Beberapa menit kemudian.
Aku merasa tubuhku sudah tidak terasa lelah lagi setelah aku duduk bersandar di dinding selama beberapa menit.
"Waktu istirahat telah selesai, sekarang waktunya kembali untuk memberitahu nona Karina dan Yang Mulia Ratu," ucapku.
Kemudian, aku pun langsung berdiri kembali dan setelah itu aku melangkah pergi menuju tangga. Tetapi baru beberapa langkah aku berjalan, aku memutuskan menghentikan langkahku dan berbalik untuk melihat Duke Remy yang masih tergeletak.
"Daripada membiarkan tubuh tuan Duke Remy tergeletak disini, lebih baik aku membawanya bersamaku ke lantai 1," pikirku.
Setelah itu, aku pun kembali menghampiri Duke Remy yang tergeletak di lantai. Kemudian, aku langsung memegang tubuhnya. Setelah memegang tubuhnya, aku lalu menggunakan sihirku untuk membuat tubuh Duke Remy melayang di udara. Sihir yang kugunakan untuk membuat Duke Remy melayang adalah sihir yang sama dengan yang Ratu Kayana gunakan yaitu sihir gravitasi. Aku bisa terbang dan melayang di udara juga karena sihir ini. Tetapi untuk saat ini aku hanya bisa menggunakan sihir gravitasi untuk membuat tubuhku atau objek yang aku sentuh melayang dan terbang di udara. Aku belum bisa menggunakan sihir gravitasi untuk menyerang seperti yang dilakukan oleh Ratu Kayana.
"Sepertinya aku juga harus meningkatkan kemampuanku terhadap sihir ini, karena ke depannya sihir ini pastinya akan sangat berguna," ucapku sambil melihat ke arah tubuh Duke Remy yang sedang melayang karena sihir gravitasi milikku.
Setelah itu, aku kembali melangkahkan kakiku untuk pergi dari arena turnamen akademi. Namun kali ini aku tidak melangkah ke tangga yang menghubungkan lantai ini dengan lantai di bawahnya, melainkan melangkah ke lubang di lantai yang tercipta akibat aku yang dibanting oleh nona Leirion sebelumnya. Setelah aku sudah berada dekat dengan lubang itu, aku kemudian melihat ke bawah lubang itu.
"Daripada pergi melewati tangga, pergi melewati lubang ini akan memakan waktu yang lebih cepat," ucapku.
Setelah itu, aku pun langsung turun ke lantai 1 dengan melewati lubang itu. Aku melesat turun sambil membawa Duke Remy yang sedang melayang di dekatku. Tidak lama kemudian, aku pun telah mendarat di lantai 1 gedung tengah.
"Akhirnya aku telah sampai di lantai 1. Sekarang, lebih baik aku taruh tubuh tuan Duke Remy di lantai ini terlebih dahulu sebelum bertemu dengan nona Karina dan Yang Mulia Ratu," ucapku.
Setelah itu, aku menurunkan tubuh Duke Remy yang sebelumnya melayang karena sihir itu. Aku menurunkan tubuh Duke Remy secara hati-hati, bukan karena aku menghormatinya, tetapi karena aku tidak mau terjadi apa-apa dengan tubuhnya yang hanya tinggal tersisa kulit dan tulang saja. Mungkin saja tubuhnya itu nanti akan diperiksa oleh Ratu Kayana dan pihak kerajaan.
Kemudian, setelah aku menurunkan tubuh Duke Remy ke lantai, aku langsung berjalan untuk menuju pintu keluar gedung tengah yang masih tertutup oleh dinding es yang sebelumnya aku buat. Saat aku sedang berjalan untuk menuju dinding es itu, aku sambil menghilangkan sihir es milikku yang masih menyelimuti tempat ini. Sihir yang mempengaruhi objek, tempat atau area tidak akan hilang kecuali pengguna sihirnya menghilangkan sihir itu atau pengguna sihir itu telah tewas. Itu berlaku juga dengan sihir tanaman yang dilancarkan oleh Duke Remy sebelumnya. Sebelumnya beberapa pohon berwarna hitam dan berukuran besar tiba-tiba muncul dan langsung menyerangku. Pohon-pohon itu terus bermunculan dan tidak satupun dari pohon-pohon itu yang menghilang karena Duke Remy yang menggunakan sihir itu masih hidup. Tetapi setelah Duke Remy dibunuh oleh nona Leirion, batang-batang pohon berwarna hitam dan berukuran besar yang muncul di arena turnamen akademi pun langsung menghilang.
