Di area pertokoan, tempat Irene berada.
Terlihat di sekitar tempat Irene berada ada beberapa bangunan pertokoan yang sudah hancur karena tanah tempat bangunan berdiri itu menjadi tempat munculnya dinding-dinding pohon yang mengelilingi tempat itu. Sementara itu, Irene terlihat sedang berusaha untuk menghancurkan dinding pohon yang mengelilinginya itu.
~San Lucia Art : Freezing Air Slash~
Irene melancarkan sebuah tebasan dengan menggunakan rapiernya ke arah dinding pohon itu. Serangan itu mengenai dinding pohon itu dengan telak dan dinding pohon yang dikenai oleh serangan itu pun langsung membeku. Kemudian, Irene melancarkan sebuah serangan lagi ke dinding pohon yang membeku itu.
~Ice Sword Art : Great Ice Slash~
Irene melancarkan sebuah tebasan es yang besar ke arah dinding pohon yang membeku itu. Serangan itu pun mengenai dinding pohon yang membeku itu dengan telak, tetapi dinding pohon itu tidak berhasil dihancurkan oleh Irene. Bahkan tidak ada kerusakan sedikitpun pada dinding pohon itu. Es yang membekukan dinding pohon itu pun secara perlahan mulai mencair.
"Dinding pohon ini keras sekali, padahal jika aku bisa menghancurkan dinding pohon ini, aku bisa melewati dinding-dinding pohon itu dan berpindah ke tempat lain dengan lebih cepat. Sepertinya aku harus menggunakan cara lain untuk bisa pergi dari tempat ini," ucap Irene.
Lalu Irene menoleh ke arah jalan atau lorong yang ada di tempat itu. Di tempat Irene saat ini ada 3 buah jalan yang mengarah ke tempat berbeda-beda. Irene memperhatikan ketiga jalan itu secara satu per satu. Setelah memperhatikan 3 buah jalan itu, Irene lalu menoleh ke atas. Di atas Irene ada banyak dedaunan yang berasal dari dinding-dinding pohon yang mengelilinginya.
"Aku tidak tahu apakah dedaunan itu bisa ditembus atau tidak. Hmmmm kurasa lebih baik aku melewati jalan yang ada saja, jika aku melewati jalan itu mungkin aku bisa bertemu dengan orang-orang yang aku kenal," ucap Irene.
Irene lalu kembali melihat ke arah 3 jalan yang berbeda itu. Satu jalan mengarah ke kiri, satu jalan mengarah ke tengah dan satu jalan lagi mengarah ke kanan. Irene harus memilih jalan mana yang harus dia lewati karena ada 3 jalan yang mengarah ke tempat yang berbeda.
"Kalau tidak salah, ketiga jalan itu mengarah keluar dari area pertokoan. Itu berarti, jika aku memilih jalan yang kiri, maka aku akan mengarah ke taman atau hutan akademi. Jika aku memilih jalan yang tengah, aku akan mengarah ke jalan yang menuju asrama murid. Jika aku memilih jalan yang kanan, aku akan mengarah ke asrama murid dan dinding pembatas yang ada di dekatnya. Tetapi ada kemungkinan juga kalau ketiga jalan itu malah mengarah ke tempat lain yang berbeda dengan yang aku pikirkan. Hmmm, ini membingungkan," pikir Irene.
Irene lalu terdiam sambil terus memikirkan sesuatu.
"Tidak ada gunanya terus memikirkan hal ini. Aku harus segera pergi dari tempat ini. Rid tadi bilang kalau dia akan pergi ke gerbang akademi. Kalau begitu, aku akan pergi ke jalan tengah. Entah jalan itu mengarah ke jalan menuju asrama akademi atau malah mengarah ke tempat lain, yang terpenting aku harus pergi dari tempat ini terlebih dahulu," pikir Irene.
Setelah itu, Irene pun langsung bergegas pergi ke jalan tengah yang dipilihnya. Irene terus berlari menyusuri jalan itu. Jalan yang dia susuri itu terlihat berbelok-belok dan tidak mengarah lurus.
"Jalan yang lain sepertinya juga berbelok-belok seperti ini. Jika jalannya berbelok-belok seperti ini, aku tidak akan heran jika jalan ini malah mengarah ke tempat lain yang tidak sesuai dengan yang aku pikirkan. Meski begitu, aku harus tetap maju menyusuri jalan ini," pikir Irene.
