia harus meneruskan kediaman ini, kami juga sudah bilang pada kalian bahwa ada penerus si sini, jadi jangan ambil begitu saja!" lelaki itu menatap tak terima.
". . . Lalu dimana sekarang orang yang akan meneruskan nya?" Tuan Beom menatap datar.
"Dia.... Dia sedang pergi," lelaki itu membalas dengan wajah kecewa nya.
"Dia tak memiliki tanggung jawab melakukan itu, lepaskan saja Hak kediaman ini padaku," kata Tuan Beom.
"Apa!! Kau pikir membangun marga besar begini mudah huh?! Memangnya apa alasan kalian huh!!?" tatap lelaki itu dengan masih membentak.
Tapi satu orang yang bisa di bilang bawahan yang mengikuti Tuan Beom tadi langsung menarik kerah lelaki itu dan menatap nya.
"Hak dari kediaman adalah melahirkan penerus baru dan menjaga nya tanpa mengembangkan tradisi yang ada, karena ini bukan zaman yang sama. Tanah ini di butuhkan untuk menghancurkan tempat ini, kediaman itu bermarga besar, percuma jika tak memiliki keluarga besar, kecuali jika memiliki kekuasaan pantas atas kewajiban sebenarnya dari kediaman. Yakni menghancurkan nama bermarga," kata bawahan itu, ia langsung melepas dan membanting lelaki itu ke bawah.
"Tapi kakek ku sudah melakukan nya!!! Kami sudah melakukan kewajiban nya!!! Bukan itu kewajiban sebenarnya!! Kewajiban dari kediaman ini adalah menjaga nama baik kediaman, bekerja sama dengan kediaman lain dan membangun klan baru maupun klan bersama," tatap lelaki itu.
"Yeah, jika itu memang bisa dilakukan, kenapa kalian tak melakukan nya lebih awal, apakah kau melakukan nya?" lirik Tuan Beom. Hingga akhirnya lelaki itu terdiam.
Kediaman nya itu pantas di ambil karena dia tidak melestarikan kewajiban dari kediaman di dunia ini.
"Biarkan aku mengambil ini," tatap Tuan Beom.
Tapi lelaki itu tetap bersikeras menghentikan Tuan Beom.
"Tetap diam di tempat mu!! Sekali lagi kau melangkah, aku akan membunuhmu," lelaki itu tiba tiba dan tidak di sangka mengeluarkan pisau.
Beberapa orang bawahan Tuan Beom terkejut melihat itu dan akan menyerang nya, tapi lelaki itu dengan amatir melempar pisau itu ke arah lain dan langsung menyerang Tuan Beom.
Tuan Beom kembali menahan tangan nya yang hendak menyerang dan langsung memukul lelaki itu hingga jatuh ke bawah.
"Sial... Aku tidak akan memaafkan mu," lelaki itu memegang pipinya yang lebam.
"Pergilah sekarang," tatap Tuan Beom dengan wajah serius.
"Hm..." tiba tiba lelaki itu tersenyum seringai. Ia berdiri dan di saat itu juga menjatuhkan suatu ponsel yang rupanya itu adalah ponsel milik Tuan Beom membuat semua nya terdiam.
Dengan cepat, lelaki itu menginjak ponsel itu beberapa kali hingga benar benar hancur membuat Tuan Beom memasang wajah semakin serius.
Ia bahkan ingat hal yang sama yang ia lakukan pada ponsel Cha, menginjak nya satu kali dan langsung hancur tak akan bisa di gunakan, kini ponselnya dilakukan oleh orang yang berbeda.
Tiba tiba leher lelaki itu tercekik orang dari belakang. Tepatnya bawahan Tuan Beom.
"Bunuh dia di tempat jauh, tetap ambil kediaman ini," kata Tuan Beom, ia berbalik dan berjalan pergi dari sana.
"Baik," mereka membalas.
