"R-rid Archie, aku ingin meminta bantuanmu," ucap perempuan itu.
"Meminta bantuanku ? boleh saja, aku bisa membantumu kalau itu hal yang aku mampu. Jadi aku harus apa ?," ucapku.
"Hmmm itu..," ucap Lillian.
"Ada apa, katakan saja ? apa kamu masih panik karena ketahuan olehku tadi ?," tanyaku.
"Yah sedikit," ucap Lillian.
"Santai saja, wajar kok kalau kamu mengikuti seseorang ketika kamu ada perlu dengan orang itu dan menghampirinya ketika ada momen yang tepat. Akupun juga kadang suka mengikuti seseorang ketika ada perlu dan menghampirinya ketika dia sedang sendiri," ucapku.
"Tapi aku malah tidak menghampirimu dan berakhir ketahuan olehmu. Kesannya aku seperti ketahuan menjadi stalker," ucap Lillian.
"Sudah kubilang, aku tidak mempermasalahkan itu," ucapku.
"Baiklah kalau begitu," ucap Lillian.
"Jadi apa yang harus aku lakukan untuk membantumu ?," tanyaku.
"Ah itu... tunggu sebentar," ucap Lillian sambil mengambil sesuatu dari tas yang dia bawa.
"Tolong terima ini," ucap Lillian.
Aku pun mengambil barang yang Lillian kasih kepadaku.
"Sebuah surat ?," pikirku.
"Apa ini untukku ?," tanyaku.
"Tidak, bukan. Maksudnya tolong terima ini untuk disampaikan kepada orang yang ingin kuberikan surat itu," ucap Lillian.
"Begitu ya, lalu siapa orang yang ingin kamu berikan surat ini ?," tanyaku.
"....Noa Sigisbert," ucap Lillian.
"Untuk Noa ya, tapi kenapa kamu tidak memberikan surat ini sendiri ?," tanyaku.
"Sejujurnya aku ingin memberikan surat ini sendiri tapi aku tidak berani jika memberikan surat ini ketika dia sedang bersama teman-temannya namun aku tidak pernah melihat momen disaat dia sendirian dan aku juga tidak 1 kelas dengannya," ucap Lillian.
"Benar juga, aku tidak pernah melihatmu di kelas A. Jadi kamu beda kelas ya dengan kami, kamu di kelas berapa ?," tanyaku.
"Aku berada di kelas B," ucap Lillian.
"Oh kelas B," ucapku.
"Karena itulah aku berniat untuk menitipkannya kepada seseorang yang dekat dengan Noa. Dan aku kebetulan melihat kamu sedang sendirian makanya aku mengikutimu," ucap Lillian.
"Begitu ya," ucapku.
"Jadi begitu alasan dia mengikutiku, karena aku dekat dengan Noa dan sedang sendirian makanya dia mengikutiku dan berniat untuk menitipkan surat ini untuk diserahkan kepada Noa. Jika yang sedang sendirian adalah Charles atau Chloe, kemungkinan dia akan mengikuti salah satu dari mereka berdua," pikirku.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menyerahkan surat ini kepada Noa nanti," ucapku.
"Terima kasih," ucap Lillian.
"Apa ada lagi yang bisa aku bantu ?," tanyaku.
"Tidak, sudah tidak ada lagi. Kalau begitu, aku permisi," ucap Lillian.
"Baiklah," ucapku.
Lillian pun bergegas pergi menuju tangga dan sepertinya berniat meninggalkan perpustakaan ini.
"Saat dia bilang ingin meminta bantuanku, aku kira itu adalah sesuatu yang sulit untuk dikerjakan, ternyata hanya mengantarkan surat ini saja. Tapi surat untuk Noa ya, aku tidak tahu surat ini berisi apa tapi perempuan bernama Lillian itu tampak tidak memiliki niat jahat tersembunyi, jadi sepertinya akan baik-baik saja. Tapi Lillian Aurora Nielba ya, aku serasa pernah mendengar nama ini disebutkan tapi lupa dimana," pikirku.
Sekarang saatnya memergoki penguntitku yang lainnya, karena kali ini aku sudah tau siapa yang menguntitku, aku tidak perlu untuk mengagetkannya lagi.
"Kamu bisa keluar sekarang, Leandra. Aku tahu kamu bersembunyi disana," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, keluar Leandra yang sejak tadi bersembunyi di belakang rak buku.
"Aku ketahuan ya," ucap Leandra
"Apa yang sedang kamu lakukan dengan bersembunyi begitu ?," tanyaku.
"Aku hanya penasaran saja apa yang kalian berdua bicarakan. Bukan berarti aku mengikutimu dari awal loh, aku sejak tadi sudah ada di perpustakaan dan kebetulan melihat kalian berdua sedang mengobrol makanya aku memutuskan untuk bersembunyi dan mengintip kalian. Tapi aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang kalian bicarakan," ucap Leandra.
"Begitu ya," ucapku.
"Jadi apa yang kamu bicarakan dengan putri dari Marquess of Bibury ?," tanya Leandra.
"Putri dari Marquess ?," tanyaku kembali.
"Iya, Lillian Aurora Nielba, putri dari Adelmo Nielba yang merupakan Marquess of Bibury. Apa kamu tidak kenal siapa dia ?," tanya Leandra.
"Aku baru ingat kalau paman Isaac pernah memberitahu tentang putra-putri dari para bangsawan yang akan menjadi murid akademi di tahun ini, dan salah satunya adalah Lillian Aurora Nielba. Kenapa aku bisa lupa, padahal paman Isaac sudah memberitahu tentang dia yang akan masuk ke akademi dan Bibury merupakan daerah yang aku lewati ketika menuju San Estella dari desa Aston," pikirku.