Irene kembali melaju menyusuri jalan yang dia pilih. Lalu tidak lama kemudian, Irene bertemu dengan beberapa iblis disaat dia terus menyusuri jalan itu. Iblis itu awalnya hanya diam di tempat itu, tetapi ketika Irene datang ke tempat itu, iblis itu langsung bergerak ke arah Irene dan bersiap untuk menyerangnya. Irene yang melihat iblis-iblis itu pun juga bersiap untuk menyerang.
"Jangan menghalangi jalanku," ucap Irene.
~San Lucia Art : Great Freezing Air Slash~
Irene melancarkan tebasan ke arah para iblis itu. Para iblis itu pun terkena tebasan yang dilancarkan Irene dengan telak. Tebasan itu langsung membuat tubuh mereka semua membeku.
Setelah itu, Irene kembali melanjutkan langkahnya menyusuri jalan itu. Irene beberapa kali bertemu dengan iblis saat dia terus melangkah menyusuri jalan itu, tetapi Irene dapat dengan mudah mengatasi iblis-iblis yang menghalangi jalannya. Lalu beberapa menit kemudian, disaat Irene sedang melaju, Irene melihat ada sesuatu bongkahan yang terlihat seperti bongkahan pagar yang berada di dekat dinding yang mengelilingi jalan yang dilaluinya itu. Irene lalu menghampiri bongkahan itu dan memeriksanya.
"Bongkahan ini terlihat persis dengan pagar asrama akademi. Apa itu berarti aku telah sampai di depan asrama akademi ? Sepertinya tidak sia-sia aku terus menyusuri jalan ini meskipun jalan ini berbelok-belok,' ucap Irene.
Kemudian, Irene kembali menyusuri jalan yang dia lalui itu. Beberapa saat kemudian, di depan jalan yang sedang Irene susuri, Irene melihat ada beberapa murid akademi dan beberapa prajurit. Beberapa murid dan prajurit itu terlihat sedang beristirahat di jalan itu. Irene lalu memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan menghampiri mereka. Beberapa murid dan prajurit yang sedang beristirahat itu terlihat sudah mengalami beberapa luka. Irene lalu melihat dan memperhatikan para murid yang ada di tempat itu. Di antara para murid yang ada di tempat itu, Irene melihat ada seseorang yang dia kenal. Irene pun langsung menghampiri orang yang dia kenal itu.
"Elaina," ucap Irene.
Ternyata orang yang Irene hampiri itu adalah Elaina. Elaina yang mendengar namanya baru saja disebut pun langsung menoleh.
"Senior Irene," ucap Elaina.
Irene terus melihat ke arah Elaina. Kemudian, dia menoleh ke arah seseorang yang sedang tergeletak di samping Elaina. Irene pun terkejut saat melihat orang yang tergeletak itu. Orang yang tergeletak itu adalah Noa yang sedang dalam kondisi mengalami banyak luka di tubuhnya.
"Noa ?!, Apa yang terjadi dengan Noa, Elaina ?," tanya Irene.
"Senior Noa...dia tadi diserang oleh para iblis dalam jumlah yang banyak. Kondisinya saat ini benar-benar mengkhawatirkan," ucap Elaina
-
Sementara itu, di gedung tengah akademi, tepatnya di lantai 5 gedung tengah akademi yang merupakan tempat latihan khusus para murid pengguna senjata jarak dekat.
Terlihat Duke Louis dan Duchess Arlet sedang melihat keluar jendela yang ada pada salah satu sisi dinding tempat itu. Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat sangat terkejut begitu melihat keadaan di wilayah akademi.
"Apa-apaan ini ? Seluruh wilayah akademi tiba-tiba berubah menjadi hutan. Tidak hanya seluruh akademi saja, tetapi daerah yang berada di dekat wilayah akademi juga berubah menjadi hutan. Apa yang terjadi ?," tanya Duke Louis yang terkejut.
"Bangunan ini pun juga ikut berubah. Dinding-dinding pada bangunan ini tiba-tiba dipenuhi oleh banyak ranting pohon dan juga dedaunan," ucap Duchess Arlet.
Apa yang dikatakan oleh Duchess Arlet adalah benar karena dinding-dinding yang mengelilingi mereka saat ini terlihat sudah dipenuhi oleh banyak ranting pohon dan dedaunan.
"Sepertinya akan sulit bagi kita untuk pergi dari akademi ini mengingat akademi sudah berubah menjadi hutan. Meski begitu, kita harus tetap pergi meninggalkan akademi untuk kembali ke kota San Lucia. Kita harus membantu keluarga kita yang telah diserang," ucap Duke Louis.
"Iya, kamu benar. Ayo kalian semua kita kembali bergegas untuk segera meninggalkan gedung ini," ucap Duchess Arlet kepada para prajurit Duke San Lucia yang menemani mereka.
"Baik, nona," ucap para prajurit itu.
Setelah itu, Duke Louis, Duchess Arlet dan beberapa prajurit Duke San Lucia kembali melanjutkan langkah mereka untuk pergi meninggalkan gedung tengah. Tetapi, baru beberapa detik mereka melangkah, tiba-tiba terdengar suara dinding yang baru saja dihancurkan.
*BRUAK!
Duke Louis, Duchess Arlet dan para prajurit itu pun terkejut karena suara dinding yang hancur itu berasal dari dinding di depan mereka yang baru saja dihancurkan. Para prajurit yang melihat itu kemudian langsung bergerak ke depan Duke Louis dan Duchess Arlet untuk melindungi mereka berdua. Setelah itu, dari dinding yang hancur itu, muncul seorang pria yang dengan cepat langsung menyerang para prajurit yang berada di depan Duke Louis dan Duchess Arlet. Pria itu menyerang para prajurit itu dengan batang-batang pohon yang muncul dari lantai tempat berpijaknya pria itu. Batang-batang pohon itu bergerak dengan cepat dan langsung menusuk para prajurit yang ada di depan Duke Louis dan Duchess Arlet. Para prajurit yang tertusuk oleh batang-batang pohon itu pun langsung tergeletak dengan kondisi bersimbah darah. Duke Arlet dan Duchess Arlet terlihat terkejut saat melihat para prajurit mereka telah tumbang dengan cepat. Namun mereka berdua lebih terkejut lagi ketika melihat dan mengetahui siapa yang telah menyerang para prajurit itu.
"Tuan Remy ?!?!," ucap Duke Louis.
"Kenapa anda melakukan ini, tuan Remy ?! ucap Duchess Arlet.
Duke Louis dan Duchess Arlet melihat ke arah Duke Remy dengan rasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan Duke Remy barusan. Kemudian, Duchess Arlet kembali terkejut ketika dia melihat ke arah Duke Remy.
"Sayang....coba kamu perhatikan kedua mata tuan Remy," ucap Duchess Arlet.
Duke Louis pun menuruti perkataan Duchess Arlet dan dia langsung memperhatikan kedua mata Duke Remy. Duke Louis pun juga terkejut saat melihat ke kedua mata Duke Remy. Kedua mata Duke Remy yang saat ini tidak tertutupi oleh kacamata miliknya terlihat memiliki bola mata yang berwarna hitam pekat, mirip seperti ciri-ciri dari ras Iblis.
"Tuan Remy, kenapa kedua mata anda seperti itu ?! Kedua mata anda terlihat seperti mata milik ras iblis. Jangan bilang kalau anda lah yang telah membuat para iblis itu dan memerintahkan mereka untuk menyerang seluruh wilayah kerajaan San Fulgen ?!," tanya Duke Louis yang terkejut.
"Itu memang benar, aku lah yang telah memerintahkan para iblis itu untuk menyerang seluruh wilayah kerajaan San Fulgen, termasuk akademi ini," ucap Duke Remy.
"....Itu berarti, anda juga lah yang telah merencanakan pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluargaku ?!?!," tanya Duke Louis.
"Itu benar," ucap Duke Remy.
Setelah itu, Duke Louis pun terdiam. Lalu dia mulai mencabut pedang yang ada di pinggangnya dan langsung memegang pedang itu dengan kuda-kuda seperti mau menyerang.
"Tuan Remy, kau.....jadi kau lah dalang dari semua ini ?!?!," tanya Duke Louis yang terlihat marah.
"Iya, itu benar," ucap Duke Remy.
"Aku tidak akan memaafkanmu, aku akan membunuhmu di tempat ini!!!," ucap Duke Louis.
"Justru aku lah yang akan membunuh anda di tempat ini, tuan Louis. Aku tidak akan membiarkan anda pergi dari sini," ucap Duke Remy sambil tersenyum.
-Bersambung