Seoul, Korea Selatan, 21 Januari
"Hari ini aku akan berangkat awal," Shou mengambil tas nya dan berjalan keluar apartemen. Tapi sebelumnya, ia berhenti di depan pintu apartemen Tuan Beom.
"(. . . Ahjussi, Anda tidak ada tadi malam,)" pikirnya. Ia lalu mendekat dan perlahan mengetuk pintu.
". . . Um... Ahjussi, ini aku, apa Anda di dalam?" tanya Shou. Tapi tak ada jawaban sama sekali.
"(Ini hampir 2 hari... Aku belum mendapatkan kabar dari Ahjussi, apa yang sebenarnya dia lakukan?)" pikir Shou dengan khawatir. Lalu memilih berjalan pergi, di depan apartemen pun tak ada mobil Tuan Beom sama sekali. Jadi ia berpikir, Tuan Beom tidak pulang tadi malam.
Sesampainya di kampus. Shou langsung mendapatkan pesan dari dosen.
-Shou, mahasiswa baru itu ada di kantorku, ke sana lah duluan-
"Ah, baiklah, seperti nya ini tugasku," kata Shou, ia lalu berjalan ke lorong menuju pintu kantor dosen. Ketika di lorong sebentar lagi, ia melihat ada seorang lelaki yang berdiri di depan pintu kantor dosen. Dia memakai kaca mata dan Shou terdiam melihatnya.
Dia mendekat. "(Aku belum pernah melihat nya sebelumnya... Apa dia mahasiswa barunya?)" pikir Shou. Lalu lelaki itu menoleh dan di saat itu juga, mereka sama sama memasang wajah terkejut.
Dimata lelaki itu, Shou adalah gadis penjaga supermarket dan dimata Shou, lelaki itu adalah pelanggan yang tidak banyak bicara itu.
"Ah... H... Halo," Shou menyapa. Seketika lelaki itu terdiam kaku. "(Tentu saja aku kaku, aku kemarin mengatakan hal yang aneh...)"
Mari kita lihat kilas balik nya....
"Apa yang di sukai gadis seperti mu?" tanya nya. Seketika Shou terdiam kaku.
"I... Ini bukan seperti yang kau pikirkan, aku hanya sedang mencari sesuatu untuk seseorang yang akan aku temui, seseorang bilang, dia memiliki ciri ciri sama seperti mu, jadi kupikir kau bisa katakan apa yang kau suka."
"Ah aku tahu, apa kau sedang mencoba menarik perhatian nya~?" lirik Shou.
Lelaki itu hanya terdiam. Lalu Shou membalas.
"Aku suka mochi, hadiahkan saja mochi padanya, dia pasti suka. Aku bisa merekomendasikan mochi di rak sana," Shou menunjuk rak mochi. Model bentuknya sama seperti apa yang di beli Tuan Beom pertama kali.
Lalu lelaki itu berjalan ke sana dan terdiam. "Apa rasa yang kau suka?" tatap nya.
"Ah, aku lebih suka susu, tapi kau bisa memilih apapun," kata Shou.
Lelaki itu sekali lagi terdiam dan mengambil mochi putih. Dia membeli 6 biji. Lalu di berikan pada Shou.
"Ini dia, semoga dia suka," kata dia sambil memberikan bungkus cantik nya.
--
"(Astaga, jika aku bisa mati aku ingin sekarang, aku benar benar malu dan aku yakin, dia juga sama sama malu,)" Shou menatap gemetar. Mereka berdua menjadi canggung.
"Um... Ini tidak seperti yang kau pikirkan, aku benar benar minta maaf telah berkata dan bercerita soal hal itu," tatap lelaki itu, ia lalu memberikan kotak mochi yang kemarin ia beli pada Shou, Shou hanya terdiam dengan wajah polosnya. "Um... Aku juga minta maaf, kamu pasti sangat khawatir, tak apa, aku bisa menghargai tekat mu untuk ku," kata Shou.
". . . Aku tidak malu, aku justru senang karena barang yang aku berikan sesuai dengan kesukaan mu," tatap lelaki itu. Lalu Shou tersenyum senang. "Ya, terima kasih."
