Chereads / Peace Hunter / Chapter 432 - Chapter 432 : Pencarian Informasi di Pelabuhan San Quentine part 2

Chapter 432 - Chapter 432 : Pencarian Informasi di Pelabuhan San Quentine part 2

Setelah nona Laviena mengatakan sesuatu dengan membawa nama Malaikat Archiela, Remia yang kebetulan mendengar perkataan nona Laviena pun mulai ikut berbicara.

"Malaikat Archiela ? Bukankah itu adalah nama Malaikat yang merupakan putri dari Sang Malaikat Agung ?," tanya Remia.

"Iya, itu benar. Aku tidak menyangka kalau kamu mengetahui tentang hal itu, Remia. Karena, tidak semua orang mengetahui tentang ras Malaikat termasuk dengan nama-nama mereka," ucap nona Laviena.

"Saya kebetulan pernah membaca buku tentang para Malaikat ketika saya sedang beristirahat di gereja Angelica Castitat. Jadi saya sedikit mengetahui tentang para Malaikat," ucap Remia.

"Hmmm begitu ya. Aku pun juga mengetahui tentang para Malaikat dari buku-buku yang ada di gereja itu. Tetapi meskipun aku mengetahui tentang para Malaikat dari buku itu, pengetahuanku tentang Malaikat masih lah kurang dibandingkan dengan para Priest dari gereja Sancta Lux, terutama para Holy Priest dari gereja utama agama Sancta Lux yaitu gereja Angelica Castitat. Pengetahuan mereka tentang para Malaikat benar-benar sangat hebat. Yah mengingat mereka merupakan Priest dari agama yang memuja Sang Malaikat Agung. Tentu saja mereka harus mengetahui tentang Sang Malaikat Agung dan para Malaikat lainnya," ucap nona Leviana.

"Ngomong-ngomong, nona, barusan anda bilang kalau orang yang ada di surat kabar itu mempunyai nama yang terinspirasi dari nama Malaikat Archiela. Seperti perkataan anda tadi, tidak semua orang mengetahui tentang nama para Malaikat termasuk Malaikat Archiela. Kebanyakan yang tahu tentang nama para Malaikat adalah para Priest dari gereja Sancta Lux. Tetapi kenapa orang itu memiliki nama yang terinspirasi dari nama Malaikat Archiela ? Apa orang tua dari orang itu merupakan orang yang tahu tentang nama para Malaikat ? Apa mungkin orang tua dari orang itu merupakan mantan Priest dari gereja Sancta Lux ?," tanya Remia.

"Iya, mungkin saja seperti itu. Priest dari gereja Sancta Lux tidak boleh menikah selama mereka masih bertugas sebagai Priest. Mereka baru boleh menikah setelah mereka meninggalkan tugas mereka sebagai Priest. Jadi bisa saja kalau orang tua dari orang tua itu merupakan mantan Priest, jadi tidak mengherankan kalau orang itu mempunyai nama yang terinspirasi dari nama Malaikat Archiela yang mana nama Malaikat Archiela pastinya diketahui oleh para Priest dari gereja Sancta Lux. Tetapi bisa saja kalo orang tua dari orang ini merupakan orang yang kebetulan tahu tentang nama Malaikat Archiela meskipun mereka bukan mantan Priest dari gereja Sancta Lux. Bisa juga kalau orang tua dari orang ini secara asal menamakan anak mereka dengan nama 'Archie' tanpa mengetahui kalau nama itu hampir sama dengan nama Malaikat Archiela,"

"Yah, apapun itu lebih baik kita tidak terlalu memikirkannya. Sekarang, lebih baik kita hentikan saja pembahasan tentang asal muasal nama 'Archie' pada orang ini. Saat ini aku sedang fokus untuk mencari informasi tentang insiden penyerangan yang terjadi di kerajaan ini lewat surat kabar ini," ucap nona Laviena.

"Baik, nona," ucap Remia.

Nona Laviena pun kembali membaca surat kabar yang ada di tangannya, sementara Remia mengajak Willa berbicara.

"Aku baru sadar, kenapa kamu dan nona Laviena melepaskan tudung kepala dan sarung tangan yang kalian kenakan ?," tanya Willa.

"Nona Laviena bilang kalau beliau tidak nyaman mengenakan tudung kepala dan sarung tangan, maka dari itu nona Laviena memutuskan untuk melepasnya. Lalu, karena nona Laviena melepas tudung kepala dan sarung tangan yang dikenakannya, aku pun juga ikut melepasnya karena aku juga tidak nyaman ketika mengenakannya," ucap Remia.

