Tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Hanya terdengar suara percikan air karena mereka berdua sibuk mengayuh perahu. Charlotte melirik laki-laki yang mengenalkan dirinya sebagai Hans. Dia kembali mengingat bagaimana Azura terlihat kesal ketika tahu bahwa Hans adalah seorang knight.
Bukankah knight merupakan manusia biasa juga? Mereka tidak memiliki kekuatan sihir, mereka hanyalah seorang prajurit terpilih karena kekuatan dan keterampilan mereka dalam bertarung serta berpedang. Knight hanyalah seorang manusia biasa yang mempunyai kekuatan dan tenaga yang melebihi manusia biasa pada umumnya.
Walaupun begitu, Charlotte dibuat penasaran ketika melihat Hans mengeluarkan pedang miliknya dari sebuah kantung yang memang tersangkut di dekat kantung celananya.
Charlotte tahu kantung itu merupakan kantung ajaib milik penyihir yang biasanya mereka gunakan ketika melakukan perjalanan jauh. Mereka akan meletakkan beberapa barang mereka di dalam kantung yang bahkan isi di dalamnya begitu luas seperti sebuah ruangan kosong. Charlotte tidak mengerti, bagaimana bisa seorang manusia biasa mempunyai kantung ajaib dan malah bisa lolos memasuki gerbang. Si penjaga gerbang juga sepertinya tidak menyadari jika Hans membawa sebuah kantung ajaib yang ia sangkutkan di celananya. Atau sebenarnya si penjaga itu tahu tetapi dia memutuskan untuk tidak terlalu peduli?
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar danau, danau yang mereka seberangi ini begitu luas bagaikan lautan, dia melihat perahu yang ditumpangi oleh si lelaki berambut cepak dengan si remaja 15 tahun itu memberikan jarak yang cukup dekat dengan mereka. Di kejauhan, dia melihat pulau yang akan mereka datangi masih begitu jauh dari pelupuk mata. Charlotte memicingkan matanya ketika dia merasa bahwa pulau tersebut berada disitu-situ saja tidak ada tanda-tanda bahwa mereka sudah dekat.
"Siapa namamu?"
Suara berat itu membuat Charlotte menoleh ke asal suara, mendapati Hans sedang menatapnya dengan tangan masih asyik mendayung. Hans terlihat begitu tenang dan tidak memiliki ekspresi di wajahnya sehingga Charlotte tidak tahu apa yang sebenarnya laki-laki itu pikirkan. Hans juga sejak awal tidak melakukan apa-apa selain berdiri terdiam di tempatnya sampai ketika Charlotte terpojok barulah dia membantu Charlotte. Laki-laki yang ada dihadapannya begitu misterius, Charlotte tidak bisa menurunkan rasa waspada dan curiganya pada laki-laki ini walaupun dia sempat membantu Charlotte.
"Charlotte" jawab Charlotte sekenanya, dia kembali sibuk memperhatikan keadaan danau sambil memastikan keadaan dua manusia terpilih lainnya yang mendayung di depan mereka.
Setelah itu mereka tidak berbicara lagi. Keheningan ini sudah biasa Charlotte rasakan, dia tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang tidak mau memulai obrolan dengannya. Lagian juga, Charlotte tidak sepenuhnya percaya dengan Hans yang saat ini menghentikan pergerakannya untuk mengayuh perahu.
Alis Charlotte saling bertaut bingung, "Kenapa kau berhenti mengayuh?" tanyanya sehingga dia juga ikut berhenti mengayuh.
"Kau dengar itu?" tanya Hans.
Charlotte semakin kebingungan tetapi dia menajamkan pendengarannya. Dia pun mendengar suara cipakan air yang berasal dari perahu satu lagi, perahu dua manusia terpilih lainnya yang mendekat kepada mereka. Wajah mereka berdua pucat pasi membuat Charlotte mengernyitkan alisnya bingung.
"Apa kalian mendengarnya?" tanya si laki-laki berambut cepak, matanya bergetar ketakutan dengan wajahnya yang pucat.
Charlotte pun berusaha mendengar suara yang tidak di dengarnya tetapi di dengar oleh yang lain itu. Gadis itu mendengar suara gemuruh yang kuat, begitu mengerikan membuat mereka semua terdiam dan saling menatap satu sama lain. Charlotte memperhatikan permukaan air danau yang tenang itu perlahan mulai bergetar menciptakan riak air yang kuat. Mereka mulai panik ketika merasakan perahu yang mereka naiki ini mulai terombang-ambing karena gelombang kuat yang tidak diketahui asal muasalnya. Mereka berpegangan kuat pada perahu dan berharap perahu mereka tidak terjatuh. Tetapi, karena gelombang air tersebut semakin besar membuat perahu mereka pun mulai bergoyang kuat dan mereka semua terjatuh ke dalam danau.
Charlotte menatap danau dengan kedalaman yang begitu dalam, bahkan Charlotte tidak bisa melihat dasar dari danau tersebut karena begitu gelap dan terdapat jurang disana. Charlotte menyerngitkan alisnya ketika dia melihat sebuah bayangan hitam bergerak dari dalam jurang dan perlahan mulai mendekati mereka. Awalnya, Charlotte hanya menatap fokus bayangan hitam itu sambil berusaha berenang menuju permukaan air danau, tetapi, Charlotte membelalakkan matanya ketika melihat bayangan hitam itu bergerak begitu cepat ke arahnya membuat gadis tersebut berusaha keras menggerakkan kedua kaki dan tangannya untuk berenang ke permukaan danau sambil berusaha membalikkan kembali perahu yang ditumpangi oleh nya dan Hans.
Dia mendengar suara teriakan nyaring dan begitu memekakkan telinga membuat Charlotte merinding, sekelebat dia melihat bahwa bayangan hitam yang ia lihat itu adalah setengah manusia dan setengah ikan, mereka memiliki raut wajah yang begitu mengerikan, melihat makhluk itu begitu gencar berenang ke arahnya membuat Charlotte mengerti bahwa makhluk aneh yang ia lihat sekarang ini adalah seekor siren dan sialnya lagi, mereka tidak sedikit.
Charlotte tidak peduli dengan keadaan disekitarnya, dia berusaha membuat perahu terbalik ini bisa kembali ke posisinya semula, dia tidak tahu kemana perginya Hans, dia hanya fokus pada makhluk mengerikan yang saat ini terlihat semakin banyak saja di matanya. Charlotte menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika dia berhasil berenang sampai ke permukaan, dia melihat si laki-laki berambut cepak sedang berusaha membuat gadis remaja 15 tahun naik ke atas perahu, dia melihat sekelilingnya berusaha mencari keberadaan Hans tetapi dia tidak sekali pun melihat keberadaan Hans. Gadis itu terkesiap ketika dia melihat gadis remaja 15 tahun itu kembali masuk ke dalam air seperti ada sesuatu yang menariknya.
"Sial" gerutu Charlotte dan dia bahkan tidak sadar bahwa makhluk mengerikan itu telah berada di dekatnya dan juga menariknya masuk ke dalam danau.
Charlotte berusaha keras melepaskan tarikan siren yang mulai berenang semakin dalam, dia tidak sempat menghirup udara yang banyak karena siren itu menariknya secara tiba-tiba, terlebih dia mengeluarkan begitu banyak tenaga untuk melepaskan diri dari siren yang berhasil memberikan rasa perih di kakinya karena kuku-kuku mereka yang tajam menusuk ke dalam dagingnya. Charlotte merasakan paru-parunya begitu panas, dia tidak memiliki pasokan udara, dia bergidik melihat kegelapan di jurang sana mulai menyambutnya, dia semakin kesulitan untuk bernafas bahkan tidak ada tenaga untuk melepaskan diri dari cengkraman siren. Samar-samar, Charlotte melihat si gadis remaja 15 tahun itu juga ditarik oleh dua ekor siren, tidak ada pergerakan dari remaja itu yang bisa Charlotte pastikan bahwa gadis itu telah pingsan atau mungkin telah kehilangan nyawanya karena kehabisan oksigen.
"Kenapa kau hanya diam saja?"
Suara itu membuat Charlotte mengerjapkan matanya, dia menoleh dan mendapati sebuah cahaya yang bersinar begitu terang berada di sampingnya.
Cahaya tersebut membuat siren yang menariknya menjerit ketakutan lalu melepas pegangannya di kaki Charlotte lalu berenang menjauhi Charlotte yang saat ini bahkan tidak bisa menggerekkan tubuhnya karena terlalu lemas. Bibirnya berusaha ingin berkata sesuatu, dia ingin cahaya itu menyelematkan si gadis remaja 15 tahun itu juga, tetapi dia tidak bisa. Dia hanya bisa pasrah ketika mengetahui pandangan matanya kian menggelap dengan lehernya yang terasa seperti tercekik. Dia bahkan belum bisa bertemu dengan Near, dan dia harus kehilangan nyawanya begitu saja? Tetapi, seharusnya dia juga tahu, bahwa dia tidak bisa mati dengan semudah itu.
Sebelum pandangannya kian menggelap, Charlotte melihat, Hans berenang dengan sangat cepat ke arahnya dan berusaha meraih tubuhnya, setelah itu, Charlotte tidak mengingat apa pun lagi.
***
Dingin, itu lah yang Near rasakan ketika tubuhnya masuk ke dalam air. Dia membiarkan tubuhnya ini semakin menjauh dari permukaan danau, itu semua karena dia sendiri tidak bisa berenang. Benar-benar menggelikan bukan? Dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, setidaknya walaupun dia tidak memiliki sihir, dia harus mempunyai sesuatu supaya dia tidak terlalu merepotkan orang lain bukan? Tetapi, yang terjadi adalah, dia memiliki begitu banyak kelemahan, dia bahkan tidak bisa berenang. Seharusnya, dia mengikuti saran Charlotte untuk belajar berenang bersamanya tetapi dia memilih abai. Inilah akibatnya jika dia terlalu abai dengan saran seseorang. Dia hanya bisa membiarkan tubuhnya semakin terasa berat jatuh ke dalam dasar danau yang begitu dalam menurutnya.
Perlahan, cahaya yang terlihat di matanya kian samar dan digantikan oleh kegelapan yang bagaikan merangkak melingkupi keadaan di sekelilingnya. Dia pun melihat begitu banyak bayangan hitam bergerak begitu cepat mengarah kepadanya. Ah, dia mulai ingat bahwa bayangan hitam itu adalah siren yang tadi hampir saja menariknya masuk ke dalam danau. Sayang sekali, dia sendiri yang merelakan dirinya jatuh ke dalam air walaupun secara tidak sengaja. Dia pun memejamkan matanya, dia bisa mendengar suara dentuman, suara keras yang mungkin bisa mengguncang seluruh alam semesta. Near teringat, bahwa Winter sendirian di sana, bertarung dengan monster mengerikan yang mungkin akan segera menghabisi Winter dalam hitungan detik saja. Near tidak memiliki apa-apa untuk membantu Winter, dia merasa bersalah.
Near merasa dirinya begitu tidak berguna. Dia berharap bahwa Winter bisa mengalahkan monster mengerikan itu dan melaksanakan misi dari para dewa tanpanya. Mungkin, dengan tanpa kehadiran Near, penyihir se-dingin es itu bisa melaksanakan semua misi tanpa ada hambatan sedikit pun.
Near tidak melawan ketika siren itu mulai membawa tubuhnya semakin jauh dari permukaan danau. Oksigen disekitarnya semakin lama semakin tidak ia rasakan membuat Near terbatuk hebat dan berusaha mencari pasokan udara untuk masuk ke dalam paru-parunya. Dia tanpa sadar mulai memberontak dan berusaha melepas cengkraman menyakitkan yang ada di bahunya, cengkaraman yang berasal dari para siren ini.
Kepalanya begitu pusing, dia merasa bahwa sebentar lagi kepalanya akan meledak. Pandangan matanya semakin gelap, dia tidak bisa mempertahankan kesadarannya, tubuhnya semakin lemah dan sulit untuk digerakkan. Perlahan, dia pun memejamkan matanya. Membiarkan tubuhnya ini di bawa entah kemana oleh para siren yang menariknya ini. Tetapi, sebelum dia benar-benar memejamkan matanya, dia melihat, sebuah bayangan hitam berenang dengan cepat mengarah kepadanya. Dia tidak tahu, apakah bayangan hitam itu merupakan siren atau makhluk lainnya. Dan ketika kegelapan benar-benar menguasainya, dia melihat sebuah tombak panjang melesat begitu cepat ke arahnya.
Bersambung