Lelaki itu yang melihat senyumnya menjadi terpana. "(Dia seperti yang di deskripsikan, sangat manis dan cantik,)" pikirnya. Ia lalu ingat pada apa yang dikatakan dosen padanya.
--
"Dia bernama Shou, seorang gadis yang paling manis di kelas ku, bahkan di kampus. Tak hanya wajahnya yang membuat kan kepercayaan tekad, tapi sifatnya, dia benar benar sangat ambisius dalam belajar hal ini, karena itulah, dia menjadi salah satu mahasiswi paling berpengaruh di kampus, aku percayakan apapun pada dia... Kau bertemu dengan nya sendiri ya nanti," kata dosen pada nya sebelum bertemu Shou.
"Bagaimana ciri cirinya?"
"Ah, dia manis, kulitnya sangat putih, kadang dia mengurai dan menguncir rambut panjang nya dan juga, dia tak pernah memakai pakaian terbuka seperti rok mini."
--
"(Ini memang benar, dia memakai celana panjang dan baju yang manis... Aku ingin tahu, apakah dia yang seperti nya populer memiliki seseorang yang di kagumi?)" pikir lelaki itu yang masih menatap Shou.
"Um... Anu, nama ku Shou," tatap Shou.
". . . Aku Jivani."
"Wah, nama yang bagus."
"Terima kasih, nama mu juga bagus," kata lelaki itu yang rupanya bernama Jivani.
"Hehe, kalau begitu, ayo kita langsung jalan jalan, aku akan memperkenalkan kampus ini padamu."
"Apa itu melelahkan, aku bisa melakukan sendiri, kampus ini besar, kamu pasti lelah " tatap Jivani.
"Haha, jangan terlalu khawatir, kampus ini memang besar, tapi tugasku juga besar, ayo ikuti aku. Kita mulai dari depan," kata Shou. Lalu Jivani mengikutinya.
Mereka selesai dalam waktu 4 jam lebih, mengelilingi kampus karena universitas itu memang sangat lah besar.
"Baiklah, tempat terakhir... Balkon kampus," kata Shou. Mereka ada di atas gedung sekarang.
"Apa di sini banyak mahasiswa yang mampir?" tanya Jivani sambil melihat sekitar.
"Ya, mereka kadang kemari, makan siang bersama, kadang kadang ada yang bersantai dan meninggalkan pelajaran," balas Shou.
". . . Shou, terima kasih untuk hari ini, kau benar benar hebat dalam mengajak ku berkeliling, terima kasih," Jivani membungkukan badan.
"Ah itu tak masalah," Shou juga ikut membungkukan badan.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, aku harus bekerja," tambahnya.
"Ah, bagaimana jika kapan kapan ke tempat ku?" tawar Jivani sebelum Shou pergi.
"Tempat mu? Dimana itu?"
"Jika kau mau, aku akan mengantar mu."
". . . Tentu, aku bisa datang kok, lain kali ya," balas Shou dengan senyumnya, lalu ia berjalan pergi.
Di supermarket, Shou menatap ponselnya sambil memakan mochi yang di berikan oleh Jivani tadi.
"(Ahjussi.... ini sudah dua hari.... kenapa Anda tidak memberiku notif... Apa aku menghubungi nya saja ya?)" pikirnya. Lalu ia menelan ludah dan menghubungi Tuan Beom.
Ia menunggu dan terus menunggu hingga mochi yang ia makan tadi sudah habis dan panggilan nya sama sekali tak terjawab.
Shou hampir putus asa. "(Ahjussi... Aku ingin tahu kau ada dimana.... Kenapa susah sekali menghubungi mu...)" ia menatap kecewa.
Ia mengalamun hingga tak tahu ada manajer datang. Manajer menyapa Shou. "Halo Shou~...." panggilnya dengan ramah.
Tapi Shou tidak menoleh sama sekali membuat manajer menatap bingung padanya.
"Shou?" manajer menatap bingung.
Seketika Shou menoleh padanya dan langsung terkejut. "Ah manajer, kapan manajer datang?!" ia menatap panik.
