Entah sejak kapan aku tenggelam dalam kehidupan ini, bergerak dan bertahan hidup di sisi dunia yang gelap.
Perkenalkan namaku Suji, seorang pria berumur 27 tahun yang saat ini menjadi salah satu pemimpin kelompok mafia di kota ini.
Bisa dibilang sama seperti anak kecil yang ingin menjadi seorang pahlawan, sejak kecil aku sangat ingin menjadi orang paling jahat di dunia ini.
Namun persepsi ku tentang kejahatan mungkin cukup berbeda dengan orang-orang yang ada di luar sana.
Menurutku kejahatan sejati tidak bergerak untuk harta, tahta, ataupun cinta. Akan tetapi untuk harga diri, walaupun itu semua saling berkaitan satu sama lain.
Namun karena hal itulah terkadang diriku ini di-cap sebagai orang yang baik oleh beberapa orang.
Dan alasan lain mengapa aku ingin menjadi orang paling jahat adalah agar aku bisa mengontrol kejahatan itu sendiri di dunia ini.
Dengan begitu tidak akan ada kejahatan yang akan terjadi tanpa kehendak-ku, namun sepertinya itu terdengar cukup arogan karena jika tuhan itu ada, maka dia pasti akan menghukum-ku karena hal itu.
♧
Dilahirkan di lingkungan yang cukup keras membuatku berjuang setengah mati untuk hidup, aku masih ingat jelas saat diriku menghabiskan masa kecil-ku untuk menjadi orang yang kuat.
Dan jika tidak salah, karena lingkungan tersebutlah aku ingin menjadi seseorang yang paling kuat. Setidaknya saat itu aku ingin menghancurkan mereka yang berani menginjak-nginjak diriku.
Melihat berbagai macam gerakan seni bela diri, dan mengadopsi beberapa gerakannya sesuai kemampuanku membuat ku menjadi seorang bocah yang cukup kuat kala itu.
Bisa dibilang aku dapat melindungi diriku sendiri dari bocah-bocah brengsek yang ada di sekitar tempatku tinggal, bahkan jika tubuh lawan-ku itu lebih besar dariku.
Walaupun begitu, saat diriku mulai beranjak remaja dan tumbuh menjadi dewasa aku mulai menyadari bahwa bertarung saja tidaklah cukup. Untuk menjadi yang terkuat itu bukanlah tentang kemampuan fisiknya saja, namun di perlukan banyak kemampuan lainnya.
Salah satu contohnya adalah kemampuan dalam berpikir atau menganalisis, setelah itu sisanya kau pasti tahu apa yang akan diperlukan kedepan-nya.
Akan tetapi, terkadang semua itu tidak berjalan mulus dengan apa yang kita pikirkan.
♧
pertengkaran yang terjadi di perbatasan wilayah kekuasaan adalah hal yang sering terjadi bagi kelompok mafia, walaupun terkadang itu akan memakan beberapa korban namun percayalah bahwa itu bukanlah korban jiwa.
Dengan kata lain, hal yang sering terjadi saat pertengkaran tersebut adalah korban luka.
Alasan mengapa bisa seperti itu karena kami para mafia tahu bahwa kami saling membutuhkan satu sama lain. Roda dan rantai kehidupan di dunia gelap ini sangatlah sederhana, bisnis yang kami lakukan bahkan tak hanya dengan orang-orang brengsek saja, tapi terkadang juga dengan sesama mafia lain.
Namun terkadang para mafia yang sedang berada di atas daun lupa dengan batasannya, dan itu membuat mereka mencoba bergerak memperluas daerah kekuasaan mereka.
Seperti halnya sekarang ini.
DOR! DOR! DOR!
TANG! TANG! TANG!
Suara kontainer yang tertembak ini membuat malam yang dingin menjadi terasa cukup panas, begitupun dengan bau mesiu yang menyelimuti udara di sekitar pelabuhan ini membuat jantung-ku berdetak dengan sangat cepat. Itu seperti kau telah meminum terlalu banyak cairan adrenaline.
"Ketua! Sepertinya kita telah kehabisan banyak amunisi juga disini! Bagaimana jika kita mundur untuk saat ini?"
'Mundur? Apakah aku harus mundur saat ini? Bagaimana-pun aku tidak pernah lari dari pertarungan yang telah ku lakukan!'
Namun saat ini, nyawa anak-anak ku juga berada di tanganku. Jika saja aku terlalu memaksakan mereka, mungkin aku akan kehilangan anak-anak ku.
'Sial! Tidak ada pilihan lain!'
"Ya! Kalau begitu kita akan mundur untuk saat ini! Pergilah secara bergiliran! Aku akan menahan mereka disini!"
"Bagaimana bisa?! Ketua juga harus ikut bersama kami!"
