Sebelum objek bercahaya itu melesat menuju ibukota San Estella, objek bercahaya itu sempat menarik perhatian sebagian besar orang yang ada di kota San Lucia. Awalnya hanya ada beberapa orang saja yang kebetulan sedang melihat ke langit ketika objek itu sedang terbang melintas, lalu beberapa orang itu mulai memberitahu orang-orang yang lainnya sehingga membuat sebagian besar orang yang ada di kota itu jadi ikut melihat ke langit.
"Objek bercahaya apa itu ?,"
"Entahlah, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mataku hanya melihat sebuah cahaya yang melesat terbang saja,"
"Aku juga. Objek bercahaya itu berada di ketinggian yang sangat tinggi di udara sehingga kita tidak bisa melihatnya dengan jelas,"
"Objek bercahaya itu kelihatannya hanya melintas saja di langit kota San Lucia. Dari arah yang dituju oleh objek bercahaya itu, sepertinya mereka mengarah ke ibukota San Estella. Apa objek bercahaya itu akan menuju ibukota San Estella atau hanya melintas di langit ibukota San Estella saja ?," ucap orang-orang di kota San Lucia.
-
Kembali ke arena turnamen akademi tempat Rid dan nona Leirion berada.
Setelah mendengar perkataan nona Leirion tentang datangnya para Malaikat, aku pun langsung terkejut.
"Para Malaikat telah datang ke kerajaan ini ?," tanyaku.
"Iya. Tetapi mereka belum datang kesini, mereka sedang dalam perjalanan menuju kesini," ucap nona Leirion.
Setelah itu, nona Leirion langsung melesat ke langit-langit yang ada di atasnya dan kemudian dia langsung menghancurkan langit-langit itu. Setelah menghancurkan langit-langit itu, nona Leirion lalu pergi keluar melewati langit-langit. Aku yang melihat nona Leirion pergi keluar melewati langit-langit itu pun langsung berusaha menghentikannya.
"Tunggu!," ucapku.
Tetapi suaraku tidak membuat nona Leirion berhenti, dia tetap pergi keluar melewati langit-langit. Melihat nona Leirion yang telah pergi keluar, aku memutuskan untuk melesat ke atas untuk mengikutinya. Kemudian, setelah aku telah pergi keluar dari langit-langit arena turnamen untuk mengikuti nona Leirion, aku melihat nona Leirion sedang berdiri di ujung atap gedung tengah. Nona Leirion berdiri sambil melihat ke arah langit. Dilihat dari posisinya, nona Leirion sedang melihat ke arah langit bagian Utara kerajaan San Fulgen.
Setelah melihat nona Leirion yang sedang berdiri sambil melihat ke arah langit, aku yang sebelumnya sedang melayang untuk mengejar nona Leirion pun langsung turun ke atap. Aku turun ke bagian atap yang berada tepat di belakang nona Leirion. Setelah aku sudah turun dan berpijak pada atap yang ada di bawahku, aku kemudian langsung mengatakan sesuatu kepada nona Leirion.
"Aku kira anda telah kabur dengan melewati langit-langit arena turnamen. Tetapi ternyata anda malah berdiri disini," ucapku.
"Aku tidak akan kabur apabila tidak ada keadaan mendesak. Lagipula mana mungkin aku kabur ketika aku sedang berhadapan denganmu. Aku pergi dari tempat itu dan memutuskan untuk datang kesini untuk melihat secara langsung para Malaikat yang mau datang itu," ucap nona Leirion yang masih melihat ke langit.
"Para Malaikat itu, apa mereka ada di langit yang sedang anda lihat ?," tanyaku sambil melihat ke arah langit yang sama dengan yang dilihat oleh nona Leirion.
"Iya, mereka berada di langit yang sedang aku lihat. Mereka sedang menuju kesini," ucap nona Leirion.
"Dari langit itu ya, tetapi aku tidak melihat apapun," ucapku.
Meski aku melihat ke arah langit yang sama dengan yang dilihat oleh nona Leirion, tetapi aku tidak melihat apapun di langit itu. Langit itu tampak normal seperti biasanya.