". . . E... Apa yang sedang kamu lakukan? Aku memanggilmu dari tadi kenapa tidak menjawab?" manajer menatap.
"Maafkan aku, aku benar benar minta maaf, aku tidak tahu Anda memanggilku," balas Shou dengan wajah agak kecewa nya.
"Shou, ada apa dengan mu? Kamu punya masalah? Katakan saja padaku."
"T... Tidak ada, aku tak punya masalah sama sekali hehe, jangan khawatir manajer. Aku hanya..... Hanya... Lelah saja."
"Ah, karena itu aku kemari, pulanglah lebih cepat, toko juga akan tutup cepat, sebentar lagi juga malam," kata manajer.
"Terima kasih manajer," Shou langsung membungkukan tubuh. Lalu manajer mengangguk.
Sebelum malam hari, ia akan pulang. Sebelumnya ia menatap rak rokok dan satu rokok di sana ia tatap terus dengan mata sedihnya. Rokok itu adalah 'Black Marlboro' Tepatnya, rokok yang selalu Tuan Beom beli di sana.
Ia lalu menghela napas panjang. "(Ahjussi.... Kau bahkan tidak membeli rokok yang sama lagi,)" pikirnya, ia masih kecewa.
Di jalan pulang, Shou menatap bulan yang sabit, ia berhenti berjalan dan menatap bulan itu. Ia ingat apa yang dikatakan Tuan Beom pada waktu tertentu saat itu.
"Kau tak perlu mengungkapkan nya untuk membalas perkataan ku, hanya bilang saja kau ingin menerima perkataan ku, atau kau lebih memilih membuang ku, hanya perlu mengatakan bahwa kau membuang ku. Dalam artian tinggalkan saja aku jika kau memang tidak suka padaku."
"(Siapa yang bilang tidak suka padamu, meskipun aku ada rencana bilang tidak suka padamu ketika pertama kali, tapi aku sudah mulai berpikir bahwa anda adalah orang yang mencoba baik, mencoba mempelajari cinta dari ku, tapi mau bagaimana lagi, aku gadis yang sulit dalam hal itu... Itu karena aku memang tak pernah menjalin cinta, harus nya aku dari dulu bilang bahwa aku belum pernah menjalin cinta sehingga sikap ku ini benar benar menjengkelkan....)" Shou berpikir dengan wajah yang menyesal.
Lalu ia kembali ke apartemen dan bertemu dengan kucing nya. "Pus... Apa kamu sudah makan?" Shou mengambil kotak berisi makanan kucing, ia menuangkan nya ke wadah kecil lalu kucing itu langsung memakan nya.
"(Wah... Kamu sangat lahap, makan yang banyak ya, biar tubuhmu gede,)" Shou tersenyum senang sambil membelai kucing itu.
Lalu Shou berdiri, ia menoleh ke ruangan tempat ia menyimpan barang barang lukisan nya. Lalu memutuskan untuk membuka pintu itu dan masuk ke dalam.
"(Kenapa... Kenapa aku merasakan Ahjussi pernah kemari, itu karena.... Ketika aku pulang dari membeli teh itu, aku merasakan aroma rokok dan parfum yang selalu ia pakai di sini, dan aku ingin mencium aroma nya lagi,)" Shou terdiam kecewa. Ia lalu menatap luksian Tuan Beom yang ia lukis di sana. Ia masih menyimpan nya di sana, lalu menghela napas panjang dan menutup pintu itu.
"Ahjussi.... Ahjussi... Ahhkkk.... Dimana...!!" ia berteriak kesal lalu menjatuhkan dirinya di sofa. Ia kesal dan menutup wajah nya di sofa, tapi tak lama kemudian, dia menangis dengan terisak. "Hiks..... Kenapa ini benar benar menjengkelkan... Hiks....." ia menangis, dan lalu bangun duduk dengan air mata yang masih mengalir. Shou benar benar sangat sedih tak percaya, ia merindukan Tuan Beom sampai seperti itu. Sekarang dia benar benar bisa merindukan pria itu.
"(Ahjussi, Anda tidak berbuat pergi seperti ayah dan ibu ku kan?)"