"Tenang saja! Apakah kau tidak percaya padaku?! Aku akan menyusul kalian jika kalian sudah ada di mobil semua!"
"B-Baiklah! ...Aku pasti akan menunggu!"
"Ya! Namun jika setelah 10 menit aku belum tiba juga, pastikan kau harus menginjak gas mobil mu dan bawa anak-anak yang lain pergi dari pelabuhan ini!"
"...Aku tidak bisa menjamin itu."
"Apa yang kau katakan?! Ini perintah dan cepat lakukan!"
"...Sial.. Bukankah itu berlebihan?..."
Setelah itu salah satu rekan-ku itu memperintahkan yang lain untuk segera pergi dari pelabuhan ini secara bergiliran sementara yang lainnya lagi masih menahan serangan musuh.
Lalu dengan wajah kesal dan berat hati, dia pun ikut pergi dari tempatnya berada.
Sejujurnya aku sangat membeci keputusan-ku ini, namun jumlah musuh sepertinya memang di luar perkiraan. Dan lagi bagaimana mereka bisa memiliki banyak sekali amunisi setelah 30 menit menembakan pistol mereka?!
'Informan kali ini benar-benar ingin ku habisi!'
Sementara yang lain mulai mundur, aku-pun mulai mengikuti tempo yang mereka ciptakan dan mulai beranjak dari tempat-ku berada.
Namun tepat setelah diriku menghabiskan sisa-sisa amunisiku untuk pengalih perhatian, aku mendengar seseorang yang meneriaki diriku dari pihak musuh berada.
"Apakah hanya ini kemampuan dari keluarga mafia Wolfgang?!" Pengecut sekali kau Suji! Hahaha!"
Mendengar hal tersebut membuat darahku mendidih bukan main, sejujurnya aku ini bukanlah orang yang berkepala dingin jika di saat-saat seperti ini.
Perasaan lelah dan juga amarah terkadang membuatku mengikuti kegilaan yang kumiliki.
Yang mana itu selalu saja hampir membuat-ku mati.
'Keparat!'
Diriku mulai mengambil napas dalam-dalam dan mulai menarik kaki-ku kembali ke tempat musuh berada.
Salah satu anak buahku yang berada di kejauhan mulai meneriaki diriku agar tidak terprovokasi dan kembali bersama mereka.
namun...
"Kau! Cepat kembali ke mobil, lalu bilang pada yang lain agar tidak menunggu-ku!"
"T-tapi! Jika aku melakukannya wakil ketua pasti akan menghukum-ku!"
"Kau lebih takut pada dirinya ya?! Sudah cepat lakukan itu! Ini perintah dariku!"
Setelah aku memastikan bahwa dirinya pergi dengan cepat, aku-pun mulai berlari kembali ke tempat musuh-musuh ku berada.
'Bagaimana bisa harga diriku dan keluarga-ku di injak-injak oleh keparat di depan sana?!'
Aku harus menghancurkan orang itu!
Dengan berlari melewati tumpukan-tumpukan kontainer yang seperti lego, dan beberapa saat sembunyi di baliknya. Aku berhasil membuat peluru mereka terbuang sia-sia, setidaknya itu adalah hal yang kulakukan sampai aku yakin bahwa amunisi yang mereka miliki benar-benar habis.
Setelah berlari dari satu kontainer ke yang lainnya, akhirnya aku mulai merasa bahwa peluru yang mereka tembakan tidak sebanyak sebelumnya.
Kali ini, aku mulai melangkah maju, namun tetap saja itu masih sama seperti sebelumnya. Yaitu tetap bersembunyi di balik kontaine sambil berusaha melihat posisi mereka.
Cahaya yang tercipta dari ujung pistol musuh membuatku bisa melihat posisi mereka dengan jelas, dengan segera ketika mereka melakukan pengisian ulang terhadap pistol mereka, akupun mulai berlari mendekati mereka dengan kecepatan penuh.
DRAP! DRAP! DRAP!
Dengan pistol-ku yang sudah tidak terlalu berat, aku mengetahui bahwa peluruku mungkin hanya tersisa empat butir saja.
'Kalau begitu ini untuk empat kepala!'
DOR! DOR! DOR! DOR!
Empat kepala musuh sudah berlubang. namun begitu, para musuh yang lainnya sepertinya sudah selesai mengisi amunisinya dan siap menghujani-ku dengan peluru lagi.
Dengan cepat aku mengambil salah satu tubuh musuh yang telah terkapar dan menjadikannya sebagai tameng. Lalu sesuai dugaanku, musuh-musuh ku ini nampaknya telah dilengkapi dengan armor anti peluru.
'Sial, bagaimana mereka bisa mendapatkan semua perlengkapan ini?'
Aku mulai berlari menuju musuh yang lainnya dengan tameng manusia ini, setelah sudah dekat aku menghajar salah satu dari mereka dan dengan teknik bela diri-ku yang setengah-setengah ini, aku merebut senjata mereka untuk melawan balik.
Tidak sampai disitu, aku-pun melakukan itu semua berulang kali sampai aku akhirnya menyadari bahwa musuh-musuh ku telah habis. Aku menyadari itu karena suara tembakan dan suara musuh-musuh yang panik sudah menghilang dari tempat ini.
Namun tetap saja, pelabuhan ini terlalu gelap sehingga aku tidak bisa melihat apapun dengan jelas.
Aku mulai menghadap ke arah langit dimana sepertinya bulan tertutup oleh awan malam ini, suara ombak laut pun mulai terdengar olehku setelah suara tembakan di tempat ini menghilang.
Ketika aku masih menikmati semua itu, semua lampu yang dimiliki oleh pelabuhan ini tiba-tiba menyala.
Dengan cepat aku menyadari bahwa asumsi ku itu salah, aku belum menghabisi semua musuh-ku.
Aku bisa melihat bahwa saat ini ratusan musuh telah mengelilingi diriku, bahkan banyak diantara mereka telah siap dengan berdiri diatas kontainer yang ada di pelabuhan ini.
Dan tepat di hadapan-ku, seorang pria yang mengenakan sebuah jas tengah menyeringai ke arahku.
Benar, aku telah di jebak oleh pria ini. Aku yakin bahwa dia adalah orang yang telah meneriaki diriku sebelumnya, atau dengan kata lain dialah pemimpin mereka.
"Lihat dirimu! Kau seperti tikus yang telah tertangkap basah saat ini! Hahaha!"
Yang dikatakannya itu benar, saat ini diriku seperti seorang bocah yang tengah dirundung. Walaupun bisa dibilang mereka merundung-ku dengan senjata api sungguhan saat ini.
"Jadi kau yang meneriaki diriku sebelumnya?"
"Itu benar! Tapi sepertinya kita tidak perlu membahas itu, karena menurutku itu tidaklah penting bukan?"
Pria berjas tersebut mengatakan-nya sambil tersenyum lebar seperti tidak ada apa-apa mengenai hal tersebut.
'...Tidak penting?'
Sayangnya itu semua berbanding terbalik dengan diriku yang menganggap bahwa semua itu adalah hal yang serius.
Dengan cepat aku mengarahkan pistol yang telah kuanggap kosong ke arahnya. Melihat ku melakukan hal tersebut, musuh-musuh yang telah mengepung-ku mulai mengarahkan senjata apinya ke arahku.
"Bhahaha! Apakah kau sedang menggertak? Aku berani bertaruh bahwa kau tidak akan berani menembak-ku dengan situasi-mu yang sekarang ini!"
Setelah berkata itu kepada diriku, pria berjas itupun mulai berkata kepada yang lainnya, dimana itu seperti diriku ini bukanlah ancaman baginya.
"Hoi! Siapa yang mau bertaruh dengan-ku saat ini hah?! Aku bertaruh bahwa pistolnya sudah tidak memiliki peluru lagi!"
Mendengar itu, semua orang yang ada di tempat ini pun mulai tertawa dan berteriak untuk bertaruh pada hal yang sama kecuali diriku.
'Kalau begitu, ayo kita bertaruh.'
Ketika mereka sedang tertawa mengenai hal tersebut, aku pun mulai menarik pelatuk pistol yang kumiliki...
DOR!
Suara tembakan yang keras membuat semuanya kembali menjadi hening, kepala milik pria berjas pun terdorong oleh lesatan sebuah peluru.
Tidak lama setelah itu, tubuh pria berjas itu pun terjatuh ketanah dan diriku mulai tersenyum puas setelah mengetahui bahwa pistol-ku masih memiliki peluru.
Sayangnya, senyuman di wajahku ini
tidak berlangsung lama. Begitu juga dengan keheningan yang tercipta ketika aku berhasil menembak kepala pria berjas tersebut.
Tubuhku mulai terombang-ambing karena dihujani oleh ratusan peluru yang melesat ke arahku, aku-pun bisa meresakan bahwa peluru yang menembus tubuhku ini sangatlah panas.
Aku yakin bahwa sekuat apapun seseorang, mereka tidak akan bertahan jika di hujani oleh peluru seperti ini.
Walaupun begitu, aku sangat puas karena berhasil mengabisi keparat berjas itu. Setidaknya surat kabar di esok hari akan berjudul sangat keren bagi diriku.
-Pertarungan antar kelompok mafia memakan dua korban jiwa! Salah satunya di hujani oleh peluru, sementara yang satunya mendapatkan satu tembakan di kepala!-
'Sial, kuharap aku bisa melihat judul surat kabar besok pagi...'