"Jarak mereka masih sangat jauh, wajar saja jika kamu tidak bisa melihat mereka," ucap nona Leirion.
"Apa itu berarti anda bisa melihat mereka dari jarak ini ?," tanyaku.
"Iya. Tidak hanya melihat mereka saja, aku juga bisa merasakan keberadaan mereka dari jarak ini. Maka dari itu sebelumnya aku bilang kalau aku merasakan keberadaan mereka meskipun jarak mereka masih sangat jauh," ucap nona Leirion.
Aku sedikit terkejut setelah mendengar perkataan nona Leirion.
"Wanita itu bisa melihat dan merasakan keberadaan sesuatu dari jarak yang sangat jauh ?," pikirku.
"Dengan ini saja sudah membuktikan kalau kamu masih jauh lebih lemah dariku, Rid Archie. Kamu masih harus berlatih untuk meningkatkan kemampuanmu itu. Jika kamu ingin mengalahkanku ataupun mengalahkan orang-orang kuat yang akan menghalangimu untuk menggapai impianmu itu, kamu harus meningkatkan kekuatanmu itu, terutama kekuatan sihir kegelapan dan sihir cahaya yang kamu punya," ucap nona Leirion.
Aku kembali terkejut setelah mendengar perkataan nona Leirion.
"Kenapa anda mengetahui namaku ? Seingatku aku belum memperkenalkan namaku kepada anda. Dan juga, apa maksud anda tentang sihir kegelapan yang aku punya ? Aku memang bisa menggunakan sihir cahaya, tetapi aku tidak bisa menggunakan sihir kegelapan," ucapku.
Aku berkata seperti itu untuk menyembunyikan kalau aku bisa menggunakan sihir kegelapan kepada nona Leirion.
"Aku mengenalmu setelah membaca surat kabar yang terbit di kerajaan ini. Lalu soal sihir kegelapan, kamu tidak perlu berbohong dengan berkata kalau kamu tidak bisa menggunakan sihir kegelapan. Aku tahu kalau kamu bisa menggunakan sihir itu," ucapku.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan nona Leirion.
"Bagaimana dia tahu kalau aku bisa menggunakan sihir kegelapan ?," pikirku.
Setelah aku memikirkan itu, nona Leirion kembali mengatakan sesuatu kepadaku.
"Yah terserah kamu apabila kamu tetap tidak mau jujur. Tetapi ingatlah pesanku ini baik-baik. Kamu harus terus melatih sihir cahaya dan sihir kegelapan yang kamu punya. Tidak hanya melatihnya, kamu juga harus menggunakan kedua sihir itu untuk melawan musuh-musuhmu ke depannya agar kamu terbiasa dalam menggunakan kedua sihir itu. Potensimu dalam menggunakan kedua sihir itu sangatlah bagus, jadi kamu jangan menyia-nyiakan potensimu itu,"
"Tetapi kamu juga harus berhati-hati dalam menggunakan kedua sihir itu, terutama sihir kegelapan ketika kamu masih berada di benua Utara ini. Jika kamu menggunakan sihir kegelapan khususnya sihir kegelapan tingkat tinggi, para Malaikat akan langsung turun untuk menghancurkanmu karena kamu yang bisa menggunakan sihir kegelapan akan dianggap sebagai ancaman di benua Utara yang merupakan wilayah kekuasaan ras Malaikat. Pokoknya kamu harus tetap hati-hati dalam menggunakan kedua sihir itu meskipun aku bilang kalau kamu harus terus melatih dan menggunakan kedua sihir itu. Alasan kenapa kamu harus terus melatih dan menggunakan kedua sihir itu adalah karena kedua sihir itulah yang nantinya akan membantumu dalam menggapai impianmu itu," ucap nona Leirion.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan nona Leirion. Aku memutuskan tidak menanggapi perkataannya karena saat ini aku sedang dalam kebingungan. Aku bingung bukan karena aku tidak paham dengan yang nona Leirion katakan, melainkan karena aku bingung kenapa nona Leirion mengatakan hal itu. Hal yang dikatakan oleh nona Leirion itu seperti sebuah saran untukku.
