Chereads / Peace Hunter / Chapter 494 - Chapter 494 : Putri Keluarga San Estella

Chapter 494 - Chapter 494 : Putri Keluarga San Estella

Beberapa hari kemudian, pada siang harinya, di halaman White Palace yang merupakan istana kediaman Ratu Kayana.

Aku baru saja turun dari kereta kuda yang mengantarku ke White Palace.

"Kami tunggu disini, Rid. Kamu langsung masuk saja ke kediaman Yang Mulia Ratu," ucap senior Nadine yang sedang berdiri di samping kereta kuda yang mengantarku.

Tidak hanya senior Nadine saja yang berdiri di samping kereta kuda yang mengantarku, tetapi ada juga 3 orang prajurit Duke San Lucia yang berdiri di samping kereta kuda itu. 3 prajurit itu dan senior ditugaskan oleh Duke Louis untuk mengantarku ke kediaman Ratu Kayana.

"Baik," ucapku.

Setelah itu, aku pun berjalan meninggalkan kereta kuda itu untuk menuju ke pintu masuk White Palace.

Alasan kenapa aku sekarang ada di kediaman Ratu Kayana karena pagi hari tadi Ratu Kayana tiba-tiba menghubungiku secara langsung lewat kristal komunikasi yang aku punya. Aku sedikit terkejut karena Ratu Kayana menghubungiku secara langsung, biasanya jika beliau ada perlu denganku, beliau akan menghubungi Duke Louis atau Duchess Arlet. Saat Ratu Kayana menghubungiku, Ratu Kayana memintaku untuk datang ke White Palace hari ini.

Setelah panggilan dari Ratu Kayana berakhir, aku pun langsung bersiap untuk berangkat ke White Palace. Aku memberitahu Duke Louis dan Duchess Arlet terlebih dahulu kalau Ratu Kayana menghubungiku dan memintaku untuk datang ke White Palace. Mereka berdua pun mengizinkanku untuk pergi ke White Palace. Lalu mereka menugaskan senior Nadine dan 3 orang prajurit Duke San Lucia untuk mengawal dan menemaniku pergi ke White Palace. 

Awalnya aku sudah bilang ke mereka berdua kalau aku tidak perlu ditemani atau dikawal oleh siapapun. Tetapi mereka berdua tetap bersikeras, jadi aku pun hanya mengiyakan saja. Irene tidak ikut bersamaku karena dia sedang fokus menjalani latihan bersama komandan Mina. Karena Irene tidak ikut, Leandra dan Lily yang merupakan asistennya pun juga tidak ikut. Jadi hanya aku, senior Nadine dan 3 orang prajurit yang menemaniku saja yang pergi ke White Palace.

Lalu tidak lama kemudian, aku pun sampai di pintu masuk White Palace. Di depan pintu masuk White Palace itu, aku melihat Caroline dan beberapa prajurit yang sedang menjaga di pintu masuk itu.

"Kakak Rid!," ucap Caroline.

Caroline pun langsung menyapaku begitu aku telah tiba di pintu masuk White Palace.

"Lama tidak jumpa, Carol. Bagaimana kabarmu?," tanyaku.

"Aku baik-baik saja, kakak Rid. Bagaimana dengan kakak Rid?," tanya Caroline.

"Aku juga baik-baik saja. Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa ada disini, Carol? Apa kamu sedang kebetulan berada disini atau kamu memang sedang menungguku?," tanyaku.

"Aku memang menunggu kakak Rid. Tadi pagi, aku mendengar kalau ibunda meminta kakak Rid untuk datang kesini. Karena aku tahu kalau kakak Rid akan datang kesini, jadi aku menunggu disini," ucap Caroline.

"Jadi kamu memang sedang menungguku ya," ucapku.

"Iya. Ah ngomong-ngomong, aku sudah membaca surat kabar yang memberitakan tentang insiden penyerangan di kerajaan ini beberapa hari yang lalu. Kakak Rid terlihat sangat keren di surat kabar itu. Tidak hanya berhasil mengalahkan tuan Duke Remy yang telah berubah menjadi iblis saja, kakak Rid juga telah menyembuhkan banyak orang yang terluka di akademi. Pokoknya kakak Rid benar-benar keren," ucap Caroline.

