"Bagaimana jika aku mencari 'Divine Elemental Spirits' yang lainnya dan mengajaknya untuk bergabung dengan kita ?," tanya Undine.
"Apa kamu bisa menemukan mereka, Undine ?," tanya tuan Raven.
"Kami memang tidak bisa berkomunikasi melalui telepati ataupun mengetahui keberadaan kami masing-masing, namun sebelumnya aku sudah pernah bilang kalau aku sebagai 'Divine Elemental Spirits' dianggap sebagai 'Bencana Berjalan'. Begitupun juga 'Divine Elemental Spirits' yang lainnya. Jika ada suatu bencana yang terjadi di suatu wilayah di benua utara, apalagi jika bencana itu berkaitan dengan suatu sihir elemen, maka sudah dipastikan kalau yang menyebabkan bencana itu adalah 'Divine Elemental Spirits'. Setelah mengetahui itu, aku bisa segera bergegas menuju tempat itu untuk menemukan mereka," ucap Undine.
"Sepertinya tidak mudah untuk menemukan mereka karena akhir-akhir ini tidak terdengar ada bencana dahsyat satupun yang terjadi di benua utara ini, kecuali karena ulahmu yang menghancurkan beberapa kota," ucap tuan Raven.
"Itu kan karena tuan yang menyuruhku. Memang tidak terdengar ada bencana lain yang terjadi akhir-akhir ini. Kelihatannya mereka berdiam diri di suatu tempat atau mereka menyamar dan menikmati hidup mereka sebagai makhluk lain," ucap Undine.
"Memangnya ada berapa 'Divine Elemental Spirits' yang berada di luar ?," tanya tuan Raven.
"Sebelum aku pergi meninggalkan 'Geestenland', sudah ada 'Divine Elemental Spirits' yang pergi dari 'Geestenland' yaitu 'Divine Fire Elemental Spirits, Magran', 'Divine Wind Elemental Spirits, Sylph' dan 'Divine Earth Elemental Spirits, Terra'. Lalu setelah aku pergi meninggalkan 'Geestenland', sepertinya ada 'Divine Elemental Spirits' lainnya yang pergi meninggalkan 'Geestenland' karena mungkin tidak senang dengan kepemimpinan 'Spirit Queen' yang baru," ucap Undine.
"Begitu ya. Para Spirit yang telah meninggalkan Negeri Roh juga tidak diperkenankan untuk kembali lagi ke Negeri Roh. Bukan begitu, Fee ?," tanya tuan Raven.
Tuan Raven bertanya kepada Fee karena Fee yang seorang peri sebelumnya tinggal di sebuah hutan yang bernama 'Himnaskogur'. Negeri Roh 'Geestenland' berada tepat di tengah hutan tersebut. Lebih tepatnya bukan Negeri Rohnya, melainkan jalan masuk menuju 'Geestenland' karena 'Geestenland' seperti sebuah Negeri yang berada di dunia yang terpisah dengan dunia ini.
"Itu benar, tuan. Sebelum saya pergi dari hutan tersebut, saya melihat ada beberapa roh yang berkeliaran di hutan tersebut. Mereka sebelumnya pergi dari 'Geestenland' dan berniat untuk kembali kesana. Tapi tidak diperbolehkan untuk kembali lagi ke 'Geestenland'. Makanya mereka hanya bisa berkeliaran di hutan 'Himnaskogur' atau pergi ke wilayah lain. Lalu saya bertanya dengan tetua peri dan mereka berkata kalau 'Spirit King' telah membuat keputusan agar para Roh tidak diperbolehkan keluar dari 'Geestenland'. Jika mereka keluar dari 'Geestenland', mereka tidak diperbolehkan untuk kembali lagi," ucap Fee.
Undine sangat terkejut ketika mendengar penjelasan Fee.
""Spirit King' ?," tanya Undine.
"Itu benar, nona," ucap Fee.
"Sebelumnya aku sudah bilang kalau pemimpin yang memimpin kami adalah seorang Ratu, 'Spirit Queen' kan ?," tanya Undine.
"Itu benar, Undine. Tapi bukankah wajar apabila ada Ratu, maka ada Raja juga ?," tanya tuan Raven.