"Kenapa wanita itu memberikan saran kepadaku ? Padahal kita berdua baru saja bertemu, tetapi wanita itu malah memberikan saran kepada orang yang baru ditemuinya. Daripada itu, wanita itu seharusnya dapat mengalahkan dan membunuhku dengan mudah, tetapi kenapa dia tidak melakukannya ? Padahal aku sudah mengacaukan rencananya yang ingin merebut kerajaan ini untuk dijadikan sebagai wilayah kekuasaan Raja Iblis, tetapi dia terlihat tidak marah kepadaku. Memang tadi dia terlihat marah saat berbicara dengan tuan Duke Remy tetapi dia tidak marah saat berbicara denganku. Dia benar-benar sangat santai meskipun aku telah mengacaukan rencananya. Sebenarnya apa tujuan dia datang kemari ?," pikirku.
Setelah aku memikirkan itu, nona Leirion kembali melanjutkan perkataannya.
"Sekarang, soal para Malaikat itu. Alasan mereka datang kesini sepertinya akibat sihir tingkat tinggi yang sempat dilancarkan oleh Remy. Kalau begitu, aku harus segera pergi dari kerajaan ini agar mereka tidak sempat melihatku. Apabila aku terlihat oleh mereka, itu akan menjadi hal yang sangat merepotkan. Aku mungkin bisa mengalahkan semua Malaikat yang sedang terbang kemari itu, tetapi mengalahkan mereka hanya akan menimbulkan masalah yang sangat besar. Oleh karena itu, aku harus pergi dari kerajaan ini," ucap nona Leirion.
Setelah nona Leirion mengatakan itu, seluruh tubuh nona Leirion tiba-tiba mulai berubah menjadi kelopak-kelopak bunga berwarna hitam. Aku yang melihat seluruh tubuhnya mulai berubah pun langsung berusaha menghentikannya.
"Tunggu!," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, nona Leirion yang seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi kelopak-kelopak bunga pun langsung mengatakan sesuatu kepadaku.
"Kamu tidak perlu khawatir soal para Malaikat itu. Mereka datang kesini mungkin hanya untuk memeriksa orang yang melancarkan sihir kegelapan tingkat tinggi sebelumnya. Begitu mereka mengetahui kalau orang yang melancarkan sihir itu telah tewas, mereka mungkin akan pergi,"
"Kalau begitu, selamat tinggal, Rid Archie. Suatu saat nanti, kita pasti akan bertemu lagi. Aku penasaran seberapa kuatnya kamu setelah kita bertemu lagi nanti. Teruslah tingkatkan kemampuan dan kekuatan sihirmu itu, Rid Archie. Jika kamu terus meningkatkan kemampuan dan kekuatan sihirmu itu, suatu saat nanti mungkin saja kamu akan menjadi sekuat orang tuamu atau bahkan melebihi mereka berdua," ucap nona Leirion.
Setelah mendengar perkataan nona Leirion itu, aku pun langsung terkejut.
"Tunggu, apa yang anda maksud dengan orang tuaku ?!," tanyaku yang terkejut.
Aku memutuskan untuk langsung menanyakan hal tersebut setelah aku mendengar perkataan nona Leirion. Tetapi setelah aku menanyakan hal tersebut, nona Leirion tidak merespon lagi. Seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi kelopak-kelopak bunga. Kelopak-kelopak bunga itu kemudian terhempas oleh angin dan terbang menuju ke arah barat dari tempatku berada saat ini. Melihat kelopak-kelopak bunga itu terhempas oleh angin, aku pun langsung menoleh ke arah kelopak-kelopak bunga itu. Aku terus melihat ke arah kelopak-kelopak bunga yang terbang karena terhempas oleh angin itu.
"Dari perkataan wanita itu, sepertinya wanita itu mengenal orang tuaku. Aku harus memastikannya apabila aku bertemu dengannya lagi," ucapku.
-
Sementara itu, di langit yang berada dekat dengan ibukota San Estella.