"Karena tuan Duke Remy telah tewas, sepertinya labirin pohon yang muncul di sekeliling akademi juga telah hilang," ucapku sambil menghilangkan sihir es yang masih menyelimuti lantai 1 gedung tengah.
Tidak lama kemudian, es yang menyelimuti seluruh lantai 1 gedung tengah akademi pun telah menghilang. Dinding es yang menutupi pintu keluar gedung tengah pun juga telah menghilang. Setelah dinding es itu menghilang, terlihat pintu keluar gedung tengah yang sudah terbuka lebar. Aku pun langsung pergi ke pintu itu.
Setelah itu, aku pun berhasil melewati pintu itu dan keluar dari gedung tengah. Ketika aku sudah berada di luar gedung tengah, aku melihat labirin pohon yang sebelumnya muncul di sekeliling wilayah akademi dan sekitarnya telah menghilang seluruhnya. Wilayah akademi pun telah kembali seperti semula sebelum munculnya labirin-labirin pohon itu. Kemudian, aku melihat ke arah depanku, di depanku ada nona Karina, nona Violetta, Ratu Kayana dan orang-orang yang sebelumnya pergi bersama Ratu Kayana untuk keluar dari gedung tengah. Aku juga melihat ada Duke Dylan dan Duke Neil beserta kedua Duchess mereka di kumpulan orang-orang itu. Semua orang yang ada di depanku itu saat ini sedang melihat ke arahku yang baru saja keluar dari gedung tengah.
Kemudian, aku pun langsung menghampiri orang-orang itu. Disaat aku sedang menghampiri orang-orang itu, Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta juga berjalan untuk menghampiriku. Kemudian, ketika jarak antara kami sudah berada cukup dekat, kami pun langsung menghentikan langkah kami. Setelah itu, Ratu Kayana mulai menanyakan sesuatu kepadaku.
"Ketika aku sedang membasmi para iblis dan orang-orang yang menyerang akademi, tiba-tiba saja labirin pohon yang dibuat oleh Duke Remy secara perlahan mulai menghilang. Saat melihat labirin pohon yang tiba-tiba menghilang itu, aku pun langsung bergegas untuk kembali kesini. Katakan padaku, Rid, dengan menghilangnya labirin pohon ini, apa itu berarti tuan Remy sudah berhasil dikalahkan ?," tanya Ratu Kayana.
Aku langsung menjawab pertanyaan Ratu Kayana tanpa ragu-ragu.
"Itu benar, Yang Mulia Ratu. Tuan Duke Remy sudah berhasil dikalahkan. Beliau saat ini sudah tewas," ucapku.
Setelah mendengar perkataanku, Ratu Kayana terlihat sangat terkejut. Tidak hanya Ratu Kayana saja, nona Karina, nona Violetta dan orang-orang yang ada di tempat itu yang mendengar perkataanku pun juga terkejut.
"Tuan Duke Remy telah berhasil dikalahkan ?,"
"Apa ini sungguhan ?,"
"Padahal tuan Duke Remy sudah berubah menjadi seperti monster, tetapi beliau tetap dapat dikalahkan ?," ucap orang-orang yang kelihatannya percaya itu.
Melihat Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta yang masih terkejut, aku pun kembali mengatakan sesuatu kepada mereka.
"Tuan Duke Remy benar-benar sudah dikalahkan, Yang Mulia Ratu. Jika anda tidak mempercayainya, anda bisa pergi ke dalam untuk melihatnya sendiri. Tubuh tuan Duke Remy yang telah tewas sedang tergeletak di lantai 1 gedung tengah," ucapku.
Setelah itu, nona Violetta tiba-tiba langsung berlari ke dalam gedung tengah setelah aku menyelesaikan perkataanku.