"Terima kasih atas pujiannya, Carol," ucapku.

Setelah itu, Caroline pun kembali berbicara kepadaku.

"Ngomong-ngomong, kakak Rid, mungkin aku telat untuk mengucapkan ini tetapi selamat atas kelulusanmu dari akademi," ucap Caroline.

"Iya, terima kasih, Carol. Ngomong-ngomong, Carol, dimana Charles dan Chloe? Apa mereka ada di dalam?," tanyaku.

Caroline pun langsung menjawab pertanyaanku.

"Iya, kakak Charles dan kakak Chloe ada di dalam tetapi saat ini mereka sedang latihan. Setelah kakak Charles dan kakak Chloe telah lulus dari akademi, mereka selalu menjalani latihan tiap harinya," ucap Caroline.

"Begitu ya," ucapku.

"Iya, kakak Rid," ucap Caroline.

Aku pun terdiam setelah mengatakan itu.

Setelah itu, di lorong yang menghubungi pintu masuk White Palace dengan ruangan-ruangan yang ada di dalam White Palace, aku melihat ada 2 orang yang sedang berlari ke arah pintu masuk tempatku dan Caroline berada. 2 orang itu yang sedang berlari itu ternyata adalah Charles dan Chloe. 

Tidak lama kemudian, mereka yang sedang berlari itu pun kemudian langsung berhenti setelah sampai di tempatku dan Caroline berada. Mereka berdua terlihat berkeringat dan nafas mereka pun juga terengah-engah. Sepertinya yang Caroline katakan itu benar kalau mereka sebelumnya sedang berlatih.

"Haaaahh...Haaahhhhh, maaf Rid. Padahal kami berdua sudah tahu kalau kamu mau datang kesini, tetapi kami sampai hampir lupa untuk menyambutmu karena kami sedang fokus untuk latihan," ucap Charles dengan nafas yang terengah-engah.

"Haaaah...haaaahhhhh, tetapi sepertinya kita belum terlambat untuk menyambut Rid, kak," ucap Chloe dengan nafas yang terengah-engah juga.

"Sudah kalian jangan berbicara terlebih dahulu. Sekarang, lebih baik kalian mengatur nafas kalian terlebih dahulu," ucapku.

Aku menyarankan hal itu karena nafas mereka terengah-engah. Mereka pasti sedang sangat kelelahan, maka dari itu aku menyarankan mereka untuk mengatur nafas terlebih dahulu. 

Beberapa saat kemudian, nafas mereka pun kembali normal. Mereka tidak lagi terengah-engah seperti sebelumnya.

"Maafkan kami, Rid. Kami harus menyambutmu dalam keadaan berkeringat dan kelelahan begini," ucap Charles.

"Tidak apa-apa, santai saja, Charles. Justru aku harus mengucapkan terima kasih karena kalian berdua sampai repot-repot untuk menyambutku, padahal kalian berdua sedang fokus untuk latihan," ucapku.

"Sebagai tuan rumah yang baik, sudah sepantasnya kami menyambut tamu yang akan datang ke kediaman kami. Apalagi tamu yang datang ini merupakan teman kami," ucap Chloe.

"Itu benar," ucap Charles.

Aku pun tersenyum setelah mereka mengatakan itu. Setelah itu, Charles dan Chloe tiba-tiba terdiam. Tidak lama kemudian, mereka berdua tiba-tiba membungkuk ke arahku.

"Kami berdua minta maaf, Rid," ucap Charles.

Aku sedikit terkejut ketika melihat mereka tiba-tiba membungkuk dan meminta maaf. Tidak hanya aku saja, Caroline dan para prajurit yang ada di pintu masuk White Palace pun juga terkejut.

"Ada apa? Kenapa kalian berdua tiba-tiba membungkuk dan meminta maaf?," tanyaku.

"Kami belum meminta maaf dengan benar setelah kami bilang kalau impianmu itu adalah hal yang mustahil," ucap Charles.

"Kami benar-benar minta maaf karena telah mengatakan hal itu, Rid," ucap Chloe.

Ternyata mereka berdua meminta maaf karena mereka mengatakan kalau impianku adalah hal yang mustahil. Setelah mendengar perkataan mereka itu, aku pun langsung menanggapinya.

"Jadi kalian meminta maaf soal itu. Kalian tidak perlu minta maaf, lagipula aku tidak marah sama sekali setelah kalian bilang kalau impianku adalah hal yang mustahil. Aku sudah sering mendapatkan respon seperti itu setelah aku memberitahu tentang impianku. Aku sendiri pun juga tahu kalau impianku adalah hal yang mustahil. Jadi kalian tidak perlu minta maaf. Tolong berdiri kembali karena aku merasa tidak enak," ucapku.

"Tetapi, Rid, kami merasa tidak enak karena sudah mengatakan ini kepada teman kami sendiri. Kami benar-benar ingin meminta maaf," ucap Charles.

Charles dan Chloe pun terus membungkuk. Karena mereka tidak berhenti membungkuk, mau tidak mau sepertinya aku harus menerima permintaan maaf mereka.

"Baiklah, aku akan menerima permintaan maaf kalian. Jadi aku minta tolong kalian segera berhenti membungkuk," ucapku.

Setelah itu, Charles dan Chloe pun langsung berhenti membungkuk.

"Terima kasih karena telah menerima permintaan maaf kami, Rid," ucap Chloe.

"Sama-sama, Chloe," ucapku.

"Jujur, setelah kami mendengarkan tentang impianmu dan kemudian mengatakan itu, kami jadi merasa canggung kepadamu. Setelah kita semua pergi dari akademi pun, rasa canggung masih melanda pikiran kami. Kami ingin meminta maaf dengan benar kepadamu, tetapi kami tidak tahu kapan bisa bertemu denganmu lagi. Kami bisa saja datang ke kediaman tuan Louis untuk meminta maaf kepadamu, tetapi kami masih fokus untuk menjalani latihan disini. Untungnya hari ini ibunda memintamu untuk datang kesini, jadi kami bisa meminta maaf dengan benar kepadamu," ucap Charles.

"Jadi kalian merasa canggung setelah itu ya. Ini kesalahanku karena telah memberitahu impianku kepada kalian. Seharusnya aku tetap merahasiakan impianku kepada kalian," ucapku.

"Tidak, ini bukan kesalahanmu, Rid. Ini kesalahan kita yang penasaran tentang impianmu itu," ucap Charles.

"Itu benar, kamu tidak bersalah sama sekali, Rid," ucap Chloe.

"Ngomong-ngomong, Noa, Kotaro, Julie dan Lillian pastinya juga masih merasa canggung kepadamu. Mereka mungkin juga ingin meminta maaf kepadamu tetapi mereka tidak tahu kapan akan bertemu denganmu lagi. Mereka bisa saja tiba-tiba datang ke kediaman tuan Louis untuk meminta maaf kepadamu," ucap Charles.

"Jika mereka datang ke kediaman paman Louis, aku akan dengan senang menyambut mereka," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, Caroline yang masih berada di dekat kami bertiga tiba-tiba berbicara.

"Kakak Charles dan kakak Chloe meminta maaf karena telah mengatakan kalau impian kakak Rid adalah hal yang mustahil. Memangnya impian kakak Rid itu apa?," tanya Caroline.

Setelah mendengar perkataan Caroline, aku lalu mendekatkan jari telunjuk tangan kananku ke bibirku dan kemudian mengatakan sesuatu kepada Caroline.

"Itu rahasia, Carol," ucapku.

Mendengar jawabanku itu, Caroline terlihat sedikit kesal.

"Ih, aku juga ingin tahu," ucap Caroline.

Aku, Charles dan Chloe pun langsung tertawa setelah mendengar perkataan Caroline. Kemudian, kami pun berbincang sesaat. Setelah itu, Charles, Chloe dan Caroline membawaku masuk ke dalam White Palace. Mereka bertiga mengantarkanku ke ruangan tempat Ratu Kayana berada.

Tidak lama kemudian, kami pun telah sampai di depan pintu ruangan tempat Ratu Kayana. Charles kemudian mengetuk pintu ruangan itu.

*Tok *Tok *Tok

"Ibunda, ini aku. Aku sudah membawa Rid untuk datang menemui ibunda," ucap Charles.

Setelah itu, suara Ratu Kayana tiba-tiba terdengar dari dalam ruangan itu.

"Tolong suruh dia untuk masuk, Charles," ucap Ratu Kayana.

"Baik, ibunda," ucap Charles.

Setelah itu, Charles memintaku untuk segera masuk ke dalam ruangan itu.

"Ibunda barusan menyuruhmu untuk segera masuk ke dalam, Rid. Aku dan Chloe hanya bisa mengantar sampai sini saja karena kami berdua harus lanjut latihan. Caroline pun juga sama, katanya dia juga ingin ikut latihan bersama kami," ucap Charles.

"Iya, itu benar. Aku akan ikut latihan bersama kakak Charles dan kakak Chloe, jadi kami hanya bisa mengantar kakak Rid sampai sini saja," ucap Caroline.

"Lagipula ibunda hanya ada perlu denganmu saja, Rid. Meski kami sedang luang pun kami pasti tidak boleh ikut masuk ke dalam," ucap Chloe.

"Itu benar," ucap Charles.

"Ya sudah, terima kasih karena telah mengantarku sampai kesini," ucapku.

"Sama-sama, Rid. Ya sudah, kami pergi dulu ke tempat latihan. Setelah kamu sudah selesai berbicara dengan ibunda, datanglah ke tempat latihan kami untuk sekedar melihat-lihat," ucap Charles.

"Baiklah, nanti aku akan kesana," ucapku.

"Ya sudah, kalau begitu sampai nanti, Rid," ucap Charles.

"Sampai nanti, Rid," ucap Chloe.

"Sampai nanti, kakak Rid," ucap Caroline.

"Iya, sampai nanti, kalian bertiga," ucapku.

Setelah itu, Charles, Chloe dan Caroline pun langsung melangkah pergi meninggalkanku. Setelah mereka bertiga sudah melangkah pergi, aku lalu mengetuk pintu ruangan tempat Ratu Kayana berada.

*Tok *Tok *Tok

Setelah mengetuk pintu itu, aku lalu membuka pintu itu.

"Permisi," ucapku.

Setelah membuka pintu itu, aku melihat Ratu Kayana yang sedang duduk di kursi yang ada di tengah ruangan itu. Di ruangan itu tidak hanya ada Ratu Kayana saja, tetapi ada juga komandan Oliver yang saat ini sedang berdiri di samping Ratu Kayana.

"Silahkan masuk, Rid," ucap Ratu Kayana.

Setelah itu, aku pun menutup pintu ruangan itu dan melangkah menghampiri Ratu Kayana. Di tengah ruangan tempat Ratu Kayana duduk, ada 2 kursi lain. Di tengah 2 kursi itu dan kursi yang diduduki oleh Ratu Kayana ada sebuah meja yang sudah dipenuhi oleh banyak camilan seperti kue. Salah satu dari 2 kursi itu terlihat kosong, belum ada yang mendudukinya. Namun satu kursi lagi terlihat sudah ada yang mendudukinya. Orang yang mendudukinya saat ini sedang duduk membelakangiku, jadi aku tidak tahu siapa orang yang sedang duduk itu. Namun tidak lama kemudian, orang yang sedang duduk itu lalu menoleh ke belakang untuk melihatku. Ternyata orang itu adalah nona Karina.

"Nona Karina?," ucapku sedikit terkejut.

"Halo, Rid. Padahal baru beberapa hari yang lalu kita berdua saling mengucapkan salam perpisahan dan berjanji untuk berjumpa lagi suatu saat nanti. Tetapi sekarang kita sudah berjumpa kembali saja," ucap nona Karina.

