"Aku menyerah, aku mengaku kalah di latihan tanding ini," ucap putri Irene.
Tiba-tiba saja putri Irene menyatakan ingin menyerah.
"Menyerah ? Apa putri Irene yakin ?," tanyaku.
"Ya, semua serangan yang ku lancarkan barusan saja bisa ditahan olehmu. Kalaupun aku mengeluarkan seranganku yang lain, mungkin kamu juga bisa mengatasinya. Lagipula ini hanya latih tanding. Tidak perlu mengeluarkan seluruh kekuatan hanya untuk sebuah latih tanding," ucap putri Irene.
"Begitu ya, ya sudah kalau itu adalah keputusan putri Irene. Meskipun begitu, putri Irene juga kuat karena bisa menahan serangan ~Half Moon Slash~ ku barusan tanpa terhempas. Teknik itu aku gunakan kepada lawanku di pertandingan harian kemarin dan dia langsung terhempas setelah berusaha menahan serangan itu," ucapku.
"Begitu ya. Aku akan anggap itu sebagai pujian. Kamu juga hebat karena bisa menahan ~Freezing Air Slash~ ku meskipun pedangmu jadi seperti itu. Aku minta maaf soal itu," ucap putri Irene.
Putri Irene meminta maaf soal pedangku yang membeku karena serangannya tadi.
"Ah soal pedang ini ? Tidak apa-apa kok, aku bisa mengurusnya," ucapku.
~Flame Magic, Apply Magic Weapon, Flame Sword~
Aku mengubah pedangku menjadi pedang api dan melelehkan es yang menyelimutinya. Es pada pedangku pun meleleh.
"Sihir api ya ? Peserta yang kukalahkan di ujian masuk juga menggunakan pedang api untuk menahan seranganku. Namun pedang api itu tetap membeku dan hancur. Karena sihir apimu bisa melelehkan es ku itu, sepertinya sihir api mu berada di tingkat yang berbeda dari peserta itu," ucap putri Irene.
"Hmmm entahlah," ucapku.
"...Sepertinya masih banyak hal yang kamu sembunyikan. Meskipun begitu, kamu benar-benar orang yang menarik," ucap putri Irene.
Sekilas aku melihat kalau putri Irene nampak tersenyum ketika mengucapkan itu. Padahal selama ini dia hanya memasang wajah dingin tanpa ekspresi.
"Ngomong-ngomong, putri Irene. Kenapa kamu tidak latihan bersama kedua asistenmu ? aku pikir kamu kemana-mana selalu bersama kedua asistenmu," tanyaku.
"Tidak setiap saat aku bersama mereka terus. Saat berada di asrama juga aku tinggal sendiri. Aku tidak memaksa mereka untuk selalu berada bersamaku saat di akademi ini, mereka berdua bebas menjalani kehidupannya sebagai murid di akademi ini. Sama seperti latihan yang ku jalani sekarang, aku tidak memaksakan mereka untuk ikut latihan denganku pagi-pagi begini. Tapi kalau mereka ingin ikut latihan, aku memperbolehkannya," ucap putri Irene.
"Begitu ya. Kamu orang yang baik ya, putri Irene. Disaat bangsawan-bangsawan lain memperlakukan manusia lainnya atau ras lainnya sebagai budak. Kamu malah memperlakukan mereka sebagai anak buah yang diberi kebebasan," ucapku.
"....Ngomong-ngomong, Rid Archie. Apa saat malam hari nanti kamu ada kegiatan ?," tanya putri Irene.
"Saat malam hari ya, aku belum tau ada kegiatan apa. Untuk sore hari sih, aku ada pertandingan harian dengan Charles. Kenapa memangnya, putri Irene ?," tanyaku.
"....Kalau kamu tidak ada kegiatan. Sekitar jam 7 atau 8 malam bisakah kamu ke asrama ku ? Ada yang ingin kubicarakan denganmu," ucap putri Irene.
Aku sedikit terkejut mendengarnya.
"Kenapa putri Irene mengundangku untuk berbicara di asramanya ? Apa mungkin ini tentang pembicaraan yang ingin dia sampaikan tapi terhalang oleh orang lain terus ?," pikirku.
"Sebenarnya aku sudah sering ingin membicarakan tentang ini namun terhalang oleh kehadiran orang lain terus. Jadi aku ingin mengundangmu ke asramaku untuk membicarakan ini. Sekarang juga harusnya bisa namun tidak enak untuk membicarakan itu disini," ucap putri Irene.
"Ternyata benar tentang itu," pikirku.
"Baiklah, jika nanti aku tidak ada kegiatan, aku akan pergi ke asrama putri Irene," ucapku.
"Pastikan tidak ada yang melihatmu saat masuk ke asramaku," ucap putri Irene.
"Baiklah. Bagaimana kalau aku membuat tanda mengetuk sebanyak 5 kali ? Jika terdengar suara ketukan di pintu sebanyak 5 kali, itu berarti aku yang mengetuk pintumu. Agar kamu tidak mengira orang lainlah yang mengetuk pintumu," ucapku.
"Idemu bagus tapi aku tidak perlu itu. Aku bisa merasakan kehadiran seseorang melalui auranