"Hoammm...."
Aku merasakan kantuk menyelimuti mataku, meskipun aku sudah bangun cukup awal rasanya pagi ini..
"....tidur...."
Ragaku seperti tidak terkontrol,terasa berat untuk menggerakkan kedua kakiku untuk melangkah.
Diriku seolah ingin kembali tidur,tapi perintah dalam otakku seolah memaksa untuk bangun dengan seluruh kesadaranku.
Pagi ini terasa sangat tenang dan nyaman,sungguh momen yang sayang jika dilewatkan begitu saja.
Dengan berusaha keras untuk tetap stabil,indra penciumanku mengendus suatu bau yang bergelimang harum di udara.Seperti aroma khas masakan rumah yang mampu menggodaku hingga tersihir olehnya.
Itu begitu kuat,dan secara tak langsung mengendalikanku untuk beranjak dari tempat tidur.
Bau ini...harum....
Perlahan aku melangkah menuju sumber keharuman itu,layaknya sedang terhipnotis oleh benda-benda aneh yang tak tentu.
Itu cuma bau makanan,aku tak akan tersihir oleh efek apapun itu.
Dalam sekejap motivasiku bangun berhasil naik,walaupun hanya sedikit.Tapi malas dalam diriku masih berusaha untuk menggoda.
Aku sampai disana,berdiri menatap benda samar diatas meja.Mencoba mengumpulkan konsentrasi dan fokus pada penglihatanku.
Tampak semangkuk sup terlihat lezat,hangat,dan berkilau di permukaan.Beraroma harum semerbak dan membuatku merasa lapar seketika.
Yah,mungkin saatnya sarapan.
Kutarik kursi di samping kiri meja,Dengan nyaman kuletakkan diriku pada posisi duduk yang biasanya.
Sendok cekung tertidur rapi di sisi kanan mangkuk.Menunggu seseorang untuk segera digunakan.
Aku mengambilnya dan menyendok sup itu dalam sekali gerakan.Kemudian menyeruputnya perlahan-lahan selagi masih hangat dan segar.
*Slrppp*
Sensasi kuah segar bercampur gurih,lembut,dan kaya rasa,membekas di lidahku setiap kali menelannya bersama potongan wortel yang berempah dimulut.
Kaldunya tidak terlalu pekat,dan tidak hambar meskipun berair.Wortelnya dipotong kecil-kecil berpadu dengan irisan kubis tipis yang merimbun.Makin sempurna dengan hiasan daun bawang sebagai pelengkapnya.
Ini sebuah masakan yang sedap dirasa,serta enak dipandang.
Meskipun sup wortel daun bawang ini adalah resep yang mudah dibuat,tapi memvariasikannya tidak semudah yang kelihatannya.Bagiku,hanya Bibi yang bisa melakukannya seperti itu.
Yah,walaupun itu tergantung mood yang dirasakannya.Namun aku berharap ia selalu dalam mood yang bagus,itu baik untukku juga.
"Enak ya?"
Jika seorang bertanya padaku seperti itu,maka dengan jujur akan kukatakan 'Ya',bukankah itu sudah jelas? Tapi tak mungkin ada seorang yang mengajakku bicara saat ini.
"Hei,apa kau bisa melihatku?"
Apa maksudmu aku tak bisa melihatmu—
Tunggu.....baru saja aku mendengar sebuah suara...
Suara yang tidak asing,dan terdengar setiap hari selama enam tahun terakhir.
Aku mengusap kedua mataku,berusaha memperjelas penglihatanku yang masih belum sempurna.Sambil menatap ke seberang meja dimana suara itu berasal.
Bayang-bayang yang kabur perlahan menjadi sosok yang beraturan,perlu beberapa detik hingga aku menyadari siapa orang yang berhadapan denganku sekarang.
"Bibi,sejak kapan anda disini?"
Heran dan terkejut,namun bercampur aduk dengan sisa kantuk.Membuatku memasang wajah kaget tanpa beralasan.
Aku takkan menyadarinya jika ia tak bersuara tadi.Entah mengapa aku tidak melihatnya padahal aku berjalan melewatinya
Ia meresponku dengan senyuman,lalu mengeluarkan buku dari bawah meja dan membalik halamannya berulangkali.
Begitu ia melakukannya,ibarat mencari jarum di tumpukan jerami.Konsentrasinya terpaku penuh pada tumpukan kertas tebal yang ia pegang.
Perhatiannya yang diarahkan padaku,hilang begitu saja seperti ditelan angin.Mungkin ia sedang malas bicara,atau wajahku yang semembosankan itu.
Perempuan paruh baya itu begitu tertarik dengan bukunya.Seolah ia tak peduli lagi terhadap nasib dunia selama ada buku yang bisa ia baca.
Aku berusaha tak peduli,dan memperingatkan diriku sendiri tentang perempuan ini.
Jangan usik dia saat membaca,atau itu akan berakhir menyebalkan..
Itu hanya kebiasaan lama.Bukannya aku bersikap acuh,tapi ia sendiri yang meminta tak dipedulikan.Jadi harusnya aku tak perlu khawatir dengan hal itu.
Tapi bagaimanapun,kadang ia harus memikirkan dirinya sendiri.Melakukan hobi bukan berarti melupakan hidup.
Dengan keluh kesah dan pasrah aku memikirkannya.
Dan aku baru menyadari,kalau Bibi sendiri sedang menghadap semangkuk sup yang sama denganku.Tapi dibiarkannya begitu saja tanpa menghiraukannya.
"Bibi,ayolah makan dulu sarapanmu itu."
Setelah peringatan pendek yang kuutarakan,ia bahkan tak melihat kearahku.Malah dianggapnya seperti daun yang lewat begitu saja.
"Tunggu sebentar,ini bagian klimaksnya" serunya membela diri.
Ini semua sia-sia,bahkan aku bertanya pada diriku sendiri.Bagaimana orang seperti ini,yang bahkan seperti pemalas ini adalah seorang penyihir.
Itu sangat bertolak belakang,kebiasaannya membaca novel romansa setiap hari seolah berkebalikan.Bukankah itu agak aneh dan tidak biasa?
Umumnya seorang penyihir digambarkan sebagai orang yang bijaksana.Tapi ia seperti bayangan di atas air,berlawanan sekali.Aku tak yakin siapapun akan mengenalinya jika tak tahu dia yang sebenarnya.
Sikapnya yang bermalas-malasan dan kadang ceroboh,sama sekali menghapus kesan kedewasaan yang kulihat.
Memikirkan hal itu menguras energi dalam kepalaku.Berpikir tentang kebenarannya seakan sulit diterima.Karena itulah aku berusaha untuk tak mengingatnya.
Jika hal tersebut terus berlangsung,maka sup yang kumakan ini pun akan terasa hambar.Dan aku tak ingin merasakan lapar di pagi yang cerah ini.
Begitu selesai,aku berjalan ke arah dapur untuk membersihkan piring dan mencuci tangan.Sementara makanan Bibi yang ada di atas meja benar-benar menjadi dingin dengan sendirinya.
Ia yang memasaknya,tapi ia sendiri tak ingin makan.Sungguh orang yang diluar pemahamanku.
Mengesampingkan pikiran anehku,semua piring sudah tercuci bersih dan tertata rapi.Kurasa urusanku sudah selesai disini,lalu sebaiknya aku melakukan sesuatu.
Kembali dari dapur beberapa saat kemudian,Bibi terlihat masih duduk dalam posisi yang sama.
Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil kaki kanannya memangku kaki kiri diatasnya,menekuk siku agar buku yang dipegangnya menjadi lebih dekat dengan wajah.
Kedua matanya melirik ke arahku,ia menyisihkan piring didepannya lalu menaruh buku bacaannya.
Kepalanya menoleh bersamaan diriku yang berjalan melewati sisi kanan meja.Aku bisa merasakan antusiasme yang meninggi.
"Arshen,apa kau nanti sibuk?"
"Tidak,memangnya kenapa?"
"Tolong petikkan Agropyrum di sisi utara hutan."
Hei,anda tak mau makan dan hanya membaca buku hingga aku menghabiskan sarapan.Lalu tiba-tiba memberiku perintah dengan mendadak tanpa adanya satupun alasan yang jelas.
Maksudku,kenapa anda bukannya makan tapi malah minta hal lain?
"Agropyrum? Bukannya kita masih punya banyak?"
"Sudahlah,aku butuh itu untuk hal lain.Jadi tolong ambilkan ya~"
Ia mengatakan itu sambil mengedipkan matanya sebelah.Berlagak seperti tipikal gadis ceria yang selalu menutup-nutupi sesuatu.
"Baiklah,aku akan mengambilnya tapi itu mungkin agak lama"
"Ya,aku akan menunggu,berhati-hatilah dan bawalah pedangmu itu"
Aku mengangguk cepat sebagai responku,lalu berganti pakaian luar dan pergi ke gudang setelahnya.Mengambil pedang panjang yang tersandar sedikit kusam, kemudian berpamit dan melangkahkan kaki menuju ke arah utara.
Sebelum aku berangkat,kuhela nafas panjang sambil menyemangati diriku..
"Oke..ayo berangkat...!!"
Tempat yang kutuju paling tidak memakan waktu dua jam perjalanan kaki.Sejujurnya itu sangat melelahkan,namun kurasa tak terlalu buruk ketika hari ini terlihat begitu bersahabat.
Saat aku melewati area rerumputan,gugusan awan terasa begitu dekat dan halus.Mereka bertebaran layaknya kapas di atas selimut langit biru yang bersih tak bernoda.Bersamaan hilir angin yang menerpa lembut melalui sela-sela pepohonan rindang.
Bagaikan harmoni dimana pikiran menjadi tenang dan melayang dibawa oleh sang angin.
Sesekali aku menutup mata hanya untuk merasakan hembusan angin yang lewat,sejuk dan nyaman ketika menerpa bagian tubuhku yang terbuka.
Ini semua terasa nyata,karena itu bagian dari keindahan alam yang sulit digantikan.
Bagiku situasi seperti sekarang merupakan salah satu anugerah Dewi Kehidupan.Sosok yang menurut legendanya ialah Dewi baik hati dan bersifat mulia,welas asih,sekaligus peduli terhadap kehidupan makhluk di seluruh dunia.
Namun bagiku,legenda tetaplah legenda.Kita tak pernah tahu itu dapat dipercaya atau tidak.Tapi fakta jika dialah yang mengatur jalannya kehidupan bukanlah hal yang begitu mudah kupungkiri.
Bahkan legenda Roh Angin Suci yang menjaga kedamaian Ashlea ratusan tahun lalu,tak luput dari sosoknya yang begitu mistis nan ajaib.
Sehingga kami merasa dirinya memang benar keberadaannya dan memutuskan untuk jadi pengikutnya
Tapi meskipun begitu..
Aku benar-benar....
...tidak memahaminya...