Chereads / Peace Hunter / Chapter 108 - Chapter 108 : Murid Terkuat Akademi

Chapter 108 - Chapter 108 : Murid Terkuat Akademi

Ketika hari Minggu, saat siang harinya aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan lagi. Selama 3 hari waktu libur ini, setiap siangnya aku selalu pergi ke perpustakaan karena perpustakaan merupakan tempat yang enak untuk menghabiskan waktu libur ketika tidak ada kegiatan.

"Halo, Rid," ucap senior Gretta.

"Halo juga, senior," ucapku.

Kadang-kadang setiap aku ke perpustakaan di hari libur, aku selalu bertemu dengan senior Gretta. Kami pun selalu berbagi meja ketika membaca di perpustakaan.

"Kamu baru keliatan hari ini, senior. 2 hari sebelumnya kamu tidak kelihatan di perpustakaan," ucapku.

"Kamu kemarin juga kesini ya ? Maaf ya, 2 hari kemarin aku sangat sibuk dengan kerjaanku di Elevrad jadinya tidak bisa datang ke perpustakaan. Kamu pasti kangen denganku ya ?," tanya senior Gretta.

"Tidak," ucapku.

"Jahatnya, ngomong-ngomong, bagaimana dengan ujian pertamamu ? apakah mudah ?," tanya senior Gretta.

"Ya begitulah," ucapku.

"Padahal kamu tinggal bilang saja kalau ujiannya mudah," ucap senior Gretta.

"Senior sendiri bagaimana ? apakah ujian pertama untuk tahun keempat itu mudah ?," tanyaku.

"Mudah kok, karena ujian pertama tahun keempat itu hampir sama seperti ujian tahun sebelumnya termasuk tahun pertama," ucap senior Gretta.

"Ujiannya dengan melawan boneka kayu ?," tanyaku.

"Bukan boneka kayu sih, ya intinya ujiannya sama-sama melawan boneka tapi tiap tahun angkatan itu memiliki tipe boneka yang berbeda untuk dilawan. Semakin tinggi tahunmu, semakin keras juga tipe boneka yang kamu lawan," ucap senior Gretta.

"Begitu ya, jadi bisa dibilang boneka yang dilawan murid tahun keempat di ujian pertama itu adalah boneka yang terbuat dari bahan yang lebih keras dari tahun-tahun sebelumnya ?," tanyaku.

"Ya begitulah," ucap senior Gretta.

"Untuk poin yang diberikan di ujian, apakah tiap tahun angkatan mendapatkan poin yang sama di setiap ujian ?," tanyaku.

"Sama kok, total poin yang didapat di ujian pertama untuk tahun keempat juga 2000 poin," ucap senior Gretta.

"Begitu ya," ucapku.

"Apa ada lagi yang mau kamu tanyakan tentang ujian ini ?," tanya senior Gretta.

"Tidak ada," ucapku.

"Apa kamu yakin ? apa kamu tidak mau menanyakan tentang ujian kedua di bulan Desember nanti ?," tanya senior Gretta.

"Tidak, aku lebih memilih untuk mengetahuinya sendiri nanti," ucapku.

"Baiklah, yah pokoknya setiap ujian yang dilakukan tiap tahun angkatan itu hampir mirip. Itu saja yang bisa kukatakan," ucap senior Gretta.

"Terima kasih atas infonya, senior Gretta," ucapku.

"Sama-sama. Ngomong-ngomong Rid, sudah berapa poin yang kamu kumpulkan sampai sekarang ?," tanya senior Gretta.

"Mungkin sekitar 13.000-14.000 poin," ucapku.

"Banyak sekali, padahal baru 3 bulan kamu berada di akademi ini. Yah itu wajar juga sih karena kamu juga tidak pernah kalah di pertandingan harian, jadinya poin kamu bertambah terus dan tidak pernah berkurang. Kalau kamu menang terus di pertandingan harian, menyelesaikan keempat ujian dan memenangi turnamen, bukan tidak mungkin kamu akan mendapatkan 60.000 poin di akhir tahun ajaran. Kamu bisa langsung mendapatkan lencana emas namun kamu tetap harus mengikuti urutan tahun ajaran akademi. Meskipun kamu berhasil mendapatkan 60.000 poin di akhir ajaran tahun pertama. Kamu tetap harus naik ke tahun kedua terlebih dahulu, walaupun kamu bisa mendapatkan lencana emas untuk naik ke tahun ketiga dengan poin tersebut," ucap senior Gretta.