"Nona Violetta ?," ucapku sambil melihat nona Violetta yang tiba-tiba berlari ke dalam gedung tengah.
"Sepertinya Violetta ingin memastikan sendiri apakah tuan Duke Remy yang merupakan ayahnya benar-benar telah tewas. Kalau begitu, kita juga harus memastikannya, Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.
"Iya," ucap Ratu Kayana.
Setelah itu, nona Karina dan Ratu Kayana pun juga bergegas pergi ke dalam gedung tengah akademi untuk memastikan kematian Duke Remy. Aku pun juga ikut bersama mereka untuk masuk kembali ke dalam gedung tengah. Tidak hanya aku, nona Karina, Ratu Kayana dan nona Violetta saja yang masuk ke dalam gedung tengah, beberapa orang-orang yang sebelumnya yang ada di luar termasuk Duke Dylan dan Duke Neil pun juga ikut masuk untuk memastikan kematian Duke Remy.
Kemudian, aku, nona Karina dan Ratu Kayana pun akhirnya berhasil menyusul nona Violetta yang telah lebih dulu sampai di tempat Duke Remy tergeletak. Nona Violetta terlihat hanya diam saja sambil melihat ke arah Duke Remy. Kemudian, begitu kami sudah menyusul nona Violetta ke tempat Duke Remy tergeletak, nona Karina dan Ratu Kayana pun langsung melihat dan memperhatikan tubuh Duke Remy. Mereka berdua pun langsung terkejut ketika melihat tubuh Duke Remy. Itu karena kondisi tubuh Duke Remy yang saat ini hanya menyisakan tulang dan kulit. Tubuh Duke Remy menjadi sangat kurus kering setelah dibunuh oleh nona Leirion.
"Ada apa ini, Rid ? Kenapa tubuh tuan Remy menjadi seperti ini ?," tanya Ratu Kayana.
"Apa yang kamu lakukan terhadap tuan Duke Remy, Rid ?," tanya nona Karina.
Setelah nona Karina dan Ratu Kayana menanyakan itu kepadaku, beberapa orang yang ikut ke dalam gedung tengah untuk memastikan kematian Duke Remy pun juga telah sampai di tempat Duke Remy yang tergeletak. Mereka semua langsung terkejut begitu melihat kondisi Duke Remy.
"Ada apa ini ? Kenapa tubuh tuan Remy menjadi sangat kurus seperti ini ?," tanya Duke Dylan.
"Tubuhnya hanya tinggal tulang dan kulit saja. Benar-benar mengenaskan," ucap Duke Neil.
Orang-orang yang baru datang itu terus membicarakan tentang kondisi tubuh Duke Remy. Sementara itu, Ratu Kayana yang sebelumnya belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, kembali menanyakan hal yang sama kepadaku.
"Kenapa tubuh tuan Remy menjadi seperti ini, Rid ?," tanya Ratu Kayana.
Aku pun terdiam setelah mendengar pertanyaan Ratu Kayana. Namun tidak lama kemudian, aku mulai menjawab pertanyaan Ratu Kayana.
"Saya akan menjawab pertanyaan anda, Yang Mulia Ratu. Tetapi sebelum saya menjawab pertanyaan anda, bisakah kita pergi ke tempat yang sepi terlebih dahulu ? Saya ragu apakah saya harus memberitahu ini di depan banyak orang seperti ini," ucapku.
"Baiklah," ucap Ratu Kayana.
"Nona Karina dan nona Violetta juga boleh ikut untuk mendengar jawabanku," ucapku.
"Baiklah, Rid," ucap nona Karina.
"Baik," ucap nona Violetta.
Setelah itu, aku, Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta pergi ke area lain di lantai 1 gedung tengah akademi yang sepi. Area yang sepi itu berada di dekat tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai lainnya. Setelah sampai di tempat itu, aku langsung memberitahu jawabanku kepada Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta.
"Tubuh tuan Duke Remy yang menjadi sangat kurus kering itu....bukan saya yang melakukannya, Yang Mulia Ratu," ucapku.
"Kamu bukanlah orang yang membuat tubuh tuan Remy menjadi seperti itu ?," tanya Ratu Kayana yang terlihat bingung.
