"Impianku adalah.....membuat dunia ini kembali menjadi satu dan membawa kedamaian sepenuhnya ke dunia yang indah ini," ucapku.
"Membuat dunia kembali menjadi satu ?," tanya Lily.
"Dan membawa kedamaian sepenuhnya ke dunia yang indah ini ?," tanya Leandra.
Putri Irene, Leandra dan Lily nampak terkejut dengan impian yang kukatakan.
"Benar, oleh karena itu, untuk membuat dunia ini menjadi damai sepenuhnya, aku membutuhkan jabatan penting di kerajaan ini. Setelah mendapatkan jabatan yang penting si kerajaan ini, aku akan mulai dari merubah negeri ini terlebih dahulu. Lalu setelah itu menjalin hubungan perdamaian antara kerajaan ini dengan negeri lainnya satu per satu sampai semua negeri yang berada di wilayah kekuasaan malaikat menjalin hubungan perdamaian dengan kita. Lalu setelah itu, mencoba melakukan hal yang sama di negeri yang berada di wilayah kekuasaan iblis," ucapku menjelaskan.
"Pfffttttt,"
terdengar suara seperti orang yang sedang menahan tawa
"Hahahahahaha, menyatukan dunia dan membawa kedamaian sepenuhnya katamu ? Aku tidak percaya kamu bisa membicarakan lelucon seperti itu," ucap Lily yang tertawa.
Leandra juga tertawa mendengar impianku namun dia menahan mulutnya dengan tangannya agar suara tawanya itu tidak terdengar.
"Kamu bilang menyatukan dunia yang saat ini tengah terbagi dua dan dikuasai oleh Malaikat dan Iblis, jika kamu berniat melanjutkan impianmu itu dan mendapat penolakan dari kedua ras itu, kamu akan berhadapan dengan makhluk seperti mereka. Apa kamu tidak dengar tadi cerita tentang kedua ras itu ? Apa menurutmu manusia sepertimu bisa berhadapan dengan kedua ras itu jika impianmu itu terhambat karena penolakan dari kedua ras itu ? Makanya aku bilang kalau kamu sedang membicarakan lelucon. Lucu sekali," ucap Lily yang masih tertawa.
"Jangankan menyatukan dunia ini, menjalin hubungan perdamaian dengan negara lain sepertinya juga tidak mungkin. Aku rasa itu mungkin jika dengan negara-negara yang berada di dekat kerajaan ini, namun jika itu mencakup seluruh negara yang berada di wilayah kekuasaan malaikat aku rasa itu tidak mungkin," ucap Leandra.
"Aku tau kalau impianku ini terdengar seperti hal yang mustahil untuk dilakukan, tapi meskipun begitu aku akan tetap mencapai impianku itu," ucapku.
"Sepertinya kamu akan tetap mencoba meraih impianmu itu," ucap Leandra.
"Aku mengakui kalau kamu itu kuat Rid, tapi meskipun kamu kuat, aku tidak menyangka impianmu sekonyol ini," ucap Lily.
Mereka berdua pun terus tertawa.
"Kalian berdua, sudah hentikan," ucap putri Irene.
"Tapi nona, aku tidak bisa berhenti tertawa mendengar impiannya itu," ucap Lily.
Leandra pun mengangguk sambil tertawa.
"Aku bilang hentikan!," ucap putri Irene dengan nada mengancam.
Leandra dan Lily seketika langsung berhenti tertawa. Mereka terdiam ketakutan mendengar omongan putri Irene.
"Apa menurut kalian itu sopan menertawakan impian seseorang seperti itu ?," tanya putri Irene.
"Ti-tidak, nona," ucap Leandra.
"Lalu kalaupun impian orang itu konyol menurut kalian, apakah itu sopan langsung menertawakannya di depan orang tersebut ?," tanya putri Irene.
"Ti-tidak, nona," ucap Lily.
"Lalu kenapa kalian melakukan itu ?," tanya putri Irene
"Ma-maafkan kami nona, kami reflek tertawa karena baru kali ini kami mendengar impian seperti itu," ucap Leandra.
Lily pun mengangguk.
