20 menit kemudian.
Kereta kuda yang ditumpangi senior Florian dan Charles sedang berhenti di depan gerbang sebuah istana megah yang keseluruhan warna istana itu didominasi oleh warna putih. Istana itu merupakan istana kerajaan San Fulgen, White Palace. Seorang prajurit yang mengawal kereta kuda itu terlihat sedang melapor kepada para prajurit yang menjaga gerbang istana tersebut. Perlu diketahui, anggota Elevrad yang bertugas mengantarkan proposal juga ditemani oleh 2 orang prajurit kerajaan yang ikut menaiki kereta kuda. Nona Karina lah yang mengusulkan hal ini agar para anggota Elevrad yang mengantarkan proposal tersebut bisa aman sampai tujuan mereka masing-masing. Setelah prajurit itu melapor kepada prajurit yang menjaga gerbang, prajurit itu pun langsung kembali menaiki kereta kuda.
"Buka gerbangnya!," ucap prajurit itu kepada rekan-rekannya.
Gerbang istana kerajaan itu pun terbuka. Sebelum kereta kuda itu hendak melaju masuk ke dalam istana. Para prajurit itu meneriakkan sesuatu.
"Selamat datang kembali, pangeran Charles!," ucap para prajurit yang menjaga gerbang itu.
Charles pun melihat mereka dari jendela kereta kuda dan melambaikan tangan kepada mereka.
"Sepertinya para prajurit sangat senang melihat kamu kembali kesini lagi, Charles," ucap senior Florian.
"Meskipun aku kembali kesini hanya untuk menemanimu mengantarkan proposal, senior. Setelah itu, aku harus kembali ke akademi," ucap Charles.
"Jika kamu mau menginap disini dan kembali besok, aku tidak masalah akan hal itu," ucap senior Florian.
"Aku tidak akan begitu, senior. Sesuai aturan, anggota yang ditunjuk untuk mengantar dokumen harus kembali saat sore atau malam harinya. Jadi aku akan mengikuti aturan itu," ucap Charles.
"Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong, karena jarak White Palace dengan San Fulgen Akademiya lumayan dekat, kita jadi hanya memerlukan 20 menit saja untuk sampai kesini. Sedangkan yang lainnya, sepertinya mereka masih berada di perjalanan," ucap senior Florian.
"Sepertinya begitu. Aku harap tidak ada masalah apapun dalam perjalanan mereka," ucap Charles.
".....Aku harap juga begitu," ucap senior Florian.
Setelah masuk ke dalam wilayah istana kerajaan, kereta kuda yang ditumpangi senior Florian dan Charles pun berhenti di tempat parkir yang diperuntukkan untuk tamu kerajaan yang mau berkunjung. Setelah itu, senior Florian dan Charles pun keluar dari kereta kuda itu dan mereka pun berjalan untuk memasuki istana kerajaan. Ketika mereka sampai di depan pintu istana kerajaan, terlihat Caroline sedang menunggu mereka disana.
"Selamat datang di White Palace," ucap Caroline.
-
1 jam kemudian.
Kereta kuda yang ditumpangi Irene dan senior Nadine terus melaju menuju kota San Lucia. Tiba-tiba, salju mulai turun di sepanjang jalan yang dilalui mereka. Suhu dan udara pun perlahan menjadi dingin.
"Sepertinya sebentar lagi kita akan sampai di kota San Lucia. Tuan sopir dan para prajurit sekalian, tolong kenakan mantel kalian karena semakin kita memasuki wilayah San Lucia, suhu akan semakin dingin," ucap senior Nadine.
"Baiklah, nona Nadine. Tapi apa nona Nadine dan nona Irene tidak apa-apa hanya mengenakan pakaian akademi seperti itu ?," tanya salah satu prajurit itu.
"Kami berdua berasal dari kota San Lucia. Jadi suhu dingin seperti ini sudah biasa bagi kita. Setidaknya suhu di wilayah San Lucia tidak sedingin suhu di pegunungan Orokho," ucap senior Nadine.
"Tidak sedingin di pegunungan Orokho ya, padahal bagi kami berdua suhu disini saja sudah cukup dingin," ucap prajurit itu.
