Chapter 14 - Bab 14

Tidak lama kemudian Leo masuk ke dalam ruangannya seperti biasa nyelenong aja.

"tumben sarapan di kantor ?pembantu kamu cutii yha ?" tanya Leo pada Gabriel yang lagi makan.

"dia sudah berhenti " ujuar Gabriel.

"mau nyari lagi ?" tanya Le lagi.

" enggak usah " tutur Gabriel

" terus yang urus rumah segeda itu siapa ?" tanya Leo lagi.

"kamu lupa aku tinggal bareng intan" tutur Gabriel lagi santai.

"wah asyik lah, bagi nomornya dong " tanya Leo meminta

" Engga ada" ucap Gabriel singkat.

"masa enggak ada kalian kan tinggal serumah " tutur Leo heran.

"jangan ganggu dia "ucap Gabriel memperingati asistennya itu.

" kenapa?" tanya Leo yang penasaran dengan sikap sahabatnya itu.

" dia istriku "ujar Gabriel jujur pada asistennya itu.

"kamu gila ? spp sendiri kamu bilang istri, terus Naila kamu kemana kan ? tanya Leo yang ga percaya. Karena Cia sendiri yang bilang kalau mereka spp lagian Cia kan masih sekolah.

"yha sudah kalau kamu ga percaya "tutur Gabriel yang keluar meeteng dengan kliennya.

++++

Karena hari ini Cia try out, Cia pun pulang cepat pukul sekitar jam sepuluh. Ia pun pulang ke rumah orang tuanya karena sudah sangat rindu. Sudah satu minggu lebih ga bertemu ibunya yang membuatnya ingin bertemu.

"kamu betah ga disana " tanya bu Sinta kepada Cia yang duduk di kamarnya.

"betah ko bu, Gabriel juga baik sama Cia " ujar Cia jujur

"Alhamdulillah kalau gitu, bu jadi tenang dengarnya. Kamu kalau ada apa – apa kamu langsung ngomomg sama ibu dan bapak" ujuar bu Sinta khawatir pada anaknya.

Sore hari Cia pulang kembali ke ruamhnya, setelah Cia berganti pakaian. Cia menyiram bunga dan tanaman yang lainnya di halaman depan rumah nya.

Tidak lama kemudian mobil Gabriel datang amsuk ke dalam garasi. Gabriel keluar dari dalam mobilnya dan melihat Cia sedang menyiram tanaman Bungan, ia pun tersenyum. Setelah itu ia pergi ke dalam rumah lalu naik dan masuk ke dalam kamarnya untuk ganti pakaian.

Kemudian ia duduk di depan teras rumah sambil memperhatikan Cia menyiram Bungan dengan telaten.

Sedangkan Cia setelah memtikan krang air dan mengulung salangnya cia pun duduk di samping Gabriel. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu memejamkan matanya. Gabriel yang melihanya hanya tersenyum geli.

"capek?" tanya Gabriel

"Hmm yha gtu lah" gumam Cia yang masih memejam kan matanya.

"mau aku pijitin ?" tawar Gabriel

"Enggak usah mas " tolak Cia lembut

"kenapa ?" tanya Gabriel lagi.

"Enggak ap – apa mas, geli aja rasanya." Ucap Cia

"benaran gam au nih ?" tawar Gabriel lagi.

" iyah benaran mas, ga usah "tolak Cia lagi.

" yah sudah yuk mandi, udah sore " ajak Gabriel pada Cia lalu mereka berjalan naik ke lantai dua.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Cia pun turun ke dapur saat mengambil botol air dalam kulkas, ia mendengar bel ber bunyi. Ia pun segera keluar rumah membuka pintu. Tampaklah Leo yang tersenyum kepada Cia.

"hai " sapa Leo tersenyum manis ke arah Cia

"Mas Leo yha ?" tanya Cia mengingat – ngingat pernah bertemu di perusahan suaminya.

"yha betul, boleh aku masuk ?" tanya Leo masih mempertahan kan senyumannya itu bak orang gila. Ga tau ajah kalau itu istri bosnya.

"Ah Astaga maaf yha aku lupa. Silahkan masuk mas " tutur Cia yang menyuruh tamunya untuk masuk. Saat Leo sudah duduk di sofa, Gabriel turun dari tangga dan melihat sahabtnya itu ada di dalam rumahnya.

Tuh orang ngapain sih kesini batin Gbariel kesal. Ia pun menghampiri sahabatnya itu.