Di langit itu, puluhan objek bercahaya sedang terbang melesat menuju ibukota San Estella. Namun jika dilihat dari dekat, sesuatu yang bercahaya itu bukanlah objek, melainkan puluhan orang yang memiliki sepasang sayap di punggung mereka. Puluhan orang itu semuanya berpenampilan mirip seperti manusia, yang membedakan adalah mereka mempunyai sepasang sayap berwarna putih di punggung mereka, yang mana manusia tidak memiliki sepasang sayap itu. Puluhan orang bersayap itu memakai pakaian yang serba putih dengan beberapa bagian dari pakaian itu terlihat berwarna emas. Mereka semua pun juga memiliki kulit yang putih, mungkin lebih putih daripada manusia yang memiliki kulit putih. Puluhan orang bersayap itu merupakan ras Malaikat. Mereka sedang terbang melesat di langit untuk menuju ibukota San Estella. Para Malaikat itu terlihat sedang terbang dengan dipimpin oleh seorang Malaikat di depan mereka.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Menurut informasi, keberadaan sihir kegelapan tingkat tinggi yang sebelumnya dirasakan berasal dari tempat itu," ucap Malaikat yang berada di posisi paling depan sambil melihat ke arah sebuah bangunan tinggi yang merupakan gedung tengah akademi.
Meskipun jarak para Malaikat itu masih cukup jauh, Malaikat itu bisa melihat gedung tengah akademi dari jarak itu. Malaikat yang berada di posisi depan itu terlihat seperti seorang pria. Malaikat itu memiliki bola mata berwarna emas dengan pupil mata berwarna putih yang memiliki bentuk seperti simbol titik atau ".". Tidak hanya malaikat yang ada di depan itu saja, puluhan Malaikat yang dipimpinnya juga memiliki mata berwarna emas dengan pupil mata berwarna putih dengan bentuk simbol ".".
Seteleh itu, para Malaikat itu pun terus terbang melesat untuk mendekati gedung tengah akademi. Tetapi ketika mereka sedang terbang untuk mendekati gedung tengah akademi, para Malaikat itu tiba-tiba langsung berhenti. Mereka berhenti karena mereka melihat seseorang yang memiliki 2 pasang sayap berwarna putih sedang terdiam sambil melayang di hadapan mereka yang ingin mendekati gedung tengah akademi. Orang itu adalah seorang Malaikat juga, hanya saja, orang itu memiliki jumlah sayap yang berbeda dengan para Malaikat yang tiba-tiba berhenti itu karena orang itu memiliki 2 pasang sayap sementara para Malaikat itu hanya memiliki 1 pasang. Orang yang berada di hadapan mereka itu saat ini sedang membelakangi mereka. Orang itu memiliki rambut panjang berwarna putih dengan campuran beberapa warna emas di rambutnya. Dilihat dari belakang, orang yang sedang membelakangi para Malaikat itu terlihat seperti seorang wanita.
Kemudian, setelah para Malaikat itu tiba-tiba berhenti ketika melihat wanita Malaikat yang sedang terdiam di hadapan mereka, Malaikat yang ada di depan puluhan Malaikat itu pun langsung berbicara dengan Malaikat yang sedang terdiam itu.
"Kenapa anda ada di tempat ini, putri ?," tanya Malaikat itu.
Malaikat itu seperti tahu dan kenal dengan wanita Malaikat yang sedang terdiam sambil membelakangi mereka itu.
"Aku sebelumnya sedang berkeliling, namun tiba-tiba aku merasakan adanya sihir kegelapan tingkat tinggi yang berasal dari tempat ini. Maka dari itu aku langsung bergegas ke tempat ini," ucap wanita itu.
"Begitu ya. Kalau begitu, anda lebih baik kembali saja, putri. Biar kami saja yang menyelidiki sihir kegelapan tingkat tinggi yang berasal dari tempat ini karena itu sudah menjadi tugas kami," ucap Malaikat itu.
"Apa kalian datang kesini karena ditugaskan oleh Rafaela ?," tanya wanita itu.
"Iya, putri. Nona Rafaela lah yang menugaskan kami untuk datang ke tempat ini dan memeriksanya," ucap Malaikat itu.
"Begitu ya. Kalau begitu, lebih baik kalian lah yang kembali," ucap wanita itu.