Sementara itu, Irene sejak tadi hanya melihat ke arah luar jendela. Dia terlihat tidak tertarik untuk mengobrol dengan para prajurit itu ataupun dengan senior Nadine. Senior Nadine yang heran karena Irene hanya melihat ke luar jendela pun langsung bertanya ke Irene.
"Ada apa, Irene ? Kelihatannya kamu sedang memikirkan sesuatu karena sejak tadi kamu hanya melihat ke luar jendela saja," ucap senior Nadine.
"Tidak ada apa-apa, Nadine. Cuma entah kenapa aku merasa gelisah tapi aku tidak tahu penyebabnya apa," ucap Irene.
"Mungkin karena kamu sudah lama tidak kembali ke Snow Palace makanya kamu jadi gelisah," ucap senior Nadine.
"Mungkin iya," ucap Irene.
"Kamu tidak perlu gelisah seperti itu. Lagipula sebentar lagi kamu bisa bertemu dengan nona Arlet lagi," ucap Nadine.
"Iya, kamu benar," ucap Irene.
Kereta kuda itu pun terus melaju menuju kota San Lucia.
-
Sementara itu, disaat yang sama.
Kereta kuda yang ditumpangi oleh Rid dan Enzo mulai memasuki hutan Hevea untuk menuju kota San Angela.
"Hutan Hevea ya. Sesuai namanya, seluruh pohon yang berada di hutan ini merupakan pohon karet," pikirku.
"Hutan ini cukup luas. Butuh sekitar 15 sampai 20 menit untuk bisa melewati hutan ini," ucap salah satu prajurit yang menjelaskan.
"Begitu ya. Terima kasih atas infonya, tuan. Ini pertama kalinya aku datang ke kota San Angela jadi ini juga pertama kalinya aku melewati hutan ini," ucapku.
"Tidak masalah, tuan Rid," ucap prajurit itu.
"Tuan Rid ? Tuan tidak perlu memanggilku seperti itu, lagipula aku hanyalah murid biasa dan bukanlah seorang keturunan bangsawan. Jika tuan memanggil Enzo seperti itu, itu wajar karena Enzo merupakan keturunan bangsawan dan dia juga merupakan putra seorang Duke, sedangkan aku bukan," ucapku.
"Setelah surat kabar yang beredar sebelumnya memberitahu kalau anda merupakan 'pahlawan' dari insiden penyerangan akademi, reputasi Anda menjadi meningkat hingga hampir setara dengan reputasi para bangsawan tingkat atas, atau bahkan melebih mereka. Di kerajaan ini, sudah sepantasnya untuk menggunakan panggilan hormat kepada para bangsawan atau orang yang memiliki reputasi yang tinggi. Oleh karena itu, saya juga menggunakan panggilan hormat kepada anda, tuan Rid," ucap prajurit itu.
"Begitu ya. Ya sudah senyaman anda saja, tuan. Aku tidak akan mempermasalahkannya," ucapku.
Lalu kereta kuda itu pun terus melaju untuk melewati hutan itu. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba kereta kuda kami mengalami guncangan yang cukup hebat. Lalu kereta kuda kami pun berhenti mendadak di tengah jalan yang berada di hutan itu.
"Apa yang terjadi ?," tanya prajurit itu.
Mereka terlihat tengah bersiaga dengan bersiap memegang senjata mereka.
"Sepertinya roda kereta kuda ini mengalami kerusakan. Saya akan turun terlebih dahulu untuk memeriksanya lalu setelah itu saya akan langsung memperbaikinya," ucap sopir kereta kuda itu.
Sopir itu pun turun dari kereta kuda itu.
"Kalau begitu kita berdua juga ikut turun untuk mengawasi sekitar. Tuan Enzo dan tuan Rid dimohon untuk tetap berada disini, jikalau anda juga ingin keluar, mohon untuk tidak jauh-jauh dari kereta kuda," ucap prajurit itu.
"Baik," ucapku dan Enzo.
Lalu prajurit itu dan satu rekannya pun ikut turun dari kereta kuda.
-
10 menit kemudian.
Roda pada kereta kuda yang kami tumpangi masih belum selesai diperbaiki.
"Aku bosan berada di dalam, aku akan keluar untuk menikmati udara hutan. Bagaimana denganmu, Rid ?," tanya Enzo.