"Kalau begitu, aku juga mau melepasnya sama seperti kalian," ucap Willa.

Setelah itu, Willa pun melepaskan tudung kepala dan sarung tangan yang dia kenakan. Ketika tudung kepala dan sarung tangan yang dia kenakan sudah dilepas, terlihat kalau Willa juga memiliki telinga yang berbentuk seperti sirip ikan dan juga memiliki selaput pada kedua tangannya. Willa ternyata juga merupakan ras Siren sama seperti nona Laviena dan Remia.

Sementara itu, di sisi nona Laviena yang sedang membaca surat kabar.

"Hmmmm jadi orang bernama Rid Archie itu telah mengalahkan Duke yang menjadi dalang utama insiden penyerangan di kerajaan ini. Aku pikir dia merupakan salah satu prajurit atau komandan prajurit di kerajaan ini, tetapi di surat kabar ini disebutkan kalau dia hanyalah seorang murid akademi di kerajaan ini. Usianya pun juga masih muda. Ini benar-benar sangat mengejutkan. Seorang murid dari akademi di kerajaan ini telah menjadi pahlawan yang menyelamatkan kerajaan ini," ucap Laviena.

"Apa Duke yang menjadi dalang utama dalam insiden penyerangan di kerajaan ini juga telah menjadi iblis, nona ?," tanya Remia.

Meskipun Remia sebelumnya sedang berbincang dengan Willa, tetapi dia terus mendengarkan nona Laviena yang sedang membaca surat kabar itu.

"Iya. Di surat kabar ini ada beberapa foto yang membuktikan kalau Duke yang menjadi dalang utama dalam insiden penyerangan di kerajaan ini telah berubah menjadi iblis. Beberapa foto dari orang yang bernama Rid Archie juga ada di surat kabar ini," ucap nona Laviena.

"Bolehkah saya melihatnya, nona ?," tanya Remia.

"Saya juga mau melihatnya," ucap Willa.

"Memangnya kamu tadi belum melihat isi dari surat kabar itu sama sekali, Willa ? Kan kamu sendiri yang membawa surat kabar itu," ucap Remia.

"Setelah diberikan surat kabar itu, aku tidak sempat untuk melihat surat kabar itu karena aku langsung pergi untuk menemui nona Laviena," ucap Willa.

"Hmmm jadi begitu," ucap Remia.

"Jika kalian berdua ingin melihatnya, kalian mendekatlah kemari. Kita bertiga bisa membaca surat kabar ini bersama-sama," ucap nona Laviena.

"Baik, nona," ucap Remia dan Willa.

Remia dan Willa lalu mendekati nona Laviena dan kini mereka pun melihat dan membaca surat kabar itu bersama-sama.

"Ternyata benar kalau Duke yang menjadi dalang utama insiden penyerangan itu telah berubah menjadi iblis. Jika Duke itu telah berubah menjadi iblis, pasti Duke itu lebih kuat daripada orang-orang yang telah berubah menjadi iblis yang menyerang kerajaan ini. Tetapi orang bernama Rid Archie itu dapat mengalahkan Duke itu. Bukankah itu menandakan kalau dia itu kuat ?," tanya Remia.

"Ya, sudah pasti kalau dia itu kuat, terlebih dia masih muda. Ke depannya pasti orang bernama Rid Archie itu akan menjadi semakin kuat. Lalu...," ucap nona Laviena.

Nona Laviena kembali membaca surat kabar yang sedang dia pegang.

"....tidak hanya kekuatan untuk bertarung saja, orang bernama Rid Archie ini juga memiliki kekuatan untuk menyembuhkan," ucap nona Laviena.

"Anda benar, di surat kabar ini ada beberapa foto dirinya yang sedang menyembuhkan orang-orang yang terluka. Lalu, di samping beberapa foto itu ada tulisan yang menyebutkan kalau Rid Archie bisa menggunakan sihir penyembuhan skala area dan sihir penyembuhannya itu bahkan bisa menyembuhkan luka yang diakibatkan oleh sihir kegelapan. Bukankah orang bernama Rid Archie ini luar biasa ? Bahkan, para Holy Priest yang ada di gereja Angelica Castitat belum tentu mempunyai sihir penyembuhan seperti sihir penyembuhan milik orang ini," ucap Remia.

