Sesekali aku mengetuk-ngetuk meja, bersenandung irama musik dalam kepalaku untuk menghabiskan waktu yang berjalan.
Meskipun itu berbunyi monoton di setiap ketukannya.
*Tuk*Tuk*Tuk*
Hanya aku sendiri yang mendengarnya,sementara orang-orang tadi yang menatapku telah teralihkan pada hal lain.
Layaknya kemunculanku sekedar orang yang lewat saja.
"Hm~.."
Aku menyapu pandangan ke seluruh ruangan ini dengan ekspresi tenang.Meskipun beberapa saat yang lalu aku seperti berjalan di medan perang yang membara.
Bak seorang prajurit yang tertinggal di kawasan musuh dan berharap untuk pergi atau mati dengan cara apapun.
Menjebakku dalam situasi rumit yang membatasi pilihan.
Namun tatapan beringas tersebut benar-benar hilang dari wajah mereka,seolah diriku sudah diasingkan dalam satu kedipan mata.Atau tekanan tadi tercipta dari pikiranku yang sedang berhamburan.
Tapi aku yakin jika penglihatanku takkan berbohong,sementara di sisi lain itu terasa meragukan.
Diluar dugaanku situasi akan berubah secepat ini,hingga masih sulit dipercaya jika mereka tengah asyik bercanda dengan kelompoknya sekarang.
Itu lumayan aneh,sebagaimana aku berpikir bahwa aku saja yang terlalu berlebihan.
Karena keramaian bukanlah suatu hal yang aku kuasai,apalagi menjadi pusat perhatian dari banyak orang.Sebab,terbiasa di hutan selama enam tahun terakhir cukup mengikis kemampuan sosialku.
Ya...bukan berarti aku kikuk atau semacamnya.
Lalu membandingkannya dengan para petualang yang pintar bergaul itu,membuatku sedikit ragu dalam membentuk sebuah regu.Apalagi jika butuh kemampuan negosiasi layaknya pedagang serta juru bicara,bagiku lebih baik kuhindari saja.
Lagipula kesendirian bukanlah hal yang buruk,asalkan kesepian tidak pernah hinggap di dalam jiwa.
Mungkin cara berpikirku memang berbeda,tapi bukan berarti aku membenci kehidupan sosial.Namun aku punya standar dalam melakukannya.
Sebagaimana orang-orang dari serikat ini bisa sedekat itu,aku yakin mereka juga punya cara tersendiri untuk beradaptasi.
Dan berada di tengah kehangatan seperti itu,aku tidak membencinya.
Malahan memperkuat suasana sosial yang ikonik dalam sebuah serikat,apalagi ditemani oleh segelas rum segar di setiap tegukan.Sudah menjadi ciri khasnya bagi perkumpulan para petualang.
Kemudian mereka yang memandangi papan 'Quest',mereka yang sedang bermain-main,serta mereka yang terlihat santai dan menahan kantuk.
Beragam sekali karakter orang di serikat 'Galeseeker',mulai dari yang nampak samar sampai yang beridentitas kuat keberadaannya.
Baik yang bernampilan garang,hingga seperti gadis cantik yang tampak serius di meja paling ujung.Bersama dengan anggota regunya yang memasang ekspresi panik.
Dia seolah mendominasi dalam percakapannya,dan orang yang ia ajak bicara seperti gugup untuk membalas balik.Bahkan tersirat ia berkeringat dingin disaat gadis itu melihatnya tajam.
Yang dimana itu mirip suasana penghakiman.
Kiranya rencanaku menjadi seorang petualang yang mandiri,pemandangan intens tersebut kecil kemungkinan akan menimpaku di kemudian hari.Kecuali jika suatu saat memang perlu membentuk sebuah regu.
Alangkah baiknya aku memperkuat diri agar tak merepotkan orang lain.
"Halo,maaf membuatmu menunggu."
Resepsionis itu sepertinya selesai mencetak kartuku,dan menaruhnya di atas meja dengan ekspresi yang formal.
Sekilas kartu itu tampak mengkilat seperti dilapisi kaca transparan,namun setelah berpindah ke genggamanku.Ada sedikit berat dan sentuhan licin pada bagian teksturnya,menyerupai lempengan logam.