"Iya, aku tidak menyangka kalau aku akan kembali bertemu dengan anda secepat ini. Ngomong-ngomong, kenapa anda ada disini, nona?," tanyaku.

"Aku disini untuk membahas segala sesuatu tentang akademi dengan kakak," ucapku.

Aku sedikit terkejut setelah mendengar nona Karina mengatakan 'kakak'. Aku tahu kalau nona Karina dan Ratu Kayana adalah adik-kakak, tetapi di ruangan ini saat ini sedang ada komandan Oliver. Jika nona Karina mengatakan itu dengan jelas, hubungannya yang sebenarnya dengan Ratu Kayana akan diketahui oleh komandan Oliver.

Namun, nona Karina sepertinya tahu kalau aku sedang khawatir tentang itu. Dia lalu kembali mengatakan sesuatu kepadaku.

"Kamu tidak perlu khawatir, Rid. Tuan Oliver tahu soal hubunganku yang sebenarnya dengan kakak. Lagipula beliau sudah cukup lama menjadi komandan tertinggi. Beliau sudah tahu seluk beluk keluarga kami," ucap nona Karina.

Ternyata komandan Oliver sudah tahu kalau nona Karina dan Ratu Kayana adalah adik-kakak.

"Itu benar. Daripada itu, kelihatannya kamu sudah tahu kalau Yang Mulia Ratu dan putri Karina merupakan adik-kakak, tuan muda Rid. Kalau begitu, aku tidak perlu berpura-pura memanggil putri Karina dengan panggilan 'kepala akademi'," ucap komandan Oliver.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan 'putri', tuan Oliver. Aku saat ini sudah bukan bagian dari keluarga San Estella lagi," ucap nona Karina.

"Meski begitu, hal itu tidak menutup fakta kalau anda tetap memiliki darah bangsawan di tubuh anda. Anda tetap merupakan seorang putri bangsawan dari keluarga San Estella," ucap komandan Oliver.

Nona Karina langsung menghela nafas setelah mendengar perkataan komandan Oliver.

"Haaaahh...ya sudahlah, terserah anda saja. Anda boleh memanggil saya seperti itu jika saya sedang bersama dengan orang-orang yang mengetahui hubungan saya dengan kakak. Tetapi tolong jangan memanggil saya seperti itu jika saya sedang bersama dengan orang-orang yang tidak mengetahui hubungan saya dengan kakak," ucap nona Karina.

"Baik, putri Karina. Saya berjanji," ucap komandan Oliver.

Setelah itu, baik nona Karina dan komandan Oliver pun tidak berbicara kembali. Karena mereka berdua sudah tidak berbicara, kini giliran Ratu Kayana yang berbicara.

"Kelihatannya kalian berdua sudah selesai berargumen. Baguslah kalau begitu, karena jika kalian terus berargumen seperti tadi, aku jadi tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Rid," ucap Ratu Kayana.

Nona Karina dan komandan Oliver hanya terdiam setelah mendengar perkataan Ratu Kayana.

"Karena kalian sudah tenang, ini waktunya bagiku untuk berbicara dengan Rid. Sebelum itu, silahkan duduk dulu, Rid," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana menawarkanku untuk duduk di bangku yang kosong.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucapku.

Setelah itu, aku pun langsung melangkah ke bangku yang kosong dan kemudian langsung duduk di bangku itu. Setelah aku duduk, Ratu Kayana mulai berbicara kembali.

"Awalnya aku hanya ditemani oleh tuan Oliver saja ketika ingin berbicara denganmu. Tetapi Karina memutuskan untuk ikut hadir juga di ruangan ini setelah aku memberitahunya kalau aku meminta kamu untuk datang ke kediaman ini. Sepertinya dia sangat penasaran dengan hal yang ingin kubicarakan denganmu, Rid," ucap Ratu Kayana.

"Iya, aku sangat penasaran dengan apa yang ingin kamu bicarakan dengan mantan muridku, kakak. Kamu bahkan meminta Rid secara langsung untuk datang ke kediamanmu ini. Pasti ada hal penting yang ingin kamu bicarakan dengan Rid," ucap nona Karina.

Ratu Kayana lalu tersenyum setelah mendengar perkataan nona Karina.

"Iya, memang ada hal yang penting. Tetapi sebelum itu, izinkan aku untuk mengucapkan terima kasih lagi atas kontribusimu dalam insiden penyerangan di kerajaan ini beberapa hari yang lalu. Meski bukan kamu yang telah mengalahkan tuan Remy, tetapi kamu berhasil melawan tuan Remy seorang diri sebelum tuan Remy tewas dibunuh oleh salah satu komandan pasukan iblis itu.

"Tidak hanya itu, kamu juga telah menyembuhkan semua orang yang terluka di akademi termasuk aku, Karina dan tuan Oliver. Kamu bahkan juga telah menyambungkan kembali lengan tuan Oliver yang telah terpotong. Aku sebagai Ratu kerajaan ini benar-benar mengucapkan terima kasih atas kontribusimu ini,"

"Aku akan memberikanmu hadiah atas kontribusimu ini. Aku minta maaf karena aku baru bisa memberikannya sekarang karena sebelumnya aku sedang sibuk untuk mengurus dan memulihkan seluruh wilayah kerajaan ini setelah terjadinya insiden penyerangan itu," 

"Apa kamu menginginkan sesuatu untuk hadiah kontribusimu itu? Katakan saja jika kamu menginginkan sesuatu," ucap Ratu Kayana.

Aku pun terdiam sesaat setelah Ratu Kayana mengatakan itu. Tidak lama kemudian, aku mulai berbicara kembali.

"Jika aku bilang kalau aku tidak membutuhkan hadiah, pasti anda akan terus memaksaku agar aku mau menerima hadiah yang diberikan oleh anda. Aku sebelumnya sudah menerima cukup banyak hadiah berupa uang. Uang yang kupunya dari hadiah itu pun masih tersisa sangat banyak. Jadi aku kali ini tidak akan meminta hadiah uang lagi," ucapku.

"Lalu hadiah apa yang kamu inginkan, Rid?," tanya Ratu Kayana.

"Aku menginginkan sebuah pedang untuk hadiahku, Yang Mulia Ratu," ucapku.

Ratu Kayana terlihat sedikit terkejut setelah mendengar perkataanku. Tidak hanya Ratu Kayana saja, komandan Oliver dan nona Karina juga terlihaf sedikit terkejut.

"Sebuah pedang?," tanya Ratu Kayana.

"Iya. Aku menginginkan sebuah pedang untuk menjadi senjataku dalam perjalananku untuk mewujudkan impianku. Aku memang mendapatkan pedang dari akademi, pedang itu adalah pedang yang sering aku gunakan ketika di akademi. Tetapi pedang dari akademi berbeda dari pedang asli, baik itu dari ketahanan maupun ketajamannya. Aku menginginkan pedang yang asli yang memiliki ketajaman dan ketahanan yang sangat kuat untuk menjadi senjataku," ucapku.

"Hmmm sebuah pedang ya," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana lalu terdiam sambil memikirkan sesuatu. Ketika Ratu Kayana terdiam, aku pun juga terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Meminta pedang sebagai hadiah bukanlah ide yang buruk. Pedang itu nanti akan menjadi senjata utamaku dalam perjalananku untuk mewujudkan impianku. Aku memang mempunyai dua buah pedang yang merupakan peninggalan kedua orang tuaku. Tetapi jika aku memakai kedua pedang itu sebagai senjata utamaku, kedua pedang itu pasti akan menarik perhatian banyak orang. Jadi aku memutuskan untuk tidak akan memakai kedua pedang itu sebagai senjata utamaku. Aku akan menjadikan kedua pedang itu sebagai senjata rahasiaku," pikirku.

Lalu tidak lama kemudian, Ratu Kayana pun kembali berbicara.

"Baiklah, aku akan memberikanmu sebuah pedang. Aku akan memberikanmu salah satu pedang yang merupakan harta kerajaan ini sekaligus harta keluargaku," ucap Ratu Kayana.