"Tidak. Para roh sejak awal tidak mempunyai wujud yang tetap. Roh tingkat rendah biasanya hanya berbentuk seperti sekumpulan elemen tertentu dalam bentuk kecil. Roh tingkat menengah biasanya berbentuk dalam sekumpulan elemen dalam bentuk besar atau mereka membentuk diri mereka menjadi hewan-hewan atau bahkan 'Magic Beast'. Lalu Roh tingkat tinggi sepertiku biasanya mengambil wujud wanita yang berasal dari ras-ras lain, contohnya seperti aku yang mengambil wujud wanita manusia. 'Spirit Queen' pun juga begitu, beliau juga mengambil wujud wanita maka dari itu beliau dipanggil sebagai 'Spirit Queen',"
"Aku tidak pernah melihat atau bertemu Roh yang mengambil wujud laki-laki sekalipun dalam hidupku sejauh ini. Bahkan aku juga pernah membaca sejarah tentang 'Geestenland' ketika masih disana. Tidak ada sejarah yang mencatut kalau ada Roh yang mengambil wujud seorang laki-laki. Bahkan tidak ada yang namanya 'Spirit King' yang tercantum di buku sejarah itu. Jadi kenapa bisa ada 'Spirit King' saat ini ?," tanya Undine yang nampak bingung.
Mereka semua pun terdiam. Lalu tak berselang lama Fee pun mulai menjawab.
"Aku tidak tahu kenapa, karena aku hanya mendapatkan informasi tentang itu saja, nona Undine," ucap Fee.
"Tidak apa-apa, Fee," ucap Undine.
Lalu Undine menaruh tangan kanannya di dagunya seperti sedang berpikir.
"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan 'Geestenland' setelah aku pergi dari negeri itu," ucap Undine.
"Apa kamu mau pergi kesana, Undine ?," tanya tuan Raven.
"Tidak, tuan. Karena saat ini aku masih mempunyai tugas dari anda yang harus diselesaikan. Jadi bagaimana dengan saranku untuk mencari 'Divine Elemental Spirits' yang lain ?," tanya Undine.
"Saranmu itu bagus, Undine. Tapi pencarian mereka tidak akan kita jadikan prioritas karena kita tidak tahu keberadaan mereka. Daripada membuang-buang waktu untuk mencari mereka yang belum tentu dapat ditemukan, lebih baik kita sekarang fokus pada tugas kita masing-masing. Undine, kamu tetap harus fokus untuk menghancurkan kota-kota kecil yang berada di wolayah Holy Kingdom. Jika kita menemukan keberadaan 'Divine Elemental Spirits', baru kita bergegas ke tempat itu," ucap tuan Raven.
"Baik, tuan. Dan untuk kalian semua, apabila kalian bertemu dengan 'Divine Elemental Spirits' sepertiku, aku harap kalian tidak nekat untuk melawannya. Jika tuan Raven atau tuan Nexus yang bertemu dengan Roh itu, aku yakin kalau mereka berdua dapat mengalahkannya, tetapi aku meragukannya jika itu adalah kalian. Aku sarankan kalian untuk menghubungiku, tuan Nexus dan tuan Raven apabila bertemu dengan Roh itu. Jika kalian nekat melawannya, kalian sudah pasti akan mati dan organisasi ini pastinya akan membutuhkan komandan baru setelah kalian mati," ucap Undine.
Mereka semua pun terdiam mendengar perkataan Undine. Mereka tidak mengiyakan dan juga tidak menolak.
"Nexus, sebelumnya kamu mendapatkan tugas untuk mengawasi pergerakan iblis yang berada di perbatasan darat yaitu di pegunungan Nebula Mortis. Setelah ini, bisakah kamu pergi ke perbatasan laut yaitu wilayah yang berada di dekat laut Sangu Mare ? Aku juga ingin kamu mencari informasi tentang cara memasuki kerajaan Siren yang berada di bawah laut Sangu Mare," ucap tuan Raven.
"Baik, tuan. Saya akan melaksanakan tugas dari anda," ucap Nexus.
