Chereads / Blade Of Yasin / Chapter 2 - Pengganti Sang Raja

Chapter 2 - Pengganti Sang Raja

Di Sore Hari..

Di sesi ini, Nampak ada seorang yang Berbadan Tinggi Besar berwajah Garang dengan Postur tubuh yang perkasa Berkulit gelap sedang Asyik Duduk sambil memegang Alat Pancing untuk Memancing ikan di Sungai yang disekitarnya ada pepohonan dan rerumputan yang Cukup Luas dan memang tempat itu adalah Tempat terfavoritnya... Sebenarnya sudah berminggu-minggu ia berada ditempat dan masih merasa tenang tenang saja bagai Angin yang Sejuk yang ditiupkan ke dasar Kulit dengan Nikmat..

(Rumor Beredar Bahwa Raja Muqoddas telah Wafat.. ku rasa saat ini Ada yang aneh, Dia meninggal Tanpa mengidap penyakit apapun, padahal Minggu yang lalu aku menemuinya dengan Wajahnya yang Riang..) Ucapnya dalam Hati

(Sampai kapanpun, aku siap menjadi Penggantinya.. tapi aku tidak yakin dengan perasaan rakyat kepadaku... Pasti ini terdengar sulit bagi mereka, Sang Angin..)

"....."

Beberapa saat kemudian, ia pun merasakan seseorang yang datang..

"Tidak perlu sembunyi dengan rasa malu, kemarilah Saudara Saudaraku yang Terhormat..

"Assalamualaikum.. Alhamdulillah, Ketajaman Insting mu makin Bertambah, Wahai Saudara ku Madran Dzulfi Ismyoda.." Ucap Ahmad menampakkan Dirinya di balik Pepohonan...

"Sungguh Keajaiban, dan Berkah Atasnya.. karena aku Merasa senang melihatmu yang sudah berumur Panjang namun Awet Muda ya Madra..." Ucapan Dari Khaidir Membuat Madra Sedikit terkesan..

"Ah... Ini berkat Ilmu dari Bibi Khadijah yang ia turunkan kepadaku...."

"Emm, Paman Khaidir, Terimakasih atas ucapannya dan tolong, Kalian Semua Jangan Ribut....! Aku sedang Serius Nih..!" Ucap Madra sambil menggerutu

"Ya sudah.. kami akan menunggu kerjaanmu sampai selesai..." Ucap Yusaf sambil duduk Di Batu Besar..

Lalu Ahmad berkata padanya dengan topik yang sebenarnya..

"Kami semua akan mendukungmu sebagai Raja yang selanjutnya, dan lagi pula kau pernah bertekad untuk menjadi seperti itu.."

"....."

Madra yang sedari tadi Duduk di Ujung Jembatan yang terbuat dari Papan Kayu, Meledek mereka dengan Perumpamaan..

"Di sini.. Tidak ada Makanan, Aku Berada disini hanya seperti Angin yang Kalian Cari.... Apa kalian Paham dengan Maksud yang aku Katakan tadi?" Tanya Madra dengan Tatapan Sayu...

"...." Mereka pun semuanya diam dan merenungi perkataannya..

"Kalian semua seperti Semut yang Bergotong royong untuk Mencari Makanan, dan kalian seperti semut Merah bukan Hitam.. hanya semut Hitam yang mengorbankan diri demi anggotanya untuk bertahan hidup, meskipun begitu.. aku tidak menyukai pengorbanan seperti itu....

Semut Merah berbeda, mereka rela mati bersama dengan pengorbanan Usaha sampai titik Akhir bukan Pengorbanan Nyawa... Sampai sini kalian paham?"

"..." Lagi lagi mereka diam dan merenung..

Jika tidak ada dari kalian yang bisa menjawabnya dengan benar, maka aku tak akan pernah bisa menjadi Raja dari Negeri ini meskipun Aku Mau.....

"Ku hitung sampai 10, jika tidak ada yang menjawab, atau jawaban itu meleset.. maka kisah kalian semua dan aku tidak akan ada artinya lagi.."

"1..2..3..4..5..6..7...."

ادم مد محمد يس

(Adam Mad Muhammad Yasin)..... Ucap Ahmad dengan Lembut...

"8..9..." Ucap hitung Madra dengan wajah tidak senang..

"Ikan Di sungai ini dan Umpan Pancinganmu Tidak ada...! Yang ada Adalah Angin...." Ucapan Ahmad langsung menggetarkan jiwanya Madra dan Kawan kawannya alias semua Dari kalangan Penasehat..

Dengan begitu, Madra pun perlahan menaikkan Pancingannya dan Mengucapkan....

"Allahu Akbar.....Ya..! Benar.. kalianlah Angin itu.... Dan aku hanya sebagai wadah bagi kalian.... Terimakasih Saudara Saudara ku.." Sahut Madra dengan Wajah Pucat dan memperlihatkan Senyuman.. perlahan Madra kehilangan kesadarannya.. sebab dia bertahan sampai kelaparan dan tidak tidur hanya menunggu kedatangan mereka para penasehat.. dan memang tiada bahan makanan untuk bisa dimasak dan dimakan..

Dengan cepat, Ahmad Menahan Tubuhnya dan memeriksa kondisinya..

Mereka yang lain menjadi Khawatir dengan apa yang terjadi sekarang

"Dia hanya Pingsan.... Mari kita bawa dia ke kediaman Raja..."

Lalu mereka membawanya sambil mengendarai Kuda Hitam yang Berjubahkan kain Putih..

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Esok harinya..

Di perlihatkan Seorang Wanita muda yang menawan Cantik jelita dengan memakai Pakaian Gaun tebal berhijab sedang asyik berbincang dengan Saudara Angkatnya.. mereka sedang berjalan kaki dalam perjalanan pulang ke kerajaan.. dengan pemandangan yang luas penuh tanaman bunga anggrek yang berwarna warni.. mereka pun berjalan tanpa merasa Letih..

"Naskah.. kamu juga tahu kan, aku menyukai Kakak Ahmad.....?"

"Yep! Aku selalu mendukungmu jika kamu bersanding dengannya, tapi bagaimana jika Kakak Ahmad tidak membalas cintamu? Aku yakin kamu pasti patah hati, dasar Kelaparan Cinta.. hehe.."

"...hii!! Dasar!! Naskah Jelek! Ganteng! Tapi hati Jelek!! Suka Intip Wanita yang sedang Mandi! Mesum! Lebih suka dengan Tante Tante!!! Heee!!.."

"Hahaha hahaha!.... Ok ok.. tenang kan dirimu dulu Hwa.. mari kita perhatikan seksama.. Ini Bunga Anggrek kan?"

"Iya..! lalu?" Tanya Hwa yang sedang heran bercampur Penasaran..

"Kamu bagaikan Bunga Anggrek ini.. kamu tahu alasannya apa?"

".... Pasti aku secantik ini! Iya kan Naskah!?" Ucapnya dengan gemilang penuh Gembira..

"Sebenarnya, hmm ya kamu memang secantik ini, tapi yang ku maksud bukan soal kecantikan, Adik Angkat ku yang baik hati.." ujar Naskah dengan menyentuh dagu Adiknya dengan sentuhan lembut..

"Anggrek...! Anggun yang merengek..!" Ucap Naskah dengan Bercanda Sampai sampai wajah Hwa menjadi berubah drastis dan melototi nya dengan mengumpat

"Haa!! Hii!! Dasar Angin! Abu Dingin!" Ujarnya yang merasa Kesal karena dikiranya serius tapi malah di ajak canda sekali lagi..

"Hahaha..!! Ya Abu Dingin yang tak pernah menyakiti dan memiliki rasa sakit yang dingin..."

Mendengar perkataannya, Hwa bergeming dengan perasaan merinding yang teringat sewaktu ia selalu bersama dengan Naskah..

"Anggrek.. Angin yang Anggun, Rembulan Kilauan..... Sejak pertama kali aku mengenalmu dan menghirup rambutmu yang berkilau sama seperti harumnya Bunga ini, Aku Mencintaimu... Terimakasih.. Nurhuwa.." Ucap Naskah dengan merendahkan pandangannya yang membuat Hati Hwa menjadi melebur.. dan pas pada saat itu nampak ada Bulan Sabit di langit Malam yang berbintang, dan Naskah kemudian pergi begitu saja..

(Aneh! Perasaan apa ini?? Baru kali ini aku melihat Pria yang menuliskan Kan Hatinya Untuk ku.. tapi.. bagimana ya!? Aku Bingung.... Aku jadi peduli padanya, mungkin peduli padanya adalah Bentuk Cintaku ke dia..tapi..Aakkh!)

"Hey!!! Naskah!! kamu mau kemana...!!?? Jalan pulang bukan Kesitu!" Kata Hwa dengan mengeraskan suaranya..

"Aku rindu dengan Kakak Madra!! Aku ingin menemuinya Disana.. Pulanglah Lebih dulu, nanti aku Menyusul....!!"

"....."

"Naskaaahhh!! Aku minta maaf!!!..." Dengan Raut wajah yang menurunkan keningnya..

"Permintaan Maaf!!! Diterimaaa!!! Sampai Jumpa Hwa!!!" Ucapannya membuat Perasaan Hwa menjadi Tenang dan merasa bahagia karena kejujuran Dari Seorang Naskah yang tak seorang pun tahu kecuali diri Hwa sendiri..

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Di tempat Lain, Saat Madra yang tadi Memancing.. di sungai... Sesudah Naskah berada di lokasi..

"Kakak!!!! Kakak Madra!! Kakak Dimana??"

Naskah mencarinya dan berkeliling untuk memeriksa..

"Waahh.... Aneh! biasanya Kalau sedang ada Bulan Sabit begini, dia berada di sini... Terlebih lagi, disini tidak ada satupun Kelinci, maupun Rusa..."

Perasaan Batinnya mulai bergejolak seakan khawatir dengan keadaan Yang tiada Tara kepada Madra yang sebentar lagi akan menjadi Raja...

Beberapa menit kemudian, Naskah Melihat sesuatu yang berkilau di tengah tengah sungai....

"Cahaya itu Melingkar lingkar seperti Bentuk Ular Naga...."

Perlahan pun ia dekati, sambil membaca Tasbih, Ia pun waspada dalam gelapnya lingkungan yang Samar....

***************

Bersambung...