Nona Karina dan komandan Oliver terlihat terkejut setelah mendengar perkataan Ratu Kayana.

"Apa anda serius, Yang Mulia Ratu?,"

"Apa kamu serius akan memberikan salah satu harta kerajaan kepada Rid, kakak?," tanya nona Karina.

"Iya, aku serius. Lagipula pedang yang merupakan harta kerajaan ini saat ini sedang tidak terpakai. Meski salah satu dari pedang itu telah menjadi milikmu, masih ada beberapa pedang lagi yang belum terpakai. Daripada tidak terpakai, alangkah baiknya aku memberikan salah satu pedang itu kepada Rid. Lagipula aku memberikan pedang itu sebagai hadiah atas kontribusi Rid dalam insiden penyerangan beberapa hari yang lalu. Tentu kalian tidak keberatan kan kalau aku memberikan pedang itu sebagai hadiah kontribusi?," tanya Ratu Kayana.

Komandan Oliver dan nona Karina pun terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Ratu Kayana. Tidak lama kemudian, mereka berdua kembali berbicara.

"Jika anda memang ingin memberikan salah satu dari pedang itu, maka saya tidak keberatan," ucap komandan Oliver.

"Aku juga tidak keberatan apabila kakak mau memberikan pedang itu. Aku sebelumnya terkejut karena aku tidak menyangka kalau kakak akan memberikan pedang yang merupakan harta kerajaan itu," ucap nona Karina.

"Karena kalian berdua setuju, maka sudah diputuskan kalau aku akan memberikan salah satu pedang yang merupakan harta kerajaan kepada Rid. Setelah obrolan di ruangan ini selesai, kamu ikutlah bersama kami ke ruangan penyimpanan harta kerajaan untuk memilih salah satu dari pedang itu, Rid," ucap Ratu Kayana.

Setelah Ratu Kayana mengatakan itu, kini giliranku untuk berbicara. 

"Apa tidak apa-apa bagiku untuk menerima pedang yang merupakan salah satu harta kerajaan, Yang Mulia Ratu? Aku memang meminta sebuah pedang sebagai hadiah kontribusi yang aku lakukan, tetapi aku tidak menyangka kalau aku akan diberikan pedang yang merupakan harta kerajaan," ucapku.

"Tidak apa-apa. Seperti yang aku bilang sebelumnya, pedang-pedang ini saat ini sedang tidak terpakai. Daripada tidak terpakai, lebih baik aku memberikannya kepadamu. Lagipula pedang itu lebih baik digunakan sebagai senjata daripada hanya dipajang saja," ucap Ratu Kayana.

"Baiklah, Yang Mulia Ratu. Aku nanti akan ikut ke ruangan penyimpanan kerajaan untuk memilih salah satu dari pedang itu dan menerimanya," ucapku.

"Baguslah kalau kamu akan menerimanya. Daripada itu, Rid, aku penasaran dengan perkataanmu sebelumnya. Kamu bilang kamu membutuhkan sebuah pedang sebagai senjata dalam perjalananku untuk mewujudkan impianmu. Memangnya apa impianmu, Rid?," tanya Ratu Kayana.

"Aku juga penasaran soal itu. Sebelumnya aku belum sempat untuk menanyakan tentang impianmu atau apa yang akan kamu lakukan setelah lulus dari akademi," ucap nona Karina.

Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan Ratu Kayana dan nona Karina.

"Yang Mulia Ratu menanyakan tentang impianku. Apa Charles dan Chloe tidak memberitahu tentang impianku kepada Yang Mulia Ratu sehingga beliau belum tahu? Atau mungkin beliau sudah tahu tetapi beliau ingin menanyakannya lagi?," 

"Apapun itu, sepertinya aku harus tetap memberitahu tentang impianku itu kepada Yang Mulia Ratu," pikirku.

Tidak lama setelah memikirkan itu, aku lalu kembali berbicara.

"Impianku adalah menyatukan dunia ini dan membuat seluruh dunia ini menjadi damai, Yang Mulia Ratu," ucapku.

-Bersambung