"Aku akan disini saja," ucapku.
"Kalau begitu, aku keluar dulu," ucap Enzo.
"Baiklah," ucapku.
Enzo pun keluar dari kereta kuda itu dan dia pun mulai berjalan-jalan di sekitar tempat itu.
"Jangan jauh-jauh dari kereta kuda, tuan Enzo. Aku dengar di hutan ini terkadang ada serangan bandit ataupun hewan liar bahkan rumornya ada monster juga di hutan ini," ucap prajurit itu.
"Tenang saja, aku tidak akan jauh-jauh. Tetapi kalau memang ada serangan seperti itu, aku yakin kalau aku bisa mengatasinya," ucap Enzo.
Lalu Enzo pun menyadari kalau ada beberapa orang yang mengintip dari balik pohon di sekitar tempat mereka berada.
"Sepertinya mereka sudah bersiap ya, kalau begitu....." pikir Enzo.
"Lakukan sekarang," ucap Enzo.
Apa yang dikatakan Enzo membuat kedua prajurit itu terkejut. Mereka terkejut karena tiba-tiba Enzo berkata seperti itu disaat tengah tidak ada siapapun di sekitarnya, dia juga berkata seperti itu saat tidak melihat ke arah kedua prajurit itu. Lalu tiba-tiba sekelompok orang mulai bermunculan di sekitar tempat itu. Sekelompok orang itu langsung menyerang kereta kuda yang ditumpangi Rid dengan sihir mereka. Dari banyaknya sihir yang dilancarkan ke kereta kuda itu, ada satu sihir api yang sangat besar yang mengarah ke kereta kuda itu.
~Flame Magic : Flame Emperor~
Sebuah bola api yang sangat besar mengarah ke kereta kuda itu disertai sihir-sihir yang lainnya. Kereta kuda itu pun terkena semua serangan sihir itu dengan telak. Serangan itu langsung meledakkan dan menghancurkan seluruh kereta kuda itu. Sementara itu, kedua prajurit yang berada di sekitar kereta kuda itu pun terhempas setelah kereta kuda itu meledak. Sementara, sopir kereta kuda yang sebelumnya sedang memperbaiki roda, langsung menjauh dari kereta kuda setelah orang-orang itu muncul untuk menghancurkan kereta kuda.
"Fyuh hampir saja, aku pikir aku akan terkena ledakan sihir itu juga. Untungnya aku sempat untuk menghindar," ucap sopir kereta kuda itu.
Sopir kereta kuda itu pun lalu menghampiri Enzo.
"Kerja bagus karena telah mengantar kami ke tempat ini," ucap Enzo.
"Tidak perlu berterima kasih, tuan Enzo. Ini sudah menjadi tugas saya," ucap sopir itu yang ternyata merupakan prajurit Duke San Angela yang menyamar.
Lalu kedua prajurit kerajaan yang sebelumnya terhempas pun mulai bangkit kembali. Mereka terkejut melihat kereta kuda yang sudah hancur terbakar. Tetapi mereka lebih terkejut lagi karena mereka berdua saat ini dikelilingi oleh banyak orang yang tiba-tiba muncul.
"Tuan Rid!!," teriak salah satu prajurit itu.
"Siapa kalian ? Apa tujuan kalian menyerang kami ?," tanya prajurit yang satunya.
"Tidak perlu berisik, para prajurit sekalian. Tujuan kami yang sebenarnya bukanlah kalian, melainkan Rid. Kami harus membunuhnya," ucap Enzo.
Kedua prajurit itu pun terkejut ketika Enzo berkata seperti itu.
"Tuan Enzo, apa anda yang merencanakan ini ?," tanya prajurit itu.
"Bukan aku yang merencanakannya tetapi jika kamu bertanya kalau aku terlibat dengan ini maka aku akan menjawab 'iya'," ucap Enzo.
"Kenapa anda tega melakukan ini ? Bukankah anda dengan tuan Rid-," ucap prajurit itu.
Namun sebelum prajurit itu sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba muncul seseorang dari belakangnya.
~Flame Magic : Burning Touch~
Orang itu langsung menyentuh prajurit itu dan tiba-tiba prajurit itu langsung terbakar. Prajurit itu pun berteriak kesakitan. Sementara prajurit yang satu lagi berniat untuk menolongnya, tetapi tiba-tiba dia diserang menggunakan sebuah tebasan yang terbuat dari sihir angin. Tebasan itu pun langsung memotong kepalanya dan prajurit itu pun langsung tumbang dengan kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya. Di belakang prajurit yang tumbang dengan kepala terpotong itu, ada seorang gadis muda yang sedang mengangkat tangan kanannya. Gadis itulah yang membunuh prajurit itu dengan memotong kepalanya. Sementara itu, prajurit yang terbakar itu masih terus berteriak kesakitan namun lama-kelamaan teriakannya semakin pelan sampai akhirnya dia pun tewas dengan tubuh yang masih terus terbakar.
"Akhirnya dia mati juga. Aku sudah muak mendengarnya mengatakan 'tuan Rid', 'tuan Rid', 'tuan Rid' terus-menerus. Rakyat jelata seperti dia tidak cocok dipanggil tuan," ucap orang yang membakar prajurit itu.
"Javier, aku tidak menyangka kalau kamu ikut juga dalam rencana ini," ucap Enzo.
Ternyata orang yang membakar prajurit itu adalah Javier.
"Tuan Duke yang menyuruhku untuk bergabung dalam rencana ini. Aku minta maaf karena telah merebut tugasmu untuk membunuh rakyat jelata itu, tuan muda Enzo. Karena kelihatannya dia sudah mati akibat sihir yang aku lancarkan tadi. Padahal kamu sendiri yang ditunjuk sebagai eksekutor untuk membunuh rakyat jelata itu," ucap Javier.
"Aku tidak keberatan akan hal itu. Meskipun aku ditunjuk sebagai eksekutor, tapi aku sendiri tidak suka mengotori tanganku sendiri. Daripada itu, jika dia mati semudah ini, membawa banyak orang seperti ini jadi terlihat sia-sia," ucap Enzo.
Saat Enzo dan Javier sedang mengobrol, tiba-tiba api besar yang berkobar di tempat kereta kuda yang hancur itu terbelah dan langsung menghilang dalam sekejap. Mereka semua yang berada di sekitar tempat itu langsung menoleh ke arah kereta kuda yang hancur itu. Saat api itu sudah menghilang, terlihat Rid yang sedang memegang pedang miliknya. Tidak ada satupun luka yang ada pada tubuhnya meskipun dia diserang oleh banyak sihir secara mendadak. Mereka pun terkejut melihat Rid yang masih baik-baik saja.
"Rakyat jelata itu masih hidup meskipun terkena serangan itu," ucap Javier.
"Seperti yang diduga, membunuhnya itu tidaklah mudah," ucap Enzo.
Aku yang baru saja selesai menghilangkan api yang mengelilingiku pun langsung berjalan perlahan ke depan. Aku melihat kedua prajurit yang menemaniku sudah tewas secara mengenaskan. Lalu aku pun menatap ke arah Enzo.
"Enzo," ucapku.
"Kelihatannya kamu tidak terkejut saat melihatku seperti ini ya, Rid," ucap Enzo.
"Itu karena aku sejak awal tidak pernah mempercayaimu. Jadi aku tidak terkejut apabila kamu melakukan ini," ucapku.
"Oh begitu. Bunuh dia," ucap Enzo.
Setelah Enzo memberi perintah seperti itu, 5 orang dewasa yang berpakaian seperti bandit pun mulai menyerangku dengan senjata mereka. Aku pun juga bersiap untuk menyerang mereka dengan menggunakan pedangku.
"Hahaha, apa yang bisa kamu lakukan dengan pedang tumpul dari akademi itu, bocah," ucap salah satu dari orang yang menyerangku itu.
Lalu yang lainnya pun tertawa, tapi aku tidak memperdulikan tawa mereka.
~Enhance Weapon : Sharp~
5 orang yang menyerangku pun sudah hampir mendekatiku.
~Flower Sword Art : Sword Dance In The Flower Garden~
Kemudian, aku langsung menebas kelima orang tersebut dengan tebasan beruntun yang sangat cepat. Mereka berlima pun terkena tebasan yang aku lancarkan dengan telak. Mereka pun langsung tumbang dengan banyak darah yang keluar dari tubuh mereka akibat banyaknya tebasan yang mengenai mereka. Aku tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati, lagipula aku juga tidak memperdulikannya.