"Begitu ya," ucapku.

"Tapi itu bagus bukan ? setidaknya kamu sudah mencapai target untuk naik ke tahun ketiga meskipun kamu harus menjalani tahun kedua terlebih dahulu," ucap senior Gretta.

"Ya itu benar sih, tapi itu jika sesuai dengan perkataan senior Gretta. Mungkin aku bisa memenangkan pertandingan harian terus-menerus dan menyelesaikan keempat ujian, tapi untuk turnamen akademi, aku tidak yakin," ucapku.

"Yah kamu memang benar, bukan hal yang mudah untuk memenangkan turnamen akademi karena kamu harus bertarung dengan murid tahun yang lainnya," ucap senior Gretta.

"Senior Gretta sendiri bagaimana ? apakah poin yang kamu kumpulkan sudah aman untuk mencapai kelulusanmu di akhir tahun ajaran nanti ?," tanyaku.

"Aku sudah mengumpulkan kira-kira 120.000 poin sih, tersisa 30.000 poin lagi. Sepertinya aku bisa mendapatkannya sebelum akhir tahun ajaran nanti," ucap senior Gretta.

"Apa senior Gretta pernah kalah di pertandingan harian ?," tanyaku.

"Tentu saja, bahkan ketua juga pernah kalah di pertandingan harian," ucap senior Gretta.

"Senior Vyn bahkan pernah kalah juga ? aku tidak menyangkanya," ucapku sedikit terkejut.

"Tapi itu dulu sih, sepertinya saat dia masih di tahun pertama atau kedua. Kalau sekarang aku belum pernah melihat dia kalah lagi. Yah bisa dibilang, saat ini ketua itu adalah murid laki-laki terkuat di tahun keempat atau mungkin di seluruh tahun angkatan di akademi ini. Tapi ada seseorang juga dari kelas yang sama dengan ketua yang mempunyai kekuatan yang setara dengan ketua. Meskipun begitu aku tetap memilih ketua apabila ada voting siapa murid laki-laki terkuat di akademi ini apabila pilihannya adalah ketua dan orang itu," ucap senior Gretta.

"Begitu ya, apa kamu dan senior Vyn satu kelas ?," tanyaku.

"Iya, kami satu kelas kok," ucap senior Gretta.

"Berarti kelas kalian diisi oleh orang-orang yang sangat kuat ya. Jika senior Vyn adalah murid laki-laki terkuat di akademi ini. Maka, kamu adalah murid perempuan terkuat di akademi ini kan ? Kedua murid terkuat berasal dari kelas yang sama," ucapku.

"Ah tidak, tidak. Murid perempuan terkuat di akademi ini bukanlah aku. Karena masih ada seorang murid perempuan yang lebih kuat dariku," ucapku.

"Kamu bukanlah murid perempuan terkuat di akademi ini, senior ? Aku mengira kamulah yang terkuat karena berhasil menghajar senior Vyn saat dia bertarung denganku," ucapku.

"Hahaha tolong lupakan soal itu. Tapi benar kok soal itu, aku bukanlah murid perempuan terkuat. Masih ada satu orang lagi yang lebih kuat dariku karena aku tidak pernah menang ketika melawannya. Tapi saat kamu bilang kelas kami diisi orang-orang yang kuat itu benar sih, soalnya murid perempuan terkuat ini satu kelas juga denganku dan ketua," ucap senior Gretta.

"Aku penasaran siapa orang itu," ucapku.

"Nanti kamu juga tau sendiri siapa orangnya," ucap senior Gretta.

Setelah itu, kami pun melanjutkan membaca buku yang kami bawa. Lalu beberapa saat kemudian, senior Gretta pun menutup bukunya lalu pamit.