"Mau minum apa mas " tanya Cia sebelum masuk ke dalam dapur.

" apa aja boleh " jawab Leo sambil tersenyum memandang Cia. Gabriel yang melihat itu tambah kesal.

"Air putih aja " jawab Gabriel santai. Cia pun hanya mengauk, lalu masuk ke dalam dapur.

" Ngapain kamu kesini ?" tanya Gabriel tak santai ke pada sahabatnya itu.

"memangnya kenapa biasanya juga aku main ke sini kok, lagian aku mau meliahat Cia biar bisa lebih dekat lagi sama dia " tanya Leo sangat santai.

"apa kamu tuli, sudah aku bilang kalau dia itu Istiku " tutur Gabriel sangat kesal ke arah sahabtnya itu yang tak percaya.

"ga percaya aku sama kamu, bukannya dia amsih sekolah mana di biarin nikah kalau pihak sekolah tau bisa di keluarin dia lagian kalau kamu memang sudah nikah mana surat nikahnya ?" tanya Leo yang meminta bukti

"belum jadi, mending kamu pulang aja dia harus belajar karena besok dia ada ujian" Usir Gabriel pada sahabanya itu.

" tuh kan kamu bohong kalau Cia istrimu, ga bisa buktiin kan" tutur Leo lagi baru Gabriel ingin membalas ucapan sahabatnya itu tapi ke buru Cia datang membawa secangkir kopi lalu meletaknnya dan naik ke lantai dua masuk ke dalam kamar.

"pokonya aku ga percaya kalau ga ada buktinya" tutur Leo sedangkan Gbariel hanya bisa memijit keningnya yang tak bisa membuktikan kalau Cia itu istrinya.

Setelah Leo pulang Gabriel pun naik dan masik ke dalam kamar lalu naik ke ranjang seperti biasa. Sedangkan Cia yang masih belajar karena ujiannya nasional semakin dekat jadi ia harus giat biar tak mengecewekan ke dua orang tuanya.

Setelah lulus ia ingin kuliah dan bisa bekerja. Karena ia tidak tau sampai kapang akan menjadi istri Gabriel. Meskipun suaminya kaya tapi ia ingin mencapai cita – citanya agar saat di cerikan suaminya ia tak menjadi gembel.

"kamu jangan terlalu dekat dengan Leo "ujar Gabriel tiba – tiba memecahkan keheningan di antara mereka.

"kenapa memangnya mas ?" tanya Cia yang masih fokus mengerjakan sola – sola yang akan masuk ke dalam ujuannya nanti.

"gpp hanya saja, dia itu suka sama kamu " ujar Gabriel terlihat kesal mengatakan itu.

"terus kenapa, mas cemburu ? tanya Cia sambil menghadap kan kuris nya ke arah Gabriel.

" bukan begitu buakn kah kamu di larang pacaran sama bapak mu?, lagian kamu itu istriku, kamu harus bisa menjaga dirimu dari laki – laki lain selain suami mu' tutur Gabriel tegas.

"yha aku tahu mas lagian aku juga ga terlalu dekat mereka, tapi gpp juga siapa tau nanti kamu cerain aku." Tutur Cia.

"memangnya kamu mau cerai dari aku ? bahkan surat – surat pu belum jadi" tanya Gabriel.

" aku ga tau mas, kalau aku cerai dari mas Gabriel pasti aku akan di tending pabak dari rumah. Aku juga ga ingin janda muda. Masa depan ku sudah hancur mas. Sekarang aku hanya bisa belajar dengan giat saata suatu nanti aku bisa bekerja setidaknya aku bisa menopang diri aku sendiri. " ucap Cia sambil nangis duduk di atas kursi belajarnya bagiaman tidak ia tak bisa menyangka akan se hancur ini. Selama ini dia masih bisa menahan diri untuk mengatakan pada siapaun tapi malam ini dia hanya ngin mengeluarkan semuanya dia tak sekuat itu.

Gabriel pun berdiri dari tidurnya dan memeluk Cia dia tak tega melihatnya menangis.

" jangan nangis kamu tak akan pernah jadi janda muda " tutur Gabriel lembut.

"maksud mas " ucap Cia mengadkan mukanya untuk bisa melihat muka suaminya itu.

"kita tak akan perna bercerai kamu akan menjadi istriku selamanya " jawab Gabriel sunguh – sungguh, cia pun yang mendengar ucapan suamnya langsung memeluknya dai sungguh bahagia dan tak harus memikirkan nasibnya lagi kedepan.