Beberapa menit kemudian.
"Hmmmmm, orang ini juga tidak memiliki informasi yang aneh. Sepertinya bandit-bandit ini memang cuma kebetulan saja menyerang kereta kuda kita," ucap nona Karina sambil mencengkram kepala salah satu bandit yang tidak sadarkan diri.
Bandit itu tergantung dengan posisi terbalik dengan dililit oleh batang pohon yang keluar dari tanah. Tidak hanya bandit itu saja yang dililit oleh batang pohon, tapi ada banyak dari bandit-bandit itu yang dililit oleh batang-batang pohon yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Semua bandit yang dililit batang pohon itu dililit di bagian yang sama yaitu di leher mereka, lilitan di leher mereka membuat mereka tewas kehabisan nafas dan menghancurkan tulang leher mereka.
Selain mereka yang dililit, ada juga dari mereka yang tewas karena tertusuk batang pohon yang keluar dari tanah dan menembus tubuh mereka. Tubuh mereka tergantung di bagian atas batang pohon tersebut dengan lubang besar pada tubuh mereka. Dan sisanya tewas tergeletak di tanah dengan tumbuhan kecil yang tumbuh di jasad mereka. Kedua kereta kuda yang mereka bawa hancur dan kuda-kuda yang mereka bawa pun melarikan diri.
"Sepertinya mereka memang hanya kebetulan saja menyerang kita. Aku jadi kasihan melihat kondisi mereka yang seperti itu," ucap prajurit 1.
"Tidak perlu dikasihani orang-orang seperti mereka. Ketika mereka menyerang korban mereka untuk diambil harta bendanya, mereka juga tidak memiliki rasa kasihan kepada korban," ucap nona Karina yang baru saja selesai mencari informasi dari jasad-jasad mereka.
"Anda benar juga, nona. Tapi apa anda tidak apa-apa nona ? Kami minta maaf karena tidak bisa membantu," ucap prajurit 1.
"Tidak apa-apa, lagipula aku sendiri yang menyuruh kalian untuk melindungi kereta kuda," ucap nona Karina.
"Sepertinya selanjutnya anda perlu menambah jumlah prajurit yang akan mengawal anda apabila anda berpergian ke luar akademi lagi, agar tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini," ucap prajurit 1.
"Tidak perlu, aku ini bukan tokoh penting seperti seorang Duke ataupun Yang Mulia Ratu jadi tidak perlu pengawalan banyak-banyak," ucap nona Karina.
"Baiklah kalau begitu," ucap prajurit 1.
"Haruskah aku bilang kalau penyerangan bandit ke kereta kuda kita adalah hal yang beruntung ?," tanya prajurit 2.
"Beruntung apanya diserang bandit begini ?," tanya prajurit 1.
"Yah maksudnya, bandit-bandit ini dapat dengan mudah dihabisi oleh nona Karina. Tapi jika bandit-bandit ini malah menyerang orang lain yang lewat jalan ini dan bukan kita, bukannya akan tambah berbahaya ? makanya aku bilang kalau penyerangan bandit ke kereta kuda kita itu adalah hal yang beruntung," ucap prajurit 2.
"Kamu ada benarnya," ucap prajurit 1.
"Situasi ini tidak akan terjadi apabila 'Strom Leopard' melakukan tugasnya dengan benar. Jalan ini merupakan jalan utama dari kota San Estella menuju kota San Lucia dan daerah-daerah lainnya di San Lucia, bagaimana mungkin ada bandit yang bisa menyerang jalan utama secara terang-terangan begini ? Beruntungnya sekarang jalan ini sedang sepi dilalui orang tapi jika kejadian yang sama terulang kembali, aku tidak tau akan bagaimana nantinya. Pokoknya nanti kita laporkan kejadian ini kepada para 'Strom Leopard' ketika melewati pos jaga mereka," ucap nona Karina.
"Siap, nona," ucap kedua prajurit itu.
"Untuk jaga-jaga saja, sepertinya aku harus menceritakan soal ini kepada kakak juga. Jika aku hanya melaporkan kepada 'Strom Leopard', aku takutnya mereka hanya menerima laporannya saja tanpa ada aksinya sama sekali. Jika itu benar, kakak harus mengevaluasi seluruh pasukan ini," pikir nona Karina.