"Bagus. Kali ini, aku yang akan pergi ke pegunungan Nebula Mortis dan pergi ke wilayah Iblis. Aku akan berusaha membawa beberapa Iblis tingkat menengah dan tingkatbtinggi agar bisa digunakan oleh Melgus dan Debora," ucap tuan Raven.
Mendengar itu, mereka semua pun terkejut.
"Bukankah itu terlalu berbahaya, tuan ?," tanya Feline.
"Jika anda ingin pergi kesana, maka kami akan menemani anda," ucap Irraldoi.
"Kalian tidak perlu khawatir, aku sendiri sudah cukup untuk pergi ke wilayah iblis. Lagipula kalian juga punya tugas masing-masing, jadi kalian fokuslah pada tugas kalian nanti," ucap tuan Raven.
"Baik, tuan," ucap mereka semua.
"Nah karena kalian semua sudah melaporkan tugas kalian sebelumnya, maka pertemuan ini akan segera aku akhiri. Namun sebelum itu, apa ada dari kalian yang mau menanyakan sesuatu ?," tanya tuan Raven.
Mereka semua pun terdiam sesaat, tapi setelah itu Fee mengangkat tangannya.
"Saya ingin bertanya, tuan," ucap Fee.
"Pertanyaan tentang apa itu, Fee ?," tanya tuan Raven.
"Ada beberapa dari kami yang belum mendapatkan rincian tentang tugas baru yang akan kami kerjakan, meskipun tadi tuan Raven sudah bilang kalau kami akan mendapatkan tugas baru. Kapan kami akan mendapatkan penjelasan tentang tugas baru yang akan kami kerjakan ?," tanya Fee.
"Memang sebelumnya aku sudah menjelaskan tugas baru kepada beberapa dari kalian. Tapi untukmu, Ariu, Feline, Camella, Camia dan Saria, aku belum menjelaskan tentang tugas baru kepada kalian karena aku masih perlu untuk memikirkan tentang apa yang harus kalian lakukan di tugas baru ini. Kalian tenang saja karena aku akan segera memutuskan tentang tugas baru apa yang akan kalian lakukan sebelum aku pergi ke Nebula Mortis. Selama menunggu keputusanku, kalian tetap tinggal di kota ini dan jangan pergi kemana-mana," ucap tuan Raven.
"Baik, tuan," ucap Fee dan yang lainnya.
"Ada pertanyaan yang lain ?," tanya tuan Raven.
Feline pun mengangkat tangannya.
"Saya ada pertanyaan, tuan. Tapi pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan tugas ataupun tentang organisasi ini," ucap Feline.
"Pertanyaan tentang apa itu, Feline ?," tanya tuan Raven.
"Apa tuan Raven memiliki seorang anak laki-laki ?," tanya Feline.
Mendengar pertanyaan Feline, Nexus dan Undine pun terkejut. Sementara itu, tuan Raven terlihat hanya diam. Tuan Raven hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan itu. Sikap tuan Raven membuat Feline bingung.
"Tuan ?," tanya Feline.
"Tidak, Feline. Aku tidak memiliki anak laki-laki, memangnya kenapa ?," tanya tuan Raven.
"Tidak apa-apa, tuan. Hanya saja saat saya membantu Ariu untuk menyerang akademi di kerajaan San Fulgen, ada seorang murid laki-laki dari akademi itu yang menggagalkan kami dalam membunuh pangeran dan putri kerajaan San Fulgen dalam penyerangan itu. Sekilas, saya merasakan kalau ada sesuatu hal yang mirip antara murid laki-laki itu dengan anda, meskipun saya tidak tahu persis apanya yang mirip. Maka dari itu saya beranggapan kalau mungkin murid laki-laki itu memiliki hubungan dengan anda," ucap Feline.
"Hmmm begitu ya. Apa kamu memiliki foto murid laki-laki itu ?," tanya tuan Raven.
"Kebetulan saya membawa surat kabar yang rilis di kerajaan San Fulgen setelah penyerangan kami ke akademi itu. Di surat kabar itu banyak terdapat foto murid laki-laki itu," ucap Feline.
Feline pun mengambil surat kabar itu dari kantung pakaiannya. Surat kabar itu sudah dia lipat hingga bisa masuk ke kantung pakaiannya. Lalu dia pun memberi surat kabar itu ke tuan Raven.
