"Aku pulang~~"
Aku membuka pintu setelah melepas boots didepan rumah.Lalu masuk ke ruang tengah dimana kami biasanya bersantai dan makan bersama.
Suasananya sepi dan hanya terdengar jangkrik diluar rumah,mungkin Bibi sedang pergi keluar dan dalam perjalanan pulang.
Lalu kuputuskan diriku untuk meregangkan tubuh di kamar mandi,sambil menikmati sunyinya angin malam yang mendesir diantara dedaunan.
Disaat aku membuka pintu kamar mandi,perlu beberapa detik hingga aku menyadari pemandangan yang sedang terbiaskan dihadapanku.
"Oh,kau sudah pulang rupanya..."
Sosok familiar terlihat didepan mata dengan hanya berbalutkan handuk putih yang seksi..
Seorang wanita cantik bertubuh langsing memandangku dengan wajah keheranan.
Kepulan asap tipis yang hangat serta butiran embun air menempel ditubuhnya,tercium dengan aroma wangi semerbak pada sekeliling ruangan kamar mandi.
Dengan bibir merah cherry yang menggoda,serta tatapan mata indah yang seolah kilauan emas.
Rambut ungu basahnya dikuncir memanjang,sementara ia memegang handuknya agar tak jatuh melonggar.Gestur tersebut mempertegas aset besar yang ia miliki disana.
Kulitnya yang bersih dan menawan terekspos bagaikan wanita dari kaum bangsawan.Tampak halus lembut seperti hamparan kain sutera.
Penampilan elok yang menggambarkan tubuh matang dari wanita dewasa terkesan kuat pada dirinya.Seakan ia dianugerahi penampilan untuk bisa selalu awet muda dan puncak untuk kesuburan setiap wanita.
Sungguh sosok yang mampu mengelabui publik.Namun di sisi lain juga membuat orang terkesima di saat yang sama.
Kami saling bertukar pandangan selama beberapa detik dalam suasana yang sunyi.Menatap pupil masing-masing hingga aku menyadari ini adalah hal yang tidak benar.
Jika saja ada orang yang melihat penampilannya sekarang,aku yakin orang itu akan langsung menyerang bibi tanpa ragu.Bahkan sulit untuk berpikir jernih dengan situasi seperti ini.
Aku merasakan wajahku memerah karena panik dan malu,membayangkan hal yang tidak-tidak dalam kepalaku.
Spontan aku membalikkan badan darinya dan membanting pintu dengan keras.Bagaimana bisa aku tidak mendengar suara dari kamar mandi.Sementara jaraknya hanya beberapa meter dariku.
Ini situasi tak terduga yang tak pernah aku bayangkan,melihat Bibiku sendiri yang nyaris tak memakai apapun.
Aku ragu setelah ini bisa berbicara normal dengannya lagi.Diriku berupaya melupakan kejadian yang berlalu,tapi itu sudah terekam jelas di ingatanku.Semakin berusaha tak mengingatnya malah semakin sulit lepas gambaran situasi itu.
"Sial! Sial! Sial!"
Itu sia-sia saja,itu sudah terlanjur terjadi.Lebih baik aku menyembunyikan diri di kamar dan merenungkan kembali hari-hariku.Mungkin bila perlu aku juga harus bersemedi selama seharian penuh.
Aku tak mengharapkan ini,ataukah itu yang disebut keberuntungan.Lagipula bagaimana bisa ia melakukan sesuatu tanpa bersuara dalam ruangan.
Lekas aku pergi dari sana tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
Sekarang hanya ada diriku yang kepanikan tak jelas di kamar tidur.
"Maksudku bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya itu bisa terdengar dengan jelas,lalu apa yang harus kukatakan pada Bibi bila bertemu,ini benar-benar di luar kendaliku,AGHHH...ini sangat kacau.."
Kepalaku rasanya dipenuhi kalimat aneh yang tak henti-hentinya bermunculan.
Setelah sekitar 5 menit panik bersama pikiranku,pintu kamarku pun diketuk oleh seseorang.Namun jiwa ini rasanya masih tidak karuan.
"Arshen,bagaimana dengan Agropyrum yang kuminta?"
Itu suara Bibi yang terdengar dari balik pintu.
Aku hampir melupakannya,tujuanku pergi adalah untuk mengambil tanaman itu.Tetapi aku bingung wajah apa yang kuperlihatkan padanya saat saling bertatapan mata.Sejujurnya ini memenuhi kepalaku dengan hal-hal rumit yang seharusnya tak perlu kupikirkan.
Seketika aku membuka pintu kamar dan melihat sosok Bibi yang tengah berdiri menunggu responku.
"Anu,Maafkan aku yang telah menerobos masuk tadi!"
Secara otomatis aku membungkukkan badan dan meminta maaf kepadanya,diriku merasa baru saja melakukan kesalahan besar.
Dengan pasrah sekaligus malu aku tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.Jauh dalam hatiku semoga Bibi tidak memikirkan hal ini dan mau memaafkan kesalahanku.
"Kau minta maaf untuk apa?"
Dua detik setelahnya,otakku masih berusaha memahami apa yang ia ucapkan.
...
Kemudian aku mengangkat kepalaku melihat ekspresi wajahnya.Ia menunjukkan keheranan juga kebingungan secara jelas sambil melipat kedua tangan
"Uhh,aku minta maaf untuk hal yang tadi"
"Oh maksudmu di kamar mandi tadi? Sudahlah,lagipula kau juga tidak sengaja"
"Apa Bibi tidak merasa khawatir sedikitpun?"
"Entahlah,aku merasa biasa saja"
"Maafkan aku,tetapi Bibi juga harus lebih berhati-hati di kamar mandi.Aku tidak ingin Bibi kenapa-kenapa"
"Mmm...iya,terimakasih sudah mengingatkanku"
Ia membalasnya dengan nada datar,tapi bagaimana bisa ia tidak khawatir sedikitpun setelah tubuhnya dilihat seperti itu.Apa mungkin ia seorang eksibisionis? Tidak peduli jika tubuhnya dilihat orang lain? Apakah semua orang dewasa menganggap ketidaksengajaan itu maklum?
"Maa~ tapi harus kuakui kau cukup berani untuk mengintip Bibimu yang sedang mandi"
Aku menarik kata-kataku...
Aku segera tak mempedulikan ucapannya dan memberikan sekantung tanaman itu padanya.
"Ah,tanaman ini kau taruh saja dimeja,aku akan memeriksanya nanti.Sekarang cepatlah kau makan lalu mandi sana"
"Iya,baiklah"
Kenapa tidak bilang dari tadi...
Sesudah mengikuti perintahnya,aku merehatkan diri dengan duduk diatas kursi tempat kami biasanya makan.Layaknya pagi tadi,Bibi masih membaca buku yang sama namun terlihat telah mencapai bab terakhir dari ceritanya.
Namun ia berhenti disaat aku baru menduduki kursi selama dua menit.Menutup bukunya sesuai pembatas,kemudian mengalihkan pandangannya padaku.Tatapannya seolah mengatakan ini akan menjadi pembicaraan yang serius.
"Arshen,bagaimana kondisi reruntuhan yang kau temui?"
Sewaktu kalimat itu keluar nada bicaranya terdengar menyakinkan,atmosfer percakapan berubah menjadi lebih intens.
"Itu hanya seperti reruntuhan pada umumnya,namun kurasa akhir-akhir ini wilayah itu sering dilewati orang.Bahkan saat mengumpulkan tanaman obat,sebagian besar sudah rusak seperti dimakan hewan liar"
"Jadi karena itulah kantungmu tampak mengempis?"
"Y—Yah, begitulah.."
Ini seperti aku sedang diejek,tapi yang paling mengesalkan adalah aku tak bisa membalasnya.
"Lalu? Apa terjadi hal lainnya?"
"Aku bertemu sekelompok petualang,mereka terlihat kompak dan solid.Namun anggotanya sedikit ceroboh"
"Ia ceroboh?"
"Ya,karena kecerobohannya itu aku harus ikut repot membantu mereka"
"Memangnya ia menciptakan masalah?"
"Lebih dari sekedar masalah,tapi bahaya besar.Ia tak sengaja memanggil monster tingkat tiga"
"Hhk! Mmmmm..."
Ia tertegun sejenak ketika mendengar kata 'monster tingkat tiga',seakan berupaya untuk tenang dan tidak terkejut.
Aku melanjutkan kata-kataku dengan penjelasan monster yang kutemui secara detail. Kuharap itu bisa memberinya gambaran kasar dari kesimpulan yang akan ia buat.
Bibi meletakan tangan di dagu sambil menekuk satu lengannya di atas meja.Seperti timbul suatu pertanyaan dalam benaknya dari cerita yang ia dengar.Sesekali kepalanya mengangguk ketika dirinya berbicara dalam hati.
"Hei Arshen,besok kau harus mengantarku ke Ibukota"
"Heh? Apa?"
"Dan jangan lupa bawa Agropyrum itu bersamamu"
"Tunggu sebentar?!"
Pernyataan itu terlalu mendadak,Aku butuh beberapa detik sebelum memahaminya.Maksudku mengapa keputusan itu ia buat dengan tiba-tiba.Padahal aku belum mendengar rencana perjalanan ke Ibukota seminggu ini.
Bibi seperti mengetahui hal yang penting,namun ia ingin memastikan dulu dugaannya tersebut benar tidaknya.Sebab,Bibi bukan orang yang sembarangan mengambil keputusan,kurasa ia sudah memikirkan hal ini matang-matang.
"Bukannya itu terlalu mendadak Bibi?"
"Tidak apa,seluruh dugaanku mengerucut pada akhir yang sama.Yaitu pergi ke Ibukota"
"Kenapa?"
"Kau akan mendengar alasannya besok.Yang penting kau harus menurut denganku.Hahaha~"
"Heehhh..."
Aku mengerutkan alis,bisa-bisanya ia masih suka bersifat jahil disaat yang serius begini.
Sifatnya memang merepotkan tapi bukan berarti aku tidak menyukainya,justru sebenarnya ia orang yang sangat perhatian.Namun tetap saja itu terkadang menyebalkan,walaupun aku tidak begitu mempedulikannya.
"Eh,Baiklah kalau begitu,aku akan tidur duluan.Selamat malam"
"Ya,selamat malam..."