"Ayo kita mulai berangkat lagi, cuaca di tempat ini sudah mulai dingin karena kita sudah hampir sampai di kota San Lucia," ucap nona Karina.
"Bagaimana dengan jasad-jasad mereka, nona ?," tanya prajurit 1.
"Biarkan saja, nanti juga diurus oleh para 'Strom Leopard' saat kita melaporkan tentang ini kepada mereka," ucap nona Karina.
"Baiklah," ucap prajurit 1.
Lalu nona Karina dan kedua prajurit itu mulai menaiki kereta kuda kembali. Kereta kuda itu mulai bergerak dan mereka pun melanjutkan perjalanan mereka kembali.
Sementara itu, disaat kereta kuda yang ditumpangi nona Karina sudah berjalan cukup jauh meninggalkan jasad-jasad para bandit itu, muncul seseorang di tempat jasad para bandit itu berada. Orang itu hanya melihat ke arah kereta kuda yang ditumpangi nona Karina yang perlahan semakin menjauh.
-
Kembali ke akademi.
Saat ini, aku sedang berada di hutan akademi untuk patroli mencari pelanggar peraturan akademi. Sampai akhirnya aku pun menemukan pelanggar itu.
"Bagaimana bisa kau ada disini ?," ucap Charlos.
"Kira-kira bagaimana ya ? Ngomong-ngomong, kamu tidak berubah ya, padahal sebelumnya kamu sudah pernah dipergoki oleh senior Nadine dan sekarang kamu masih melakukan pemerasan lagi ? Karena sebelumnya kamu kepergok di perpustakaan, kamu sekarang melakukannya di tempat yang berbeda ya, kamu tidak ada kapok-kapoknya," ucapku.
Charlos dan ketiga temannya yang aku temui di perpustakaan dulu, saat ini tengah memeras seorang siswa laki-laki yang berbeda dengan siswa laki-laki sebelumnya. Beruntungnya kali ini aku memergoki mereka lebih dulu karena siswa laki-laki itu tidak terlihat mengalami luka sedikitpun.
"Tidak sopan sekali kau berbicara begitu kepadaku tanpa embel-embel 'senior'," ucap Charlos.
"Aku tidak memiliki rasa hormat kepadamu jadi aku tidak perlu memakai embel-embel 'senior'," ucapku.
"Brengsek, kalian semua, serang dia," ucap Charlos.
"Saat ini aku adalah anggota Elevrad jadi aku bisa menghajar kalian sepuasnya dengan alasan menegakkan peraturan akademi," ucapku.
Lalu aku pun mulai menghajar mereka satu persatu dengan pukulan dan tendanganku. Aku menghajar mereka tanpa senjata dan sihir sedikitpun.
"Sialan, karena kita saat ini tengah berada di luar ruangan, kita pakai saja sihir kita. Kita harus beri pelajaran kepada si brengsek ini," ucap Charlos.
"Penyalahgunaan sihir hanya akan menambah hukumanmu saja loh," ucapku.
"Bodo amat," ucap Charlos.
Mereka berempat mulai menyerangku dengan sihir mereka namun aku berhasil menghindari semua serangan mereka. Lalu aku mulai menghajar mereka lagi sampai akhirnya mereka semua tumbang setelah aku hajar.
-
Di ruang utama Elevrad.
"Begitu ya, jadi kamu berhasil menangani kasus pemerasan yang dilakukan oleh murid tahun ketiga," ucap senior Florian.
"Iya, senior," ucapku.
"Orang ini dan teman-temannya sudah sering melakukan pemerasan ke murid lainnya. Bahkan dia terkenal murid yang nakal di angkatanku. Hebat juga kamu bisa menangani mereka," ucap senior Florian.
"Ah tidak kok, itu biasa aja. Ngomong-ngomong, kapan senior Vyn dan yang lainnya kembali ke akademi ?," tanyaku.
"Sepertinya mereka besok sudah kembali tapi aku tidak tahu mereka kembali saat siang atau malam harinya. Tapi bisa kupastikan kalau lusa mereka sudah mulai beraktifitas di Elevrad lagi," ucap senior Florian.
"Begitu ya, terima kasih atas infonya, senior," ucapku.
"Sama-sama, kamu sudah boleh pergi, Rid. Terima kasih karena telah melakukan patroli hari ini," ucap senior Florian.
"Tidak masalah, senior," ucapku.
Lalu aku pun pergi meninggalkan ruangan Elevrad.
"Dilihat dari laporannya, mereka menyalahgunakan sihir untuk menyerang Rid yang ingin menahan mereka. Tapi Rid bisa mengalahkan mereka dengan tangan kosong. Mengalahkan keempat murid tahun ketiga dengan tangan kosong ? Jika dia sekuat ini dengan hanya tangan kosong, sepertinya akan sulit untuk berurusan dengannya," ucap senior Florian.
-
Malam harinya, di sekitar tembok bagian luar San Fulgen Akademiya.
Seorang prajurit yang bertugas untuk menjaga Akademi terlihat sedang patroli di sekitar tembok akademi. Para prajurit biasanya berpatroli karena takut ada penyusup yang masuk ke area akademi melalui tembok-tembok itu. Awalnya prajurit ini tidak menemukan adanya keanehan saat berpatroli namun saat terus berjalan berpatroli, prajurit ini memergoki seorang yang mengenakan jubah tengah melihat ke atas tembok akademi.
"Hei, apa yang kau lakukan disini malam-malam begini ?," tanya prajurit itu.
Namun orang yang mengenakan jubah tersebut tidak menanggapinya. Setelah melihat ke atas tembok itu, orang yang mengenakan jubah itu pun berbalik dan bersiap pergi. Namun prajurit yang memergokinya itu terlihat tengah bersiap untuk menyerang dengan memegang pedangnya.
"Tunggu, jawab pertanyaanku tadi," ucap prajurit itu.
Tapi orang yang mengenakan jubah itu tetap berjalan pergi dengan santainya tanpa memperdulikan prajurit itu.
"Aku bilang tunggu, brengsek," ucap prajurit itu.
Dia bergegas lari ke arah orang yang mengenakan jubah itu. Namun orang itu langsung berbalik ke arah prajurit itu dan dengan cepat menyerang prajurit itu dengan menggunakan telapak tangannya ke arah dada prajurit itu dengan sangat keras. Prajurit itu langsung mengeluarkan banyak darah dari mulutnya, dia pun langsung jatuh dan tumbang seketika.
"Kau ini daritadi berisik sekali, padahal aku hanya melihat-lihat saja," ucap orang yang mengenakan jubah itu.
Orang itu lalu melepaskan penutup kepala pada jubahnya. Orang itu ternyata adalah perempuan dengan kuping hewan yang menyerupai seekor jaguar. Ekornya juga keluar dari bagian belakang jubahnya. Tapi pada leher perempuan itu terdapat kalung besi yang menandakan kalau dia itu seorang budak.
"Aku awalnya diperintahkan oleh tuanku untuk menyusup ke akademi ini saat kepala akademi sedang tidak berada di akademi. Tapi...," ucap perempuan itu sambil melihat ke atas tembok.
"Alasan kenapa sulit untuk menyusup ke akademi ini pasti karena itu, sihir deteksi yang berada di atas tembok itu. Sihir deteksi itu mengelilingi keseluruhan tembok akademi. Sihir itu memang tidak bisa dilihat dengan cara biasa tapi untungnya mataku bisa melihatnya,"
"Jika aku langsung menyusup ke atas tembok itu, akademi akan tau kalau ada penyusup yang masuk ke wilayahnya. Meskipun banyak prajurit yang menjaga tembok bagian luar, tidak sulit untuk melewati mereka. Tapi bagian tersulitnya adalah harus melewati sihir deteksi ini,"
"Aku harus kembali untuk melaporkan tentang ini kepada tuanku," ucap perempuan itu.
Perempuan itu pun mulai pergi meninggalkan tempat itu dan menghilang di kegelapan malam.
-Bersambung