"Jika tuan Alexis melihat ini, pasti beliau akan merekrut orang bernama Rid Archie ini untuk menjadi salah satu Priest. Atau bahkan Rid Archie ini bisa langsung direkrut menjadi salah satu Holy Priest," ucap Willa.

"Iya, kamu benar. Sebagai salah satu Holy Priest, Alexis tidak akan membiarkan orang bernama Rid Archie ini begitu saja, apalagi kemampuan Rid Archie ini sangat luar biasa," ucap nona Laviena.

Setelah nona Laviena mengatakan itu, tiba-tiba ada seseorang yang ikut dalam pembicaraan mereka.

"Kalian sepertinya sedang membicarakanku," ucap seseorang yang kini sudah berada di samping nona Laviena, Remia dan Willa.

Orang yang kini sudah berada disamping mereka bertiga adalah seorang pria yang sedang membawa tas yang cukup besar. Tetapi tinggi pria itu tidak seperti manusia atau ras lain pada umumnya karena tinggi pria itu cukup pendek, mungkin tinggi pria itu setara dengan tinggi paha atau pinggang dari manusia dewasa pada umumnya. Pria itu bernama Alexis, orang yang dibicarakan oleh nona Laviena, Remia dan Willa. Melihat tingginya itu, wajar kalau tinggi Alexis cukup pendek karena dia memang bukan berasal dari ras Manusia. Alexis berasal dari ras Dwarf.

Sementara itu, setelah mendengar perkataan Alexis, nona Laviena, Remia dan Willa pun langsung menoleh ke arah pria itu.

"Tuan Alexis ?! Sejak kapan anda berada disini ?!," tanya Remia yang sedikit terkejut.

"Baru saja. Ketika aku sudah selesai mencari informasi di sekitar pelabuhan ini, aku kebetulan melihat kalian bertiga disini. Kemudian, aku pun langsung berjalan untuk menghampiri kalian. Lalu saat aku sudah berada di dekat kalian, aku mendengar kalian sedang membicarakan tentangku," ucap Alexis.

"B-begitu ya," ucap Remia.

"Ngomong-ngomong, kenapa kita harus menyamar untuk datang ke kerajaan ini ? Akibatnya aku jadi sulit untuk mendapatkan informasi karena orang-orang yang aku tanya malah menertawakan atau meledek tubuhku yang pendek. Jika saja aku mengenakan seragam Holy Priestku, mereka pastinya tidak akan menertawakanku meskipun tubuhku pendek," ucap Alexis.

"Menyamar merupakan langkah yang tepat agar tidak menarik perhatian orang-orang di kerajaan ini. Selain itu, dengan menyamar, kita bisa mendapatkan informasi dengan lebih mudah daripada kita menunjukkan identitas kita sebagai utusan dari Holy Kingdom. Karena, begitu orang-orang di kerajaan ini mengetahui kalau kita berasal dari Holy Kingdom, ada kemungkinan kalau mereka tidak akan memberikan informasi atau mereka malah akan memberikan informasi palsu kepada kita karena mereka mungkin tidak mau informasi tentang apa yang terjadi di kerajaan mereka diketahui oleh pihak kerajaan lain," ucap nona Laviena.

"Yah, anda ada benarnya juga," ucap Alexis.

"Daripada itu, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Alexis. Sesuatu ini berhubungan dengan kami yang sebelumnya sedang membicarakanmu," ucap nona Laviena.

"Menanyakan tentang apa ?," tanya Alexis.

"Sebagai Holy Priest, jika kamu menemukan seseorang yang bisa menggunakan sihir penyembuhan dengan sangat hebat, apa yang akan kamu lakukan ?," tanya nona Laviena.

"Hmmm tentu saja aku akan merekrutnya, orang itu akan menjadi aset berharga untuk gereja Sancta Lux. Apapun yang terjadi aku akan berusaha merekrut orang itu apabila aku menemukan orang itu," ucap Alexis.

"Kalau begitu, bagaimana dengan orang yang ada disini ?," tanya nona Laviena sambil memberikan surat kabar yang dipegangnya ke Alexis.

"Apa ini ? Sebuah surat kabar ?," tanya Alexis.

"Iya, coba kamu baca surat kabar itu," ucap nona Laviena.