"Menggunakan teknik ini saat sedang tidak berada di taman bunga rasanya sangat aneh," ucapku.
Sementara itu, Enzo dan yang lainnya pun terkejut.
"5 orang prajurit terbaik dikalahkan begitu saja ?," tanya Enzo.
Lalu tiba-tiba seorang gadis melesat ke arahku dengan cepat dan langsung melayangkan sebuah tebasan angin yang sangat besar. Tebasan angin itu tercipta hanya dengan sebuah ayunan tangannya saja tanpa memakai senjata sama sekali. Aku pun langsung memotong tebasan angin itu menjadi 2. Tebasan angin yang terbelah itu pun hanya melewatiku tanpa mengenaiku sama sekali. Tetapi tebasan itu terus melesat ke belakangku sambil memotong pohon-pohon yang dikenainya.
Setelah itu gadis itu langsung mendekatiku dan menyerangku dengan gerakan seperti sedang memotong menggunakan tangannya. Aku dengan cepat menghindarinya dengan bergerak ke samping dan tiba-tiba sebuah pohon yang berada tepat di belakangku sebelumnya terbelah menjadi 2 secara vertikal. Setelah menghindari serangan itu, aku pun langsung menyerang gadis itu.
~Flower Sword Art : Chaenomeles Thorn Thrust~
Aku menusuk gadis itu tepat di perutnya. Gadis itu pun langsung terpental sangat jauh ke belakang hingga menabrak beberapa pohon sampai hancur. Setelah menyerang gadis itu, aku pun memperhatikan pedangku. Di ujung pedangku, hanya ada sedikit darah setelah menusuk gadis itu.
"Ada yang aneh. Padahal pedangku sudah aku pertajam tetapi kenapa aku tidak bisa menusuk gadis itu dengan dalam ?," pikirku.
Saat aku sedang memikirkan itu, tiba-tiba Javier muncul di belakangku dan bersiap menyerangku dengan pedangnya.
"Matilah kau, Rid Archie!!!," ucap Javier.
~Flame Magic : Great Burning Slash~
Javier mengarahkan pedang apinya itu ke arahku. Tetapi aku langsung berbalik dan bersiap untuk menahan serangan itu.
~Advanced Glacier Strike~
Kedua serangan kami pun saling beradu tetapi adu serangan itu tidak berlangsung lama karena pedang Javier tiba-tiba terangkat ke atas setelah aku berhasil memenangkan adu serangan ini. Melihat ada celah di pertahanan Javier, aku pun bersiap menyerangnya dengan menggunakan pukulan yang diperkuat Mana.
~Mana Strike~
Aku berniat memukul Javier tepat di dadanya tetapi sebelum pukulanku mengenainya, tiba-tiba seseorang yang mengenakan tudung kepala muncul di depanku dan menggantikan Javier untuk menerima pukulanku ini. Orang itupun terkena pukulanku dengan telak tepat di dadanya dan langsung membuatnya terhempas bersamaan dengan Javier yang berada di belakangnya. Mereka berdua terhempas sangat jauh ke belakang hingga menabrak beberapa pohon sampai hancur.
Setelah itu, tidak ada serangan lagi yang dilancarkan kepadaku. Lalu aku pun melihat ke arah Enzo yang terlihat sedang terkejut.
"Apa cuma segini saja kekuatan yang kamu bawa, Enzo ? Bukankah tadi kamu bilang kalau kamu ingin membunuhku ?," tanyaku.
Enzo awalnya sempat terkejut namun kali ini raut wajahnya kembali normal.
"Aku terkesan kamu masih bisa sombong, Rid, tapi sadarilah posisimu sekarang. Saat ini kamu sedang terkepung oleh banyak orang. Meskipun kamu sudah mengalahkan 5 di antara kami, masih banyak orang yang sudah bersiap untuk membunuhmu," ucap Enzo.
Gadis yang aku tusuk dan terpental karena seranganku sebelumnya sudah kembali mendekatiku lagi. Di perutnya terdapat luka akibat serangan yang aku lancarkan kepadanya tetapi luka itu tidaklah dalam.