Malaikat itu dan juga puluhan Malaikat yang ada di belakangnya pun merasa bingung setelah mendengar perkataan wanita itu.
"Kembali ? Kenapa kami harus kembali, putri ? Kami kan belum memeriksa tempat ini," ucap Malaikat itu.
"Kalian datang ke tempat ini karena kalian sebelumnya merasakan adanya sihir kegelapan tingkat tinggi di tempat ini kan ? Lalu sekarang apa kalian masih merasakan adanya sihir itu ?," tanya wanita itu.
"Tidak, putri," ucap Malaikat itu.
"Maka dari itu, kalian tidak perlu lagi datang ke tempat ini karena sihir itu sudah tidak terasa lagi. Lagipula pengguna sihir itu kelihatannya sudah tewas atau pergi meninggalkan kerajaan ini setelah menyadari kedatangan kalian," ucap wanita itu.
"Tetapi, putri-," ucap Malaikat itu.
"Tidak ada tapi-tapi. Kenapa kalian memaksa sekali ingin memeriksa tempat ini disaat sihir itu sudah tidak terasa lagi ? Lagipula, apa kalian benar-benar ingin memeriksa tempat ini ? Atau kalian sebenarnya berniat untuk menghancurkan tempat ini sama seperti kerajaan yang kita hancurkan lebih dari 50 tahun yang lalu ?," tanya wanita itu.
"Kerajaan itu dihancurkan karena kita tidak memiliki pilihan lain, putri. Jika kerajaan itu tidak dihancurkan, dampaknya akan menyebar ke kerajaan atau wilayah lain yang ada di sekitarnya," ucap Malaikat itu.
"Aku tahu itu, tetapi tetap saja....menghancurkan 1 kerajaan itu benar-benar tindakan yang berlebihan. Apa kalian tidak tahu kalau reputasi dari ras Malaikat menjadi buruk setelah kita menghancurkan kerajaan itu ?," ucap wanita itu.
Malaikat itu dan para Malaikat yang ada di belakangnya pun terdiam setelah mendengar perkataan wanita itu.
"Sekarang, lebih baik kalian kembali. Aku tidak tahu apa kalian benar-benar ingin memeriksa tempat ini atau tidak, tetapi kalian harus segera kembali. Bilang kepada Rafaela kalau aku yang akan mengambil alih masalah ini. Aku akan memerintahkan Miraela untuk mengutus para prajurit Holy Knight miliknya untuk memeriksa tempat ini. Mengutus mereka adalah pilihan yang tepat daripada kalian sendiri yang datang ke tempat ini," ucap wanita itu.
"Tetapi, putri-," ucap Malaikat itu.
"Sudah aku bilang tidak ada tapi-tapi. Apa kalian ingin membantah perintahku ? Sepertinya kalian lupa kalau aku ini bukan hanya seorang putri, tetapi juga salah satu dari 'Archangel Commander' sama seperti Rafaela," ucap wanita itu.
Setelah wanita itu mengatakan itu, wanita itu yang sebelumnya membelakangi para Malaikat itu pun mulai berbalik untuk melihat para Malaikat itu. Ketika wanita itu berbalik, terlihat wanita itu memiliki wajah yang sangat cantik dengan kedua bola mata yang berwarna emas. Pada kedua bola mata wanita itu, wanita itu memiliki pupil mata berwarna putih yang bersinar terang. Pupil mata wanita itu berbentuk seperti bentuk bintang.
Setelah wanita itu berbalik untuk melihat para Malaikat itu, para Malaikat itu terlihat seperti ketakutan. Kemudian, Malaikat yang ada di depan para Malaikat itu mulai mengatakan sesuatu lagi.
"T-tentu saja kami tidak lupa tentang itu, putri," ucap Malaikat itu.
"Kalau begitu sekarang kalian segera pergi dari tempat ini. Ini adalah perintah dariku," ucap wanita itu.
"B-baik. K-kalau begitu, kami akan segera pergi,....putri Archiela," ucap Malaikat itu kepada wanita Malaikat yang ada di hadapannya.
-Bersambung