"Iya, Yang Mulia Ratu. Saya juga bukanlah orang yang telah membunuh tuan Duke Remy. Sebelumnya saya memang telah memberitahu kalian kalau tuan Duke Remy telah tewas, tetapi saya tidak memberitahu kalau saya lah yang telah membunuhnya karena memang bukan saya yang membunuhnya," ucapku.
Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta terlihat sedikit terkejut setelah mendengar perkataanku.
"Bukan kamu yang telah membunuh tuan Remy ? Jika bukan kamu, jadi siapa yang telah membunuh tuan Remy ?," tanya Ratu Kayana.
"Kalian mungkin tidak percaya ini. Orang yang telah membunuh tuan Duke Remy adalah seorang iblis berdarah murni yang telah memberikan darahnya kepada tuan Duke Remy. Dengan darah itulah tuan Duke Remy bisa merubah dirinya sendiri atau orang lain menjadi iblis,"
"Iblis berdarah murni yang telah memberikan darahnya kepada tuan Duke Remy adalah salah satu dari komandan pasukan iblis," ucapku.
Ratu Kayana, nona Karina dan nona Violetta langsung terkejut setelah mendengar perkataanku.
"Salah satu dari komandan pasukan iblis ?!," ucap Ratu Kayana.
-
Sementara itu, di suatu tempat yang cukup jauh dari kerajaan San Fulgen.
Kelopak-kelopak bunga berwarna hitam dalam jumlah banyak yang sedang berterbangan dari suatu tempat tiba-tiba langsung mendarat di tempat itu. Kelopak-kelopak bunga berwarna hitam itu kemudian mulai menyatu dan membentuk tubuh seorang wanita. Tidak berselang lama, tubuh wanita itu pun telah terbentuk seluruhnya. Wanita yang tubuhnya baru saja terbentuk dari kelopak-kelopak bunga berwarna hitam itu adalah nona Leirion. Setelah tubuhnya telah terbentuk, nona Leirion secara perlahan mulai melihat ke langit.
"Padahal aku hanya iseng saja memberitahunya tentang rencana Yang Mulia Raja Iblis dan kemungkinan-kemungkinan adanya perang yang akan terjadi di dunia ini. Namun siapa sangka kalau dia akan mengatakan sesuatu yang mengejutkan," ucap nona Leirion.
Nona Leirion lalu teringat dengan perkataan yang sebelumnya diucapkan oleh Rid.
"Aku tidak akan membiarkan perang terjadi lagi di dunia ini karena impianku adalah untuk membuat dunia ini menjadi damai!,"
"Merubah dunia ini menjadi damai memang merupakan hal yang sangat sulit, atau bahkan hampir mustahil, tetapi aku tetap akan melakukannya. Lagipula, tidak ada yang tahu hasilnya sebelum aku mencobanya," ucap Rid.
Perkataan Rid itulah yang terus teringat oleh nona Leirion.
"Perkataannya itu mirip sekali dengan apa yang dikatakan oleh 'tuan muda' dulu," ucap nona Leirion setelah teringat dengan perkataan Rid.
-
~Flashback dimulai~
XXX tahun yang lalu.
Nona Leirion yang terlihat lebih muda dari dirinya yang sekarang, terlihat sedang berbincang dengan seorang pria di sebuah ruangan. Pria itu sedang melihat ke luar jendela sedangkan nona Leirion sedang berada di belakang pria itu sambil melihat ke arah pria itu.
"Hei, Leirion, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," ucap pria itu.
"Menanyakan apa, tuan muda ?," tanya nona Leirion.
"Apakah kamu tidak merasa lelah dengan perselisihan dan peperangan yang terus terjadi antara ras Malaikat dengan ras Iblis ?," tanya pria itu.
Nona Leirion terlihat terkejut setelah mendengar perkataan pria itu.
"Apa maksud pertanyaan anda itu, tuan muda ?!," tanya nona Leirion.
"Aku hanya penasaran saja apakah kamu merasa lelah dengan perselisihan dan peperangan ini. Jujur saja, aku sendiri merasa lelah dengan perselisihan dan peperangan ini," ucap pria itu.