"Aku baru pertama kali bertemu dengannya jadi bukannya wajar kalau aku tidak tahu ?," ucapku kepada Leandra.
"Yah itu wajar sih, aku saja diberi tahu oleh nona tentang siapa dia. Jika tidak diberi tahu mungkin aku juga tidak akan tahu siapa dia," ucap Leandra.
"Begitu ya," ucapku.
"Jadi apa yang kamu bicarakan dengan dia tadi ?," tanya Leandra.
"Tidak ada apa-apa," ucapku.
"Hooo lalu surat apa yang kamu pegang itu, apa jangan-jangan itu surat cinta ? Kamu nakal juga ya Rid, padahal kamu sudah resmi menjadi pasangannya nona tapi kamu malah berduaan dengan perempuan lain sampai mendapatkan surat cinta lagi. Yah meskipun hubungan kalian hanya pura-pura sih," ucap Leandra.
"Surat ini ? Lillian memintaku untuk menyerahkan surat ini ke Noa. Lagipula aku sudah tau kalau aku sedang berpasangan dengan Irene, kalaupun aku mendapatkan surat cinta dari perempuan lain kan belum tentu aku akan menerimanya. Namun, kenapa kamu malah membicarakan soal itu disini ? bagaimana jika ada yang mendengar soal itu ?," ucapku.
"Benar juga, maaf-maaf. Jadi surat itu untuk Noa Sigisbert dan kamu disuruh untuk menyerahkannya ? Apa itu surat cinta ?," tanya Leandra.
"Entahlah, aku tidak tanya lebih lanjut ke Lillian. Ah aku menyebut Lillian hanya dengan namanya saja, apa harusnya aku memakai embel-embel 'putri' ya ?," tanyaku.
"Sepertinya tidak apa-apa jika kamu memanggil hanya namanya saja, lagipula sepertinya dia bukan orang yang akan mempermasalahkan panggilan seperti itu," ucap Leandra.
"Iya, saat berbicara dengannya aku tau kalau dia bukan seperti orang yang membanggakan gelarnya. Tapi kalau Noa tau dia mendapatkan surat dari putri bangsawan tingkat atas, entah seperti apa reaksinya nanti," ucapku.
"Apa dia orang yang gugup ketika berhadapan dengan bangsawan ?," tanya Leandra.
"Yah dia bilang jika bangsawan yang mau berhubungan dengan dia adalah bangsawan yang baik, dia akan merasa gugup. Tapi jika bangsawan yang mau berhubungan dengan dia adalah bangsawan arogan, dia malah tidak merasa gugup dan malah bersikap marah. Sebelum akrab dengan Charles, Chloe dan Enzo sekarang, dia itu gugup saat mengobrol dengan mereka," ucapku.
"Begitu ya, yah kebanyakan orang biasa memang seperti itu ketika berhadapan dengan bangsawan. Tapi kamu kelihatan tidak seperti itu, Rid. Ketika berbicara dengan nona saja kamu terlihat biasa saja dan tidak gugup," ucap Leandra.
"Yah aku tidak terlalu memperdulikan status lawan bicaraku, jika yang ingin bicara denganku adalah orang yang baik, tentu saja aku juga harus berbicara yang baik kepada orang tersebut," ucapku.
"Heee begitu ya. Ngomong-ngomong, jika Noa itu mendapatkan surat dari seorang perempuan, sudah pasti itu sebuah surat cinta. Aku tidak menyangka kalau dia itu lumayan populer bahkan sampai mendapatkan surat cinta dari seorang putri Marquess," ucap Leandra.
"Yah mungkin saja seperti yang kamu bilang kalau ini sebuah surat cinta, tapi aku tidak terlalu memikirkan tentang surat apa ini sebenarnya, aku hanya disuruh untuk mengantarkannya saja," ucapku.
"Tapi kamu itu juga sangat populer bukan, Rid ? soalnya kamu menempati peringkat pertama di ujian masuk akademi, apa tidak ada murid perempuan lain yang memberikan surat cinta atau menyampaikan perasaannya kepadamu ?," tanya Leandra.
"Sejauh ini tidak ada," ucapku.
"Heee begitu ya," ucap Leandra sambil memikirkan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, Leandra-," ucapku.
"Panggil Lea saja," ucap Leandra yang tiba-tiba memotong omonganku.
"Baiklah kalau begitu, ngomong-ngomong Lea, tadi kamu bilang sebelum mengintip aku dan Lillian, kamu sedang berada di perpustakaan ini. Apa kamu hanya sekedar jalan-jalan saja ? atau memang ada buku yang sedang kamu cari ?," tanyaku.
"Ah soal itu, aku sedang mencari buku sihir yang bagus untuk aku pelajari. Seperti yang kamu tahu, kami ras Elf sangat tertarik dengan yang namanya sihir," ucap Leandra.
"Yah benar juga, lagipula kamu itu menggunakan tongkat sihir kan ketika bertarung ? Dan ras Elf itu mempunyai kapasitas mana yang normalnya lebih besar dari kapasitas mana milik manusia," ucapku.
"Benar, kamu tahu banyak juga ya, Rid," ucap Leandra.
"Yah aku hanya tau pengetahuan dasarnya saja," ucapku.
Saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba terdengar suara minta tolong yang nampak lirih.
"Tolonggg, jangan lakukan itu...," ucap suara yang nampak lirih dan pelan itu.
"Apa kamu mendengarnya, Lea. Seperti ada suara seseorang yang meminta tolong," ucapku.
"Ya aku mendengarnya meskipun suara itu pelan sekali. Darimana asalnya suara itu ?," ucap Leandra.
-Bersambung