Chereads / Trilogi Langgam Amerta Agni-Bara & Hima / Chapter 5 - Bab 5-Hawa Sakti Empat Samadi

Chapter 5 - Bab 5-Hawa Sakti Empat Samadi

Matahari hangus oleh rasa yang pupus

sementara kegelapan malam masih diberangus

dan aroma pagi menguar tak kentara

karena ini memang sandyakala yang tak sempurna

Dewi Mulia Ratri bangkit dari bersilanya. Pendekar wanita ini masih terluka cukup hebat. Tapi melihat pemuda yang mati-matian menolongnya ini terluka sangat parah, dia tidak mungkin tinggal diam. Dia akan melawan mati-matian Nyai Sembilang dan Dewi Lastri yang berjalan perlahan menghampiri dan siap memberikan pukulan dahsyat yang mematikan.

Pendekar wanita istri dari pendekar besar Arya Dahana itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengisi pukulan Gempa Pralaya. Ini pertarungan puputan adu nyawa. Dewi Mulia Ratri tahu dia akan tewas apabila nekad mengadu tenaga sekali lagi. Tapi dia tidak peduli. Raden Soca sendiri juga sudah bangkit terhuyung-huyung dan berdiri berdampingan dengan Dewi Mulia Ratri. Rupanya kedua orang ini sudah berniat sepenuhnya untuk mengadu nyawa dengan guru murid yang sangat lihai itu.

Keadaan genting dan hening itu dipecahkan dengan berkelebatnya tubuh seseorang yang langsung berdiri di depan Dewi Mulia Ratri dan Raden Soca. Ratri Geni membimbing Ibunya duduk bersila kembali dan menyentuh pudak Raden Soca untuk melakukan hal yang sama.

"Ibu tenanglah. Aku akan menghadapi mereka. Anak muda, kau pulihkan luka-lukamu. Tahan dulu dan jangan ikut campur." Ratri Geni berkata dengan lembut lalu membalikkan tubuh berhadapan dengan Nyai Sembilang dan Dewi Lastri yang sama-sama melotot marah. Ada saja yang mengganggu mereka untuk melampiaskan niat membunuh musuh bebuyutan mereka ini. Tapi gadis ini menyebut Dewi Mulia Ratri dengan sebutan Ibu. Sama saja. Mereka akan membunuh gadis ini juga. Bahkan sekali tepuk mendapatkan dua lalat sekaligus.

Dewi Mulia Ratri menuruti perintah putrinya. Hatinya sedikit tenang. Ratri Geni terlihat sangat percaya diri. Mungkin karena ayahnya ada di sekitar sini. Kalau tidak ada, Dewi Mulia Putri menjadi sangat cemas akan keselamatan putrinya. Nenek dan murid yang sangat pemarah itu luar biasa tangguh.

Raden Soca memerah mukanya. Selain karena terharu dengan sentuhan lembut di pundaknya, namun juga jengah dan sebal karena gadis itu memanggilnya dengan sebutan Anak Muda. Memang lebih ingusan mana dia jika dibandingkan gadis itu? Hah?!

Jeritan melengking nyaring mengiringi terjangan Nyai Sembilang dan Dewi Lastri ke arah Ratri Geni yang menyambut serangan dahsyat itu sambil tersenyum mengejek. Gadis ini telah menyelesaikan semua urutan Samadi yang diajarkan dalam Kitab Langit Bumi. Karena itu kepercayaan dirinya sangat tinggi meskipun dia tahu bahwa Nyai Sembilang dan Dewi Lastri bukanlah lawan sembarangan.

Dewi Mulia Ratri memejamkan matanya. Saat putrinya itu memulai pengembaraan setelah diijinkan, kepandaiannya memang sudah sangat tinggi. Tapi Nyai Sembilang adalah salah satu dari sedikit datuk sesat nomor satu. Muridnya itu juga sangat lihai dengan kemampuan yang sudah mendekati tingkatan Nyai Sembilang. Karena itu Dewi Mulia Ratri tidak sanggup melihat putri menerima dua pukulan dahsyat yang mengerikan dari keduanya. Dewi Mulia Ratri betul-betul berharap Arya Dahana segera turun tangan membantu putrinya.

Raden Soca tidak memejamkan matanya namun matanya terbelalak ngeri. Sangat cemas dengan keadaan gadis tengil yang masih tetap tersenyum mengejek sambil melayani kedua guru murid itu.

Kesiur angin tajam menyambar-nyambar dari arena pertarungan. Ketiga tubuh itu berkelebatan tiada henti. Nyai Sembilang sangat terperanjat melihat kenyataan betapa gadis ini tidak kalah tangguh dengan ayahnya yang pernah dihadapinya di Puncak Ciremai. Gerakan gadis ini luar biasa ringan. Tubuhnya seperti asap yang tertiup angin kesana kemari namun selalu berhasil menghindari dari semua serangan yang dilancarkannya.

Dewi Lastri tak kalah gemas. Selama ini dia sangat yakin, di antara muda-mudi dunia persilatan, dia adalah salah satu yang terkuat dan terlihai. Selain Raden Soca yang sangat tangguh tentu saja. Tapi gadis ini punya kemampuan luar biasa. Puncak Prahara yang luar biasa dahsyat dipadukan dengan kekuatan Gora Waja pun bisa dielakkan Ratri Geni dengan kecepatan bak kilat.

Dewi Mulia Ratri kembali membuka matanya setelah mendengar desah lega Raden Soca di sebelahnya. Hatinya kagum bukan main melihat kepandaian putrinya yang meningkat sangat pesat. Tubuh ramping Ratri Geni tak tersentuh serangan dahsyat dan bertubi-tubi Nyai Sembilang dan Dewi Lastri. Pertempuran yang luar biasa. Melihat bagaimana bernafsunya Nyai Sembilang dan Dewi Lastri mencoba menjatuhkan Ratri Geni tapi gadis itu memiliki kecepatan luar biasa untuk mengelak dengan jarak hanya sepersekian centi. Hal yang membuat penasaran kedua pengeroyoknya.

Raden Soca melongo. Dia pernah menyaksikan gadis ini saat bertarung melawan tokoh dari Jipang di Puncak Ciremai. Tapi rasanya tidak sehebat seperti saat ini. Raden Soca ragu apakah dia bisa menandingi gadis luar biasa itu.

Pertempuran berlangsung puluhan jurus. Ratri Geni sengaja tidak membalas serangan dan selalu menghindar karena dia ingin menguji coba ilmu meringankan tubuh berkat latihan empat samadi di Kitab Langit Bumi. Ada saatnya nanti dia akan mencoba adu tenaga sakti. Karena selama ini Ratri Geni belum tahu apakah Kitab Langit Bumi juga meningkatkan hawa saktinya atau tidak.

Dan saat itu tiba ketika Nyai Sembilang dan Dewi Lastri yang kemarahannya sampai di ubun-ubun melepaskan pukulan berbarengan. Mereka yakin gadis ini tidak bisa menghindar lagi karena pukulan itu datang dari dua arah yang berbeda.

Ratri Geni juga menyadari siasat kedua lawannya. Tapi dia tidak takut. Ini memang saatnya mengadu tenaga.

Dewi Mulia Ratri terbelalak dengan hati khawatir. Raden Soca bahkan sudah hendak melompat maju kalau saja tidak dicegah oleh Dewi Mulia Ratri yang menyentuh lengannya.

Daarrr! Darrr! Blaarrr!

Suara dentuman dahsyat itu seperti petir menyambar. Angin ledakannya bahkan menyambar jauh kemana-mana. Mengenai Hantu Lautan dan Wida Segara yang mulai siuman. Membuat guru murid dari pantai selatan itu kembali tersungkur tak sadarkan diri.

Ratri Geni terjajar mundur ke belakang beberapa langkah. Dia tidak apa-apa. Hanya terdorong oleh benturan luar biasa tadi. Namun sangat berbeda dengan keadaan Nyai Sembilang dan Dewi Lastri. Keduanya terpelanting keras dan jatuh terbanting. Dari sudut mulut Nyai Sembilang mengalir darah. Dewi Lastri bernasib sama. Gadis yang sangat tangguh itu memuntahkan darah berkali-kali kemudian jatuh pingsan tak kuat lagi menahan rasa sakit yang hebat di dadanya.

Nyai Sembilang merangkak mendekati muridnya. Mengerahkan seluruh kekuatan di tubuhnya yang tersisa lalu berkelebat lenyap. Suaranya yang serak masih menyisakan ancaman mengerikan.

"Tunggulah kalian! Aku dan muridku akan kembali dan membalas semua ini berkali lipat besarnya!"

Sebenarnya kekalahan telak Nyai Sembilang dan Dewi Lastri bukan karena hawa sakti Ratri Geni yang jauh lebih tinggi dari mereka, namun karena Empat Samadi Kitab Langit Bumi yang telah menyempurnakan semua ilmu Ratri Geni menjadi sebuah kekuatan luar biasa dahsyat yang bisa membalikkan pukulan lawan hingga mengenai dirinya sendiri. Semakin kuat lawan melancarkan pukulan maka semakin kuat pula pukulan itu mental dan mengenai diri mereka sendiri. Mirip dengan kekuatan Arya Dahana yang diperoleh dari bercampurnya kekuatan inti dari Mustika Api dan Air yang ditelannya.

*****