"Sialan kau, Rid Archie," ucap Javier.
Javier pun juga sudah kembali mendekatiku bersamaan dengan orang yang mengenakan tudung kepala tadi. Tapi kali ini tudung kepalanya sudah terbuka. Orang itu ternyata seorang pria muda yang sepertinya memiliki umur yang tidak jauh berbeda denganku. Di mulutnya terdapat sedikit bekas darah yang sepertinya dia baru saja memuntahkan sejumlah darah dari mulutnya akibat terkena seranganku. Tetapi aku sedikit terkejut saat melihatnya masih bisa bertahan dan bangkit kembali setelah menerima serangan itu. Padahal serangan itu mengenainya dengan telak tepat di dadanya, seharusnya dia sudah tumbang karena hal itu. Ini membuatku sedikit bingung, ada yang aneh dari pria muda dan gadis muda yang aku lawan tadi. Kemudian aku melihat ke sekitar, masih ada banyak orang yang mengepungku saat ini.
"Memang benar. Meskipun aku sudah mengalahkan 5 orang yang berpakaian seperti bandit, tetapi di sekelilingku saat ini masih ada 25 orang yang berpakaian seperti bandit, tapi aku tahu kalau mereka bukanlah bandit melainkan prajurit yang menyamar. Lalu seorang sopir yang mengantar kami yang merupakan prajurit yang menyamar juga. Selain itu, ada Enzo, Javier, pria muda dan gadis muda yang aku lawan sebelumnya. Ditambah masih ada 6 orang lagi yang mengenakan tudung kepala sama seperti pria muda yang aku lawan sebelumnya. Itu berarti total mereka ada 36 orang. Sepertinya cukup sulit untuk mengatasi mereka semua," pikirku.
Kemudian, Enzo secara tiba-tiba merapal sebuah mantra.
~Listrik yang menyengat, kurunglah kami dalam sangkar listrikmu~
~Electric Magic : Great Electric Cage~
Enzo membuat sebuah sangkar yang terbuat dari sihir listrik miliknya. Sangkar itu membuat kami semua terkurung di dalamnya.
"Dengan begini, kamu tidak akan bisa kabur, Rid. Karena siapapun yang berusaha kabur dari kurungan ini akan tersengat listrik yang sangat dahsyat," ucap Enzo.
Aku lalu memperhatikan keseluruhan sangkar ini. Sangkar ini berukuran sangat besar, mungkin hampir sepertiga dari luas hutan ini
"Bukankah sangkar sebesar ini akan membuat hutan ini menjadi mencolok ? Apakah kamu tidak mengira kalau ada kemungkinan orang lain akan mengetahui ada sesuatu yang aneh di hutan ini karena melihat adanya sangkar yang besar ini ?," tanyaku.
"Orang yang menyuruhku sudah memikirkan adanya kemungkinan itu, jadi dia juga mengutus beberapa orang untuk mengawasi area di luar hutan. Jika ada orang lain yang penasaran karena melihat adanya sangkar yang besar ini, orang-orang itu akan menjelaskan kalau di hutan ini sedang ada pembasmian hewan liar dan monster yang muncul di tempat ini. Dengan penjelasan seperti itu, tidak akan ada orang lain yang datang ke hutan ini. Jadi tidak ada satupun yang akan membantumu, Rid. Kamu juga tidak akan bisa kabur kemana-mana. Inilah akhir bagimu, Rid!," ucap Enzo.
Lalu aku pun tersenyum setelah mendengar perkataan Enzo.
"Kabur ? Tenang saja, aku tidak akan kabur kemana-mana," ucapku.
~San Fulgen Art Water Technique : Rain Swords~
~San Lucia Art : Snow Blade Dance Technique~
Aku mengaktifkan dan menggunakan kedua teknik itu secara bersamaan. Kemudian beberapa pedang es dan pedang air pun bermunculan mengelilingiku.
"Justru akulah yang tidak akan membiarkan kalian untuk kabur. Jika aku membiarkan kalian kabur saat ini, di masa depan nanti kalian pasti akan balas dendam terhadapku dan itu akan sangat menyusahkanku. Jadi aku akan menghabisi kalian semua disini," ucapku.
-Bersambung