Namaku adalah Ars Noevau, umur ku adalah sepuluh tahun saat ini. Bisa dibilang kehidupan ku normal normal saja bagi diriku sendiri, aku menjalani keseharian ku dengan biasa biasa saja. Diriku tidak memiliki teman sih karena kebiasaan ku yang hanya membaca buku serta berlatih sendirian hari demi hari.
Sama seperti kehidupan ku sebelumnya, aku terlahir dengan kebiasaan yang sama serta karena kebiasaan ku itulah yang menyebabkan ku tidak punya teman sama sekali. Hah... Apapun itu aku saat ini sedang berlatih menggunakan Codex Trinitia, sebuah buku yang diberikan oleh Gabriel saat di Paradiso.
Orang tua ku sepertinya juga tidak tahu bagaimana buku ini bisa ada di dalam genggaman ku saat bangun tidur namun kurasa buku ini dikirim oleh Gabriel sendiri saat usia ku menginjak 10 tahun, mungkin?
Aku membuka buku ku, buku ini ringan sekali jika aku pegang namun saat ayahku tadi mencoba memegang nya. Buku ini memiliki berat yang sama seperti buku kamus berjumlah delapan ratus halaman, mungkin itu semacam efek khusus yang hanya diberikan oleh Gabriel kepada ku sebagai orang yang diberikan tanggungjawab dalam memakai atau menerima buku ini. Yah, tanggung jawab... Padahal dia sendiri bilang kalau aku bebas melakukan apapun di dunia Baru ini, apakah dia dan malaikat lainnya tidak peduli dengan dunia ini ya?
Entahlah apapun itu aku membuka buku yang diberikan oleh Gabriel kepadaku, saat aku membuka nya aku melihat...
"Halaman kosong? Apa maksudnya". Aku membalik balikan buku itu tapi sama saja isinya hanya halaman kosong yang terlihat oleh mata ku. Kertas putih tanpa tulisan maupun gambar.
" H.. Haa?". Aku masih bingung atas apa yang terjadi namun aku segera berfikir apa yang membuat halaman ini kosong. Apakah ada semacam tulisan rahasia yang hanya akan terlihat saat diberikan zat khusus? Atau kah sihir khusus yang bisa membuat buku ini bisa memunculkan tulisan.
Aku masih bingung dengan pikiran ku sendiri, lalu aku duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Aku masih memikirkan bagaimana cara membaca buku yang kosong seperti ini, namun aku tiba tiba mendapatkan ide.
"B.. Bagaimana jika". Aku kemudian mencoba menyentuh sebuah permata yang ada di bagian sampul buku itu. Permata tersebut kemudian mengeluarkan cahaya berwarna hijau sama seperti cahaya zamrud, kemudian aku membuka lagi buku nya dan aku terkejut dan senang mendapati bahwa kini buku tersebut telah dipenuhi oleh tulisan tulisan yang banyak.
" Jadi begitu, sepertinya buku ini menggunakan fitur sidik jari agar tidak dapat digunakan oleh orang lain". Gabriel memang cerdas, namun setidaknya beritahu aku dahulu sebelum memberikannya kepada ku.
Yah aku ingin mencoba membaca dan mempelajari sihir sihir yang ada di dalam buku ini namun ibuku memanggil ku untuk makan malam. Kurasa kamu bisa menunggu dulu buku kecil.
~
Jam menunjukkan pukul 18.32 dan ibuku telah selesai memasak makanan yang enak, tercium dari bau yang ditimbulkan oleh uap dari panci yang sudah mendidih.
"Sayang hari ini kamu masak apa?". Kata ayahku karena ia juga penasaran dengan masakan istrinya setelah ia pulang kerja di toko nya.
"Hmm~~ mungkin kamu bisa menebaknya sendiri ehe". Ibuku tersenyum dan tertawa kecil kepada ayahku. Meskipun umurnya sudah menginjak tiga puluh empat tahun namun wajahnya masihlah sangat muda, sama seperti ayahku yang wajahnya terlihat dewasa namun ia tetap memancarkan aura orang berusia dua puluh lima tahunan.
Tak lama kemudian ibuku menuangkan sebuah sup yang ia ambil menggunakan sendok besar dari panci. Saat sup itu dituangkan ke mangkuk ku, aku bisa mencium bau harum yang ditimbulkan dari perpaduan rempah rempah seperti daun Rosemary dan kemiri yang cocok sekali digabung dengan kaldu dari daging yang ditebus dengan lama.
Aku mengiris daging yang ada di dalam sup tersebut dan aku bisa merasakan kelembutan daging itu padahal ibuku tidak memasak daging nya dengan sangat lama seperti orang kebanyakan jika ingin daging yang empuk, ibuku memiliki rahasia sendiri dalam memasak yang membuat ku terkesan.
" Sayang ini enak sekali, selalu saja masakan mu membuat ku tersenyum ". Kata ayahku memuji rasa masakan dari ibuku.
" Kamu terlalu berlebihan sayang, aku hanya menjalankan tugas ibu rumah tangga ". Ibuku dengan malu mencoba rendah hati atas pujian yang diterima nya.
Mereka berdua sangat harmonis dan serasi seperti pengantin baru yang baru menikah meskipun sudah menginjak sepuluh tahun usia pernikahan, aku harus berterimakasih pada Tuhan karena telah melahirkan ku kembali di keluarga yang harmonis dan sederhana namun bahagia.
~
Hari ini sudah pagi dan aku menjalani hari seperti biasa. Setelah membaca buku pemberian Gabriel, aku pun memahami konsep konsep dasar dari sihir. Konsep dasar dari sihir adalah imajinasi yang disalurkan dengan Mana untuk dapat mewujudkan sebuah sihir.
Konsep ini sebenarnya berkaitan dengan membaca mantra mulai dari mantra pendek hingga mantra yang panjang karena mengucapkan sesuatu sama dengan membantu dirimu untuk membayangkan sihir di dalam pikiran mu. Namun lambat laun penggunaan sihir menjadi wajib dengan mantra sehingga tidak ada lagi yang memahami konsep dasar sihir.
Aku pernah membaca buku milik ayahku tentang konsep dasar sihir versi ilmu pengetahuan umum dan disana tertulis bahwa Sihir harus diucapkan dengan mantra, sangat berbeda sekali dengan yang aku baca di buku Codex Trinitia.
Aku berjalan keluar dari kamar ku dan menuju ke halaman belakang sama seperti biasa nya, lalu aku mencoba keberuntungan ku dengan berlatih sihir yang aku telah pelajari. Ketika imajinasi mu kuat maka sihir mu akan semakin bervariasi dan kuat, itulah yang dikatakan Gabriel saat aku menulis pertanyaan kepadanya di halaman terakhir.
Yah, baiklah saat nya memulai sesi latihan dengan pertama tama aku membayangkan sihir paling mudah dikuasai, yaitu sihir api.
Aku mengangkat tangan ku setinggi dada dan menghadapkan telapak tangan ke atas sambil membayangkan api yang muncul di tangan ku. Benar saja tanpa mantra pun aku bisa memunculkan sebuah api yang menyala di tangan ku dengan sempurna.
Selanjutnya aku mencoba membayangkan sihir angin, uhh angin tidak memiliki wujud jadi ini agak sulit tapi kita tidak akan tahu ketika tidak dicoba bukan?
Pertama tama aku menggunakan imajinasi untuk membayangkan angin yang berhembus kencang hingga meggoyangkan pepohonan dan kemudian memusatkan energi ke tangan ku sama seperti yang aku lakukan barusan dengan sihir api. Segera setelah itu benar saja, angin kencang berhembus dari tangan ku dan beberapa daun dari pohon pun rontok akibat angin dari ku.