"Bukan kepadaku seharusnya kalian meminta maaf, tapi kepada Rid Archie, orang yang impiannya kalian tertawakan," ucap putri Irene.
Mereka berdua pun terdiam, lalu berbalik menatapku.
"Maafkan aku, Rid, karena telah menertawakan impianmu," ucap Leandra.
"Aku juga minta maaf, Rid," ucap Lily.
"Rid Archie, aku juga minta maaf sebagai nona mereka berdua. Tolong maafkanlah kami," ucap putri Irene.
Mereka pun membungkuk sambil meminta maaf kepadaku.
"Sudah tidak apa-apa, Putri Irene. Leandra dan Lily juga. Aku terima permintaan maaf kalian, jadi kalian bisa hentikan itu," ucapku.
Putri Irene, Leandra dan Lily pun berhenti membungkuk.
"Bukan kali ini saja impianku ditertawakan oleh orang lain. Saat aku masih di desa tempat asalku, setiap kali aku ditanya tentang impianku, aku menjawab begitu dan berakhir ditertawakan. Jadi aku sudah terbiasa menghadapi orang yang menertawakan impianku dan aku tidak marah kepada mereka. Memang impianku itu terdengar seperti hal yang sangat mustahil, menyatukan dunia. Benar kata Leandra, jangankan menyatukan dunia, menjalin hubungan perdamaian dengan negeri lain saja mungkin akan sulit. Meskipun begitu, aku akan tetap melakukan itu. Daripada marah kepada mereka yang menertawakanku, lebih baik aku berusaha untuk membuktikan kalau aku bisa menggapai impianku itu. Tapi aku terkejut karena kamu tidak ikut tertawa setelah mendengar impianku ini, putri Irene," ucapku.
"Seperti yang kamu tahu, aku disebut putri es karena ekspresiku yang selalu dingin jadi mustahil buatku untuk gampang tertawa. Tapi kalaupun aku bersifat ekspresif, impian seseorang itu bukanlah hal yang patut untuk ditertawakan," ucap putri Irene.
Aku sedikit terkejut mendengar perkataannya itu.
"Begitu ya, yah lagipula masih lama untukku melakukan impianku itu. Aku harus lulus dari akademi ini terlebih dahulu dan mendapatkan jabatan yang penting di kerajaan untuk merubah kerajaan ini," ucapku.
"Merubah kerajaan ini ya ? aku akan mendukungmu untuk itu. Aku pasti akan menepati janjiku nanti," ucap putri Irene.
"Terima kasih, putri Irene. Jadi bagaimana soal hubungan palsu kita ? apakah kita langsung mempublikasikan hubungan palsu kita besok ?," tanyaku.
"...," putri Irene terdiam.
"Anu, aku ada saran tentang itu," ucap Leandra.
"Saran apa, Leandra ?," tanya putri Irene.
"Bukankah terlalu cepat kalau kalian mengumumkan hubungan palsu kalian ? Karena pembelajaran akademi baru berlangsung selama 2 hari dan jika dihitung dari awal ujian masuk berarti baru 4 hari sejak kalian bertemu, bukankah mencurigakan kalau tiba-tiba kalian menjadi kekasih dalam 4 hari sejak bertemu," ucap Leandra.
"Kamu ada benarnya, untuk menjadi pasangan kekasih normalnya harus memiliki perasaan suka atau cinta terlebih dahulu dan itu mustahil untuk tercipta dalam waktu 4 hari saja. Apalagi aku dan putri Irene jarang berkontak langsung," ucapku.
"Benarkan ? kalau begitu, bagaimana kalau kalian mempublikasikan hubungan kalian setelah 1 bulan pembelajaran di akademi ? Aku rasa waktu segitu sudah cukup untuk menciptakan rasa suka yang akan membuat orang lain percaya kalau kalian sudah menjadi pasangan kekasih," ucap Leandra.
"1 bulan ya ? aku tidak masalah soal itu," ucapku.
"Aku juga tidak ada masalah," ucap putri Irene.
"Kalau begitu sepakat ya untuk mempublikasikan hubungan kalian dalam 1 bulan. Selanjutnya adalah setelah ini meskipun kalian belum mempublikasikan hubungan kalian apakah kalian ingin jadi lebih dekat saat di luar sana untuk membuat orang lain mengira wajar kalau kalian bisa berkencan karena sejak awal kalian sudah dekat atau kalian ingin tetap jarang kontak seperti biasa namun setelah kalian mempublikasikan hubungan kalian, itu akan membuat orang lain menjadi terkejut karena selama ini mereka tidak melihat kalian dekat satu sama lain," ucap Leandra.
"Keduanya aku tidak masalah sih, bagaimana menurutmu, putri Irene ?," tanyaku.
"Hmmm sepertinya aku lebih suka yang kedua, kita akan tetap jarang kontak selama sebulan sebelum mempublikasikan hubungan kita. Aku lebih suka melihat mereka terkejut karena hubungan kita padahal sebelumnya kita jarang kontak," ucap putri Irene.
"Begitu ya, kalau begitu aku juga pilih yang kedua juga," ucapku.
"Baiklah kalau begitu, kita sepakat untuk mempublikasikan hubungan kalian setelah 1 bulan pembelajaran di akademi," ucap Leandra.
"Iya," ucapku dan putri Irene.
-
Karena sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku pun memutuskan untuk pulang kembali ke asramaku.
"Karena pembicaraan ini sudah selesai, aku izin pamit untuk kembali ke kamarku," ucapku.
"Silahkan, Rid Archie," ucap putri Irene.
"Kalau begitu, selamat malam, Irene," ucapku.
".....," putri Irene hanya terdiam.
"Ah maaf kalau tidak sopan, karena kita nanti akan menjalani hubungan palsu, jadi aku ingin membiasakan diri untuk memanggil putri Irene hanya menggunakan Irene saja," ucapku.
"Tidak apa-apa. Kamu benar soal itu, kalau begitu aku juga akan memanggilmu Rid saja mulai sekarang," ucap Irene.
"Selamat malam, Irene," ucapku.
"Selamat malam juga, Rid," ucap Irene.
"Aku tau kalau hubungan kalian itu palsu tapi tolonglah jangan melakukan hal yang romantis di depan kami," ucap Lily.
Leandra pun mengangguk.
"Hahahaha, selamat malam juga Lily, Leandra. Aku pamit dulu," ucapku.
"Iya, selamat malam, Rid," ucap Leandra.
"Selamat malam," ucap Lily.
Aku pun pergi menuju pintu keluar lalu berhenti sejenak untuk merasakan apakah ada seseorang yang sedang berada di luar lantai ini. Setelah aku tau kalau tidak ada orang di luar lantai ini, aku pun pergi keluar dari asrama Irene.
-
Setelah beberapa saat Rid pamit, Lily dan Leandra pun juga pamit untuk kembali ke asrama.
"Nona, kami juga ingin pamit untuk kembali ke asrama kami," ucap Leandra.
"Ya sudah, kalau begitu," ucap Irene.
"Selamat malam, nona," ucap Leandra dan Lily.
"Selamat malam juga," ucap Irene.
Karena mereka berdua adalah asisten Irene, mereka berdua tidak perlu khawatir apabila saat keluar dari asrama Irene, ada yang melihat mereka.
Lalu mereka berdua pun pergi meninggalkan asrama Irene.
"Irene ya ? baru kali ini ada orang lain yang memanggil namaku tanpa menggunakan kata putri selain keluargaku dan Chloe," ucap Irene.
Lalu dia pun pergi ke kamarnya dan duduk di tempat tidurnya.
"Karena sekarang aku sudah mempunyai pasangan, aku tidak perlu khawatir lagi. Aku akhirnya bisa membatalkan keikutsertaanku pada acara itu," ucap Irene.
Setelah itu Irene terdiam, dia nampak sedang memikirkan sesuatu.
"'Membuat dunia ini menjadi satu dan membawa kedamaian sepenuhnya ke dunia yang indah ini' kah ? Sungguh impian yang sangat menarik," ucap Irene.
Tanpa sadar, dia tersenyum saat memikirkan perkataan itu.
-Bersambung