"Aku kembali duluan ya Rid, hari ini aku hanya membaca sebentar karena sebenarnya aku masih memiliki kerjaan yang harus aku kerjakan di Elevrad," ucap senior Gretta.

"Begitu ya, sepertinya menjadi Elevrad sangat melelahkan ya," ucapku.

"Ya, apalagi aku ini adalah sekretaris Elevrad. Mungkin kerjaanku akan berkurang apabila Elevrad menambah anggota baru," ucap senior Gretta.

"Jangan bilang kalau kamu mau berusaha mengundangku lagi ?," tanyaku.

"Tidak, tidak, aku hanya menyampaikan pemikiranku saja apalagi belum ada murid tahun pertama yang bergabung dengan Elevrad jadinya kami kekurangan tenaga. Ketua kami hanya mengundang orang-orang yang menurutnya layak direkrut saja. Tapi orang-orang yang sudah kami undang belum memberikan jawaban apakah akan bergabung atau tidak," ucap senior Gretta.

"Sepertinya sulit ya," ucapku.

"Santai sekali kamu berbicara seperti itu padahal kamu adalah salah satu orang yang kami undang. Tapi yah situasi ini sudah sering dilalui setiap tahun, jadi aku sudah sedikit terbiasa," ucap senior Gretta.

"Sedikit, ya," ucapku.

"Tapi aku akan sangat senang apabila kamu menerima undangan untuk bergabung dengan Elevrad, Rid," ucap senior Gretta.

"Aku akan pikirkan soal itu nanti," ucapku.

"Jawabanmu selalu begitu terus. Ya sudahlah, aku mau pergi dulu. Sampai jumpa, Rid," ucap senior Gretta.

"Sampai jumpa juga," ucapku.

Senior Gretta pun pergi meninggalkan perpustakaan sedangkan aku terus melanjutkan membaca bukuku.

-

Malam harinya.

Di sebuah ruangan yang terlihat seperti ruangan pribadi, nona Karina tengah duduk sambil membaca dokumen-dokumen yang ada di mejanya. Tiba-tiba, kristal komunikasi yang ada di mejanya bersinar. Nona Karina pun segera mengambil kristal tersebut.

"Halo ?," ucap nona Karina sambil memegang kristal tersebut.

"Karina, ini aku," ucap orang dibalik kristal tersebut.

"Yang Mulia Ratu ? ah bukan, maksudku kakak. Ada perlu apa menghubungiku ?," tanya nona Karina.

Ternyata yang menghubungi nona Karina adalah Yang Mulia Ratu Kayana.

"Ada hal yang perlu kubahas denganmu tapi aku ingin membahas ini secara langsung. Bolehkah aku pergi ke akademi ?," tanya Ratu Kayana.

"Kebetulan sekali, aku juga ingin membahas beberapa hal denganmu, kak. Silahkan saja jika kamu ingin pergi ke akademi. Apa kamu akan membawa beberapa pengawal ketika pergi kesini ?," tanya nona Karina.

"Tidak, aku datang sendiri," ucap Ratu Kayana.

"Padahal kamu adalah seorang Ratu tapi yah meskipun kamu tanpa pengawalan, aku rasa kamu akan tetap aman, kak. Lagipula siapa yang mau macam-macam dengan penyihir terkuat di kerajaan ini ?," ucap nona Karina.

"Aku tidak tahu siapa yang memberiku julukan seperti itu. Padahal aku hanyalah perempuan lemah,' ucap Ratu Kayana.

"Ya, ya terserah kakak saja. Jadi kapan kakak akan kesini ?," tanya nona Karina.

"Sebenarnya...," ucap Ratu Kayana.

Tidak jauh dari gerbang depan Akademi, berdiri seorang wanita yang mengenakan topi di kepalanya sambil memegang sebuah kristal komunikasi.

"...Aku sudah berada di depan gerbang Akademi saat ini. Jadi, bisakah kamu datang kesini untuk menjemputku ?," ucap Ratu Kayana.

-Bersambung