Nona Leirion kembali terkejut setelah mendengar perkataan pria itu.
"Jika anda mengatakan hal itu kepada ayahanda anda, anda pasti akan dihukum, tuan muda," ucap nona Leirion.
"Hahaha, yah mungkin saja. Jadi apa jawabanmu itu, Leirion, apakah kamu lelah dengan perselisihan dan peperangan yang terus terjadi antara ras Malaikat dengan ras Iblis ?," tanya pria itu.
Nona Leirion terdiam sesaat setelah mendengar perkataan pria itu. Tidak lama kemudian, nona Leirion mulai menjawab pertanyaan pria itu.
"Kalau dibilang lelah mungkin tidak, tuan muda, karena saya juga tidak turun langsung untuk berperang dengan ras Malaikat. Tetapi akan lebih baik untuk ras Iblis agar tidak terus berperang dan berselisih dengan ras Malaikat karena hal itu hanya akan membuang-buang sumber daya yang dimiliki oleh ras Iblis secara sia-sia. Daripada sumber daya yang dimiliki oleh ras Iblis terbuang secara sia-sia untuk perang, lebih baik sumber daya itu digunakan untuk hal lain," ucap nona Leirion.
"Hmmmm. Jika aku memberitahu ayahandaku tentang perkataanmu itu, kamu pasti akan langsung dihukum, Leirion," ucap pria itu.
"Jika anda memberitahunya, maka saya juga akan memberitahu tentang perkataan anda tadi," ucap nona Leirion.
"Hahaha tenang saja, aku hanya bercanda barusan. Tetapi perkataanmu itu memang benar, perselisihan dan peperangan yang terjadi antara ras Iblis dan ras Malaikat hanya akan membuat sumber daya yang dimiliki oleh ras Iblis terbuang dengan sia-sia. Ras Malaikat pun juga begitu. Perselisihan dan perang antara ras Iblis dan ras Malaikat juga berefek kepada ras-ras lain yang ada di dunia ini. Bahkan kondisi dunia ini juga terpengaruh karena perselisihan dan peperangan ini. Jika perselisihan dan peperangan ini terus berlangsung, kondisi dunia ini akan semakin kacau," ucap pria itu.
Kemudian, pria itu terdiam sejenak. Tidak lama kemudian, pria itu kembali mengatakan sesuatu.
"Hei, Leirion, jika aku bilang kalau aku ingin membuat dunia ini menjadi damai, apakah kamu akan membantuku ?," tanya pria itu.
Nona Leirion terlihat sangat terkejut setelah mendengar perkataan pria itu.
"Membuat dunia ini menjadi damai ?! Anda sedang tidak bercanda kan ?," tanya nona Leirion yang terkejut.
"Aku sedang tidak bercanda, kali ini aku serius. Aku ingin membuat dunia ini menjadi damai dan membuat segala macam perang hilang dari dunia ini," ucap pria itu.
"Membuat dunia ini menjadi damai adalah hal yang mustahil, tuan muda. Ayahanda anda sendiri lah yang telah memulai perang dengan ras Malaikat. Jika anda ingin membuat dunia ini menjadi damai, anda harus menghentikan ayahanda anda terlebih dahulu. Lalu, kalaupun anda berhasil menghentikan ayah anda, ras Malaikat belum tentu akan berhenti untuk berperang dengan ras Iblis. Apa yang baru saja anda katakan itu adalah sesuatu hal yang mustahil," ucap nona Leirion.
"Aku tahu kalau membuat dunia ini menjadi damai adalah sesuatu yang sulit dan hampir mustahil. Tetapi aku akan tetap melakukannya. Lagipula, tidak ada yang tahu hasilnya sebelum aku mencobanya," ucap pria itu.
~Flashback berakhir~
-
Kembali ke saat ini.
Nona Leirion terlihat masih terus melihat dan menatap ke arah langit yang ada di atasnya. Nona Leirion melihat ke arah langit itu sambil tersenyum dengan senyuman yang indah.
"Membuat dunia ini menjadi damai ya, benar-benar impian yang konyol sekali," ucap nona Leirion sambil tersenyum.
-Bersambung