"Ini dari logam?"
"Ya,kami membuatnya dari logam campuran agar tidak mudah rusak dan patah."
"Uhm...begitu ya.."
Kartu berukuran sepertiga telapak tangan itu sedikit tebal,serta bertuliskan nama pemilik dan serikat asal.Dengan logo 'Galeseeker' di atas huruf kapital bercantumkan bentuk F besar.
"Kartu tersebut dapat digunakan sebagai tanda pengenal jika anda berpergian ke negeri lain.Karena semua anggota serikat termasuk dalam Asosiasi Serikat Petualang Evodia.Yang dimana kami bekerja sama dengan seluruh serikat di semua negeri."
Jadi ini bisa dipakai selain di Ashlea? Tidak heran jika mereka memilih bahan yang lebih awet.
"Untuk tahap akhir,silahkan anda mengecap kartunya dengan darah dari ibu jari."
Sembari menunjukkan dimana aku harus mengecap sidik jempolku.
"Baiklah."
Gadis itu memberiku sebuah jarum,lalu kutusuk kecil ibu jariku sampai darah mengembun disana.Yang berikutnya mengecap itu pada huruf F sebagai tanda persetujuan.
"Begini?"
"Hum~,benar sekali.Sekarang anda telah resmi menjadi anggota serikat 'Galeseeker'."
"Aku sudah resmi berarti."
"Ya,dan apabila ada pertanyaan tentang peraturan dan kebijakan serikat.Jangan ragu untuk bertanya.Saya akan menjawab sebisa saya."
Wajah berserinya seperti menampilkan bunga-bunga ceria.
"Kalau begitu—."
Mengetahui peraturan adalah wajib,agar dapat mencari celah terbaik untuk berkompromi dengannya.
Karena peraturan tidak selamanya berfungsi baik,dan ada kalanya diriku harus melanggarnya.Walau itu akan membuatku berpikir dua kali sebelum bertindak.
Namun aku yakin itu pasti akan berguna.
...
"Apa maksudmu dengan efektif?! Kau hanya akan membunuh temanmu?!"
Suara keras dan tegas memecah keramaian dalam serikat menjadi senyap,memancing perhatian semua orang ke arah datangnya sumber suara itu.
Nada yang terlontar pun seperti membawa amarah,namun sikap seriusnya memancarkan aura tegang yang mengisi suasana di sekitar.
Bahkan berhasil membuat aktivitas terjeda hanya untuk menyaksikannya.
Seorang gadis berdiri dengan berani menatap tajam pria di seberang meja.Menyilangkan kedua tangannya sambil memasang wajah intimidasi dan penolakan begitu jelas.
Disertai kesunyian yang memperkuat kehadirannya di antara bungkaman mulut orang-orang.
Sementara aku merasa bahwa percakapan tadi tidak berlangsung dengan baik.
"Maaf Rachel...tapi ini demi keberhasilan misi,jika tidak maka itu semua akan sia-sia.."
"Sia-sia...? Bukannya kau yang selalu bertindak tanpa berpikir dahulu?! Apa kau sadar kalau kau hampir saja membunuh Elena karena sikap bodohmu itu?!"
"..."
"Aku tahu jika kalian memang belum lama disini,tapi setidaknya pikirkanlah nasib orang yang kau ajak dalam regumu.Apakah kau bisa menjamin keselamatannya?!.."
"..."
Pria tersebut hanya tertunduk diam,tanpa memberikan satupun balasan setelah kalimat itu terucap keluar.Bahkan ia tampak menyembunyikan raut wajahnya dari pandangan muka publik.
Seolah sudah terpojok dan tak mampu untuk mengelak.
"Senang bekerjasama dengan kalian, Terimakasih."
Pada untaian kalimat pendek tersebut,gadis bernama Rachel itu meninggalkan ruangan dengan langkah yang cepat.Menyisakan tekanan kuat bagi atmosfer ruangan dan pria gundah disana.
Sementara orang-orang lain kembali duduk ke kursinya tetapi menjaga jarak dari sang lelaki.Memberinya ruangan sendiri untuk menenangkan pikiran.