"Ini keren, aku bisa menggunakannya tanpa mantra". Namun mata ku tertuju pada rambut putih yang berkibar karena angin. Dia bersembunyi dibalik pohon yang menjadi target ku barusan, apa yang dia lakukan? Mengintip?
" mhmm.. Dia hebat, bisa menggunakan sihir tanpa mantra". Kata dia sambil masih bersembunyi sambil sesekali melihat ku secara diam diam.
"Eh? Kemana dia?". Gadis itu bingung karena tidak melihat ku sama sekali, lalu dia mulai menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ku sambil sesekali menunduk.
Tapi tiba tiba aku bergerak tanpa suara di belakang nya dan perlahan menyentuh pundaknya.
"!?... ". Dia kaget tapi tidak bisa bergerak karena aku menggunakan cara seperti film horror dimana hantu menyentuh bagian belakang seseorang dengan perlahan untuk memberikan kesan yang berbeda dengan jumpscare.
"Apa yang kamu lakukan? Fuh~". Aku mengatakan itu dan kemudian meniup telinga nya, membuat gadis itu melompat ketakutan dan malu disaat bersamaan. Wajahnya memerah saat melihat ku dan sesekali terlihat seperti ingin menangis.
" J.. Jangan mengagetkan ku moo". Dia terlihat kesal dengan kelakuan ku namun aku hanya tertawa melihat keimutan nya.
"Jangan tertawa!". Katanya sambil bernada kesal. Tapi tetap saja aku tidak bisa menahan tawa ku.
Dia terlihat seperti gadis yang seumuran dengan ku, rambut perak nya panjang sepinggang dan mata nya berwarna merah delima. Dia cukup cantik untuk ukuran gadis kecil.
" Perkenalkan, namaku adalah Ars Noevau ". Aku memperkenalkan diri dengannya agar terlihat lebih akrab.
" A.. Aku adalah Vellia, Vellia Aster Fredericka". Tiga kata? Dia pasti anak dari bangsawan karena memiliki nama berjumlah tiga kata.
"Jadi apa yang kamu lakukan disini? Bukankah anak bangsawan seperti mu harusnya tidak berkeliaran seorang diri". Tanya ku kepadanya.
" Aku hanya bermain main di sekitar sini seperti biasanya dan kemudian aku melihat mu beberapa hari lalu yang selalu bicara sendiri dan tertawa sendiri di kebun belakang rumah mu". Katanya.
Itu memalukan, memang aku suka bicara sendiri dan bertingkah aneh di sini namun aku tidak menyangka bahwa aku akan diintip oleh seorang gadis terlebih gadis itu adalah seorang bangsawan.
"Tetap saja, itu tidak membenarkan alasan seorang bangsawan untuk kabur dari rumahnya". Kataku.
"t.. Tapi aku sudah izin dengan ayahku tau, dia sibuk karena pekerjaannya sebagai Walikota dan jarang sekali mempedulikan diriku".
Tunggu apa? Aku seketika melebarkan mata ku dan melihat nya tepat lurus di mata nya seperti menusuk ke dalam jiwanya.
"Apa tadi? Ulangi". Kataku.
" Ayahku selalu sibuk dengan tugas nya sebagai Walikota ". Jawab Vellia atas pertanyaan ku.
Aku kemudian mengusap wajah ku berkali kali dan berbicara dengannya sekali lagi. " I.. Itu malah lebih parah kamu tau?? Kalau terjadi apa apa padamu dan sebagainya siapa yang akan bertanggungjawab???".
Aku melihat nya sedikit mengeluarkan air mata dengan mata yang berkaca kaca seperti ingin menangis, mungkin karena kata kata ku tadi agak keras seperti membentak nya.
"A.. Ahh maafkan atas kata kata ku tadi, aku tidak bermaksud membentak mu". Kataku untuk meminta maaf padanya karena telah berbicara dengan nada tinggi. Dilihat lihat pun dia hanyalah seorang gadis kecil seusia ku yang mungkin memiliki sifat sangat feminim.
~
Beberapa saat kemudian dan matahari sudah tepat berada di atas kepala, aku duduk di bawah pohon yang sama bersama dengan Velli yang juga duduk di sebelah ku. Padahal baru beberapa jam namun aku sudah memanggil nya dengan Velli, dengan kata lain aku sudah menjalin hubungan yang cukup akrab dengannya.
" Velli, apakah kamu tidak masalah? Berkeliaran sendiri?". Tanya ku kepadanya.
"Sudah biasa aku berkeliaran sendiri, lagipula aku kadang memakai kacamata agar tidak dikenali". Jawabannya membuat ku merasa aneh, hanya dengan memakai kacamata bisa membuat seseorang tidak dikenali, ini sama seperti logika game GTA yang hanya dengan potong rambut maka polisi pun tidak akan mengenali kita lagi.
" Oh iya, namamu Ars kan. Aku baru pertama kali melihat orang yang bisa menggunakan Sihir tanpa mengucapkan mantra.. Itu seperti dongeng kuno yang diceritakan oleh ibuku bahwa dulu ada seorang penyihir hebat yang menggunakan sihir sesuka hati tanpa perlu merapal". Kata nya setelah berbicara panjang lebar. Entah kenapa dia tiba tiba menjadi semangat.
"Yah.. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa aku melakukan ini namun yang sudah terjadi maka terjadilah". Aku berusaha untuk menyembunyikan ini darinya karena aku tahu bahwa jika aku menyebarkan teori ini maka aku bisa bisa diburu oleh Inquisitor.
Oh iya, Inquisitor adalah organisasi gereja yang berperan sebagai pemburu atau orang orang yang membasmi kultus sesat, pendosa hebat, dan orang yang mengajarkan ajaran menyimpang. Aku tidak mau diburu oleh mereka karena kata ayah mereka sangat mengerikan.
Velli menyandarkan kepala nya di bahu ku sambil bergumam. " Enak ya jika punya teman, kita bisa mencurahkan isi hati kepada orang lain dengan enak". Dari kata kata nya sepertinya dia sama seperti ku yang juga tidak memiliki teman.
"Apa yang membuat mu selalu sendirian?". Tanya ku kepadanya.
Kemudian Velli menjawab dengan nada yang sedih. " Kamu tau Ars kun, aku adalah anak walikota. Maka anak anak lainnya yang aku coba ajak berteman pun merasa segan dan perlahan menjauhi ku".
Aku paham, dia kesulitan berteman karena statusnya yang sebagai anak Walikota. Dia sulit mencari teman dikarenakan anak anak lainnya memandang nya tinggi dan tidak bisa memperlakukan nya seperti anak seumuran.
"Kalau begitu kamu bisa menganggap ku teman mulai sekarang". Aku tersenyum kepada Velli dan itu membuat pipi Velli menjadi merah.
" S.. Sungguh? Aku boleh berteman dengan mu? Kamu tidak akan menganggap ku harus disegani karena merupakan anak seorang Walikota kan?". Tiba tiba dia menjadi bersemangat setelah mendengar kata kata ku barusan.
"Yah bisa dianggap begitu, aku akan memperlakukan mu seperti anak seumuran". Dengan begitu dia kemudian mengacungkan jari kelingking nya dan aku melakukan hal yang sama sebagai bentuk respon untuknya.
" Janji? Kita akan bersama selalu sebagai teman". Dan aku menjawab. "Tentu saja, tapi jangan menyelinap keluar seenaknya". Dia tertawa kecil dan kemudian kami berdua saling melakukan janji jari kelingking untuk menjadi teman baik.
Sampai akhirnya.
" Ahh.. Akhirnya aku diterima masuk Akademi Sirius ".