Alexis lalu memegang surat kabar yang diberikan oleh nona Laviena dan mulai membacanya. Beberapa saat kemudian, wajah Alexis terlihat terkejut saat membaca surat kabar itu.

"Apa-apaan ini ?! Orang ini bisa menggunakan sihir penyembuhan skala area yang mana tidak semua Priest gereja Sancta Lux bisa menggunakannya. Selain itu, sihir penyembuhan orang ini juga bisa untuk menyembuhkan luka yang diakibatkan oleh sihir kegelapan. Bahkan di antara para Holy Priest saja, hanya ada beberapa orang yang bisa menyembuhkan luka yang diakibatkan oleh sihir kegelapan dan mereka adalah para Holy Priest yang sudah mendapatkan ~Blessing~. Apa orang ini juga mendapatkan ~Blessing~ ? Siapa sebenarnya orang yang memiliki nama yang mirip dengan nama Malaikat Archiela ini ?," tanya Alexis.

"Menurut surat kabar itu, orang itu adalah pahlawan yang menyelamatkan kerajaan ini karena berhasil mengalahkan dalang utama dalam insiden penyerangan yang terjadi di kerajaan ini," ucap nona Laviena.

"Jika orang ini bergabung dengan gereja Sancta Lux, tidak diragukan lagi kalau orang ini pastinya akan langsung diangkat menjadi Holy Priest," ucap Alexis.

"Jadi, apa gereja Sancta Lux akan merekrut orang itu ?," tanya nona Laviena.

"Tentu saja. Orang ini harus direkrut dan menjadi bagian dari gereja Sancta Lux apapun caranya. Bagaimana dengan anda sendiri ? Sebagai salah satu komandan Holy Knights, apa anda tidak berminat untuk merekrutnya untuk menjadi bagian dari Holy Knights ?," tanya Alexis.

"Hmmmm, menurut surat kabar itu, orang itu pastinya kuat karena telah mengalahkan dalang utama yang merencanakan penyerangan di kerajaan ini. Tetapi aku tidak tahu seberapa kuat orang itu tanpa melihatnya secara langsung. Lagipula, meskipun aku adalah salah satu komandan Holy Knights, bukan aku yang menentukan apakah seseorang harus direkrut oleh Holy Knights atau tidak karena yang menentukannya adalah nona Maiden," ucap nona Laviena.

"Hmmm begitu ya. Berbeda dengan Holy Knights, gereja Sancta Lux diperbolehkan untuk merekrut orang-orang yang berbakat tanpa ditentukan atau disetujui oleh nona Maiden. Tetapi ada beberapa kasus dimana nona Maiden sendiri lah yang harus menentukannya," ucap Alexis.

"Hmmm jadi bisa saja ketika kamu merekrut orang ini, ada kemungkinan nona Maiden sendiri yang harus menentukan apakah orang ini harus direkrut atau tidak dan ada kemungkinan kalau nona Maiden tidak peduli sama sekali dengan perekrutan orang ini," ucap nona Laviena.

"Iya, seperti itu. Untuk sekarang, aku masih berniat untuk merekrut orang ini. Aku belum mau memikirkan apakah nona Maiden nanti akan ikut campur atau tidak. Nanti aku akan berkoordinasi dengan pihak gereja Sancta Lux yang ada di kerajaan ini terlebih dahulu tentang perekrutan orang ini," ucap Alexis.

"Di kerajaan ini juga ada gereja Sancta Lux ya ?," tanya nona Laviena.

"Iya. Kerajaan San Fulgen merupakan satu di antara beberapa kerajaan dan negara di benua utara yang memiliki gereja Sancta Lux. Itu berarti kerajaan ini juga berafiliasi dengan Holy Kingdom karena gereja Sancta Lux ada di kerajaan ini. Aku sebelumnya sudah bertanya dengan seseorang tentang lokasi gereja Sancta Lux di dekat sini. Orang itu bilang kalau di kota ini ada gereja Sancta Lux yang merupakan cabang dari gereja utama yang ada di kerajaan ini," ucap Alexis.

"Hmmm begitu ya," ucap nona Laviena.

"Ngomong-ngomong, apakah anda sudah selesai dengan urusan anda disini ? Jika sudah, bagaimana jika kita pergi ke gereja Sancta Lux yang ada di kota ini ? Kita bisa beristirahat sementara di gereja itu," ucap Alexis.

"Aku belum selesai membaca seluruh surat kabar itu. Aku akan membacanya terlebih dahulu baru kita pergi ke gereja Sancta Lux itu," ucap nona Laviena.

"Hmm baiklah, ini kuberikan lagi kepada anda," ucap Alexis sambil memberikan surat kabar yang dipegangnya itu kepada nona Laviena.

Nona Laviena lalu mengambil surat kabar itu dari tangan Alexis.

"Karena anda saat ini sedang membaca, aku akan membuat beberapa ramuan atau potion terlebih dahulu untuk diberikan kepada orang-orang yang masih terluka akibat insiden penyerangan yang terjadi di kerajaan ini. Karena dari yang aku dengar, stok potion yang ada di gereja Sancta Lux di kerajaan ini sudah menipis akibat banyaknya orang yang terluka karena penyerangan itu," ucap Alexis sambil menurunkan tas yang dibawanya.

"Kamu baik sekali ya sampai mau membuat potion untuk diberikan kepada orang-orang yang masih terluka," ucap nona Laviena.

"Ini sudah menjadi tugasku sebagai Holy Priest," ucap Alexis.

Setelah itu, Alexis mulai membuat ramuan atau potion dengan menggunakan bahan-bahan dan alat-alat yang ada di tasnya. Sementara, nona Laviena, Remia dan Willa kembali melanjutkan untuk membaca surat kabar itu.

Beberapa menit kemudian, disaat mereka bertiga masih membaca surat kabar itu, Remia tiba-tiba terkejut ketika membaca salah satu berita yang ada di surat kabar itu.

"Loh, ini kan Violetta ?!," ucap Remia.

"Kamu benar, ini adalah Violetta, mantan rekan kita dulu," ucap Willa.

"Ah benar juga, aku baru mengingat kalau dia berasal dari kerajaan San Fulgen. Aku tidak menyangka kalau dia sekarang sudah menjadi seorang Duchess meskipun hanya sementara," ucap Remia.

"Violetta ? Ah aku ingat, dia adalah anggota Holy Knights yang selamat setelah bertarung dengan Undine," ucap nona Laviena.

"Anda benar, nona. Tetapi, setelah dia bertarung dengan Undine, dia memutuskan untuk keluar dari Holy Knights. Dia sepertinya mengalami trauma setelah melawan Undine," ucap Remia.

"Trauma ya. Yah, lagipula yang dilawannya adalah salah satu dari 'Divine Elemental Spirits'. Wajar saja jika dia trauma setelah melawan monster itu. Beruntung dia masih selamat setelah melawan monster itu," ucap nona Laviena.

"'Divine Elemental Spirits', sama seperti nona Terra ya," ucap Willa.

"Iya. 'Divine Elemental Spirits' merupakan Roh Elemental tingkat tinggi. Mereka dikenal sebagai pemimpin dari para Roh Elemental yang elementnya mereka wakili. Mereka juga dikenal sebagai 'Bencana Berjalan' karena setiap mereka mengeluarkan kekuatan mereka di suatu tempat, maka di tempat tersebut pasti akan dilanda bencana yang sesuai dengan elemen mereka. Mereka itu sangat kuat, aku sendiri bahkan tidak bisa mengalahkan mereka. Jangankan mengalahkan mereka, aku bahkan tidak bisa melukai tubuh mereka," ucap nona Laviena.

"Bahkan meski anda sendiri merupakan salah satu dari komandan Holy Knights, nona ?," tanya Willa.

"Iya," ucap nona Laviena.

"Tunggu sebentar, nona. Tadi anda bilang kalau anda tidak bisa mengalahkan mereka dan bahkan tidak bisa melukai mereka. Anda berbicara seperti itu seolah-olah anda pernah bertarung dengan mereka," ucap Remia.

"Aku memang pernah bertarung dengan salah satu monster itu, tetapi itu sudah terjadi sangat lama. Mungkin sekitar kurang lebih 30 tahun yang lalu sebelum aku menjadi salah satu komandan Holy Knights. Saat itu, 'Divine Elemental Spirits' yang aku lawan bukanlah Undine ataupun nona Terra, melainkan Magran yang merupakan 'Divine Fire Elemental Spirits',"

"Hasil dari pertarungan antara aku dengan Magran membuatku menyadari perbedaan antara aku dengan monster itu. Aku dikalahkan dengan telak oleh monster itu tanpa bisa melukai monster itu sedikitpun," ucap nona Laviena.

-Bersambung