"Tunggu, apa!! Kamu tak bisa memperlakukan ku begini, dasar orang keji!!" teriak lelaki itu, teriakan terakhir nya pada Tuan Beom.
Tak lama kemudian, Tuan Beom menunggu di luar gerbang kediaman. Ia menyalakan rokok nya dan melihat sebentar korek pemberian Shou itu.
"(Mau bagaimana lagi,)" ia menyalakan rokoknya.
Tak lama kemudian, salah satu suruhan nya datang. "Tuan Beom, ponsel Anda, sudah tidak bisa digunakan kembali," tatap nya menunjukan satu cip kartu dari ponsel nya, itu cip memori.
"Memori ini juga sudah rusak, semuanya hangus," tambahnya.
Tuan Beom terdiam tak menoleh padanya dari tadi, lalu membuang rokoknya ke bawah dan menginjak nya sambil berjalan pergi. "Tinggalkan itu, kita ke kediaman berikutnya," balasnya.
Hingga selama beberapa hari ke depan, ia terus melakukan itu hingga ia mendapat perlakuan sama pada pemilik kediaman yang sangat banyak.
Tuan Nakana berbohong, kediaman yang Tuan Beom hampiri, tidak kosong, tetapi masih ada orang yang tak rela melepas kediaman.
"Apakah yang dikatakan mulutmu benar, aku mengambil semua kediaman tanpa orang kosong sekalipun, itu membuat ku banyak terserang," tatap Tuan Beom dengan tatapan yang sangat serius.
"Yah anda tahulah, aku mengambil kediaman itu karena penerus nya tidak akan berguna, tak memiliki keturunan kekuatan, bertarung saja tak bisa apalagi mengalahkan anda saat dalam perang pengambilan hak... Jadi karena sudah selesai semuanya, aku berterima kasih pada anda, dan sekarang, anda boleh mengambil wanita wanita itu yang sudah menunggu anda," tatap Tuan Nakana.
Tapi Tuan Beom hanya terdiam dan berdiri dari tempatnya. "Aku akan langsung pergi."
"Tunggu Direktur Beom, jangan lupa soal kediaman yang aku maksudkan di Jeju," tambah Tuan Nakana. Tuan Beom hanya membalas dingin. Jadi selama itulah yang dilakukan Tuan Beom.
Dia hanya menunggu waktu untuk berangkat ke kediaman sasaran, setiap hari duduk di kursi gerak nya sambil duduk dengan posisi menurunkan pandangan nya dan memegang keningnya sendiri.
"Ha.... Layaknya sesuatu yang tak pernah berhenti," ia bernapas panjang seperti putus asa, ia lalu menoleh ke sebuah tanggalan segitiga di atas meja nya itu, ia menatap tanggal sekarang. Tak terasa, sudah sangat lama ia tidak bertemu Shou dan sekarang perasaan nya hampir terbendung.
Ia mengingat setiap kali yang sudah ia lakukan dengan Shou di ranjang. Ia ingat ketika Shou beberapa kali mendesah, menangis, dan memohon untuk di masukkan.
"(Ketika aku menciumnya, lidahnya sangat kecil dan hangat, aku bisa merasakan seberapa hangat suhu tubuhnya, seberapa lembut setiap kulit yang aku gigit, tak banyak orang yang bisa memiliki hal seperti itu, apalagi, dia tidak mengalami pengalaman soal ini sama sekali, dan itu sangat nyaman... Aku tidak tahu, apa yang dia rasakan ketika aku bersama dengan nya, bersama dengan Shou membuat ku ingin mencium nya beberapa kali, ini mungkin karena aku sudah terbawa arus gemas padanya,)" pikir Tuan Beom sambil kembali menghela napas panjang. "(Ini payah..... Dan persetanan.)"
Setelah kembali, ia masih harus banyak rapat dan bertemu banyak pekerja sama sehingga tak ada waktu mengganti ponsel nya untuk mengkabari Shou.