Serta beberapa gadis yang mulai berbisik-bisik dibarengi lirikan penuh ketidakpastian padanya.
Apapun yang terjadi,pasti ia sedang memikirkan tindakannya yang mendapat protes dari temannya itu.Apalagi di hadapan semua orang tanpa memperdulikan reaksi dari siapapun yang mendengarnya.
Layaknya mencoreng nama pria itu di hadapan mata setiap orang.
Sebuah kalimat menusuk dengan hujaman fakta menyakitkan.
Bahkan resepsionis di sampingku juga turut memasang wajah heran akibat peristiwa ini.
"Kasihan Kyle,tapi apa yang dilakukan Rachel juga bukan tindakan salah.."
Ia membuang nafas di akhir kalimat.
"Kau mengatakan itu seolah ini pernah terjadi sebelumnya."
"Uh...bisa dibilang terkadang juga sih,tapi juga tidak terlalu sering."
"Jadi itu bukan kali pertamanya ia memprotes orang dengan serius?"
"Y-ya,meskipun kami perlahan-lahan memahami sifat dari Rachel."
"Hmm.."
"Rachel adalah salah satu petualang terbaik di serikat ini,pangkatnya A.Jadi kemampuannya diatas rata-rata petualang disini."
"Lumayan tinggi juga ya."
"Un,ia orang yang pekerja keras dan selalu menepati misi dengan sempurna.Seolah memang ditakdirkan untuk menjadi seorang petualang."
"Namun ada kalanya ia terlalu tegas pada regunya,bersikap dingin,atau memprotes tindakan rekannya yang ia nilai sangat menganggu.Sehingga kebanyakkan orang berpikir sulit bergabung sekelompok dengannya."
"Jadi dia sendirian?"
"Bisa kukatakan begitu."
Resepsionis itu mengucapkannya dengan nada yakin,tak terbesit sedikit pun keraguan didalamnya.
Lalu menghela nafas panjang bersamaan kedua alisnya yang menurun.
Dari sikap yang ia tunjukkan,menurutku ia sudah melewati banyak hal yang merepotkan.Salah satunya peristiwa tadi yang menganggu suasana serikat.
Namun sambil memainkan jari-jemarinya,ia seolah berusaha mengatakan sesuatu dalam pikirannya,dan menyusun kalimat untuk diucapkan.
Meskipun ia tampak menahan gerak bibirnya..
"Aku tahu kamu baru bergabun disini,tapi...kuharap kamu tidak menjauhi Rachel karena tindakannya itu."
"Karena Rachel bukanlah orang yang jahat,ia hanya berbeda dengan orang lain.Dan sulit mengetahuinya jika orang itu tidak cukup dekat dengannya...."
Lalu ia tersenyum tulus disertai wajah yang memelas.
Tatapannya sangat emosional,aku bisa merasakan kepedulian hati pada perkataannya barusan.
Layaknya ia memintaku agar tak berpikiran negatif pada gadis bernama Rachel itu.Padahal itu tergantung dari keputusanku apakah berhubungan dengannya atau tidak.
Tapi kuhargai usahanya,ia nampak peduli dengan orang-orang disekelilingnya.
Apalagi ia menampilkan wajah welas asih dengan permohonan sopan,akan buruk bagiku bila bertutur kata yang arogan sebagai balasan.
"Kau tahu itu sebenarnya bukan hal yang ada di ranah kemampuanmu bukan? walau begitu kau tetap memohon supaya aku tidak berpikiran negatif.Aku menghargai hal itu,terimakasih."
Aku menambahkan senyuman sebagai bentuk bahwa itu bukan ketidaksetujuan.
"Un,terimakasih sudah mendengarkanku."
"Jadi...bisa kau lanjutkan penjelasanmu tadi?"
"Oh ya,maaf membuatmu menunggu."
"Tidak apa,selain itu panggil saja aku Arshen.Jangan bersikap terlalu formal."
"Tentu,aku Melissa.Senang berkenalan denganmu."
Kemudian aku meneruskan usahaku untuk memahami semua peraturan disini.Dan sesegera mungkin menjalankan quest pertamaku agar mendapat banyak pengalaman.