"Ini, tuan," ucap Feline.
Tuan Raven pun menerima surat kabar itu dan langsung memperhatikan surat kabar itu.
"Hmmmm, tidak. Aku tidak mengenalnya sama sekali," ucap tuan Raven.
Tuan Raven nampak tidak peduli sama sekali dengan apa yang dimuat di surat kabar itu.
"Begitu ya. Maaf karena telah menanyakan tentang ini, tuan Raven," ucap Feline.
"Tidak apa-apa, Feline," ucap tuan Raven.
"Maaf, tuan. Apa boleh aku melihat surat kabar itu ?," tanya Undine tiba-tiba.
Sepertinya dia penasaran dengan surat kabar itu.
Tuan Raven pun memberikan surat kabar itu ke Undine, Undine pun langsung membaca dan memperhatikan surat kabar itu. Dia nampak fokus membaca surat kabar itu.
"Hmmm, sepertinya aku pernah melihat wajahnya ini," ucap Undine.
"Apa kamu mengenalnya, Undine ?," tanya Feline.
"Tidak, karena aku belum pernah bertemu dengannya. Tetapi aku pernah bertemu dengan seseorang yang mirip dengannya. Tapi sayangnya aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas,"
"Sepertinya pertemuan itu terjadi berpuluh-puluh tahun atau mungkin ratusan tahun yang lalu karena aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Yah, makhluk berumur panjang sepertiku tidak bisa mengingat dengan jelas sesuatu yang sudah terjadi dalam waktu yang lama," ucap Undine.
"Begitu ya," ucap Feline.
Pembicaraan antara Feline dan Undine pun terhenti.
"Apa pembicaraan kalian berdua sudah selesai ?," tanya tuan Raven.
"Sudah, tuan," ucap Feline.
"Baiklah. Apa ada dari kalian yang mau bertanya lagi ?," tanya tuan Raven.
Mereka semua diam. Tidak ada dari mereka yang ingin bertanya.
"Tidak ada ya. Kalau begitu, pertemuan kali ini akan kuakhiri,"
"Aku ingatkan kepada kalian untuk jangan terburu-buru dalam menyelesaikan tugas yang aku berikan kepada kalian. Tidak apa-apa jika proses tugas kalian berlangsung lama dan juga tidak apa-apa jika kalian mengalami kegagalan pada tugas yang aku berikan kepada kalian. Aku masih metolerir kegagalan yang terjadi pada tahap ini, tapi aku tidak metolerir kegagalan yang terjadi di tahap selanjutnya,"
"Kita memiliki 3 tujuan di tahap ini. Pertama, memperkuat pasukan dan kekuatan tempur organisasi kita. Kedua, menaklukan semua kerajaan yang berada di benua utara. Dan ketiga, melemahkan kekuatan tempur Holy Kingdom dengan menghancurkan wilayah-wilayah yang berada di dekat Ibukota mereka dan juga membunuh para Holy Knights,"
"Jika ketiga tujuan itu sudah tercapai, maka kita bisa lanjut ke tahap selanjutnya agar bisa mencapai tujuan utama kita. Setelah ketiga tujuan itu tercapai, kita akan menyerang ibukota Holy Kingdom dan menghancurkannya. Dan setelah itu, kita, 'Engill Forstorelse' akan mendeklarasikan perang dengan para Malaikat. Kita akan menghabisi para Malaikat itu dan menjatuhkan mereka ke bawah," ucap tuan Raven.
Tuan Raven nampak membara ketika membicarakan tentang itu. Terlihat kedua mata tuan Raven dari balik topengnya itu. Bola mata kirinya berwarna biru seperti bola mata pada umumnya, tetapi mata kanannya terlihat berbeda dengan mata kirinya. Bola mata kanannya berwarna emas dan terdapat bentuk menyerupai bulan sabit di dalam bola matanya itu. Ciri mata kanannya itu, sama seperti ciri mata yang dimiliki oleh para Malaikat.
"Tunggu saja kalian para Malaikat, aku pasti akan menghabisi kalian semua. Semua ini untuk membalas perbuatan kalian karena telah menghancurkan kerajaan Framtida," pikir tuan Raven.
-
Pertemuan mereka pun telah berakhir. Mereka yang sudah diberikan tugas baru langsung pergi untuk mengerjakan tugas baru itu. Sementara mereka yang belum mendapatkan detail tentang tugas baru, memutuskan untuk pergi berkeliling kota itu, salah satunya adalah Feline.
Terlihat Feline dan Fee sedang berjalan di lorong bangunan dan berniat pergi berkeliling di kota setelah menghadiri pertemuan itu. Saat mereka sedang berjalan menyusuri lorong itu, tiba-tiba Undine menghampiri mereka dari belakang.
"Tunggu, Feline," ucap Undine.
"Undine ?," tanya Feline.
Feline dan Fee pun berhenti.
"Ada apa, Undine ? Dan tumben sekali kamu datang menghampiriku dari belakang, biasanya kamu tiba-tiba muncul dan mengagetkanku," ucap Feline.
"Sepertinya kamu lebih suka jika aku muncul tiba-tiba dan mengagetkanmu ya," ucap Undine.
"Aku akan menghancurkan tubuhmu jika kamu melakukan itu," ucap Feline.
"Ahahaha. Yah lupakan soal itu, aku disini mau membicarakan tentang murid laki-laki yang kamu bilang mempunyai sesuatu hal yang mirip dengan tuan Raven. Aku sedikit penasaran dengannya, bisakah kamu menceritakan tentang murid laki-laki itu ? Kamu pasti sempat berhadapan dengannya kan ?," tanya Undine.
"Untuk apa aku menceritakannya padamu ? Jangan-jangan kamu berniat untuk pergi ke kerajaan San Fulgen dan mencari murid laki-laki itu ?," tanya Feline.
"Tidak, tidak, mana mungkin aku pergi ke kerajaan itu seenaknya tanpa perintah dari tuan Raven. Aku hanya penasaran saja dengan murid laki-laki itu karena wajahnya mirip dengan seseorang yang pernah aku temui dulu, meskipun aku tidak tahu detailnya. Jadi bisakah kamu menceritakan tentangnya, Feline ?," tanya Undine.
-
Kembali ke kerajaan San Fulgen.
Pada malam harinya di depan gerbang San Fulgen Akademiya, terlihat seorang perempuan yang membawa tas lumayan besar dan sebuah pedang sedang berdiri di depan gerbang San Fulgen Akademiya. Perempuan itu merupakan perempuan yang muncul di pelabuhan San Quentine kemarin malam.
"Sudah lama sekali ya. Semenjak aku lulus dari akademi ini, aku belum pernah sekalipun datang lagi ke akademi ini. Sepertinya akademi ini tidak banyak yang berubah,"
"Terakhir kali aku berada di akademi ini, aku adalah seorang murid, dan kini aku akan menjadi seorang prajurit yang menjaga akademi ini. Yah sepertinya pekerjaan ini lebih cocok untukku," ucap perempuan itu.
Perempuan itu lalu memperhatikan kalau kedua tangannya sedang gemetar. Tapi perempuan itu hanya membiarkannya saja.
"Nah sekarang, aku harus bertemu dengan kepala akademi terlebih dahulu," ucap perempuan itu.
-Bersambung
*Note : Halo para pembaca setia Peace Hunter. Saya ingin memberitahukan kalau mulai chapter selanjutnya, cerita akan memasuki tahun kedua akademi bagi Rid Archie dan teman-temannya. Karena semua 'event' seperti ujian, turnamen dan festival sudah diceritakan dengan rinci di tahun pertama, untuk tahun kedua ini saya berniat untuk mengskip beberapa dari 'event-event' itu. Saya hanya akan mengskip 'event-event' yang tidak ada suatu 'hal yang penting' di 'event' tersebut. Tidak hanya tahun kedua, tapi juga dengan tahun ketiga dan tahun keempat nantinya.
Tidak hanya itu, di kelanjutan cerita di akademi ini, saya berniat untuk membunuh beberapa karakter yang sudah muncul sebelumnya untuk perkembangan cerita selanjutnya. Nantikan terus kelanjutan ceritanya ya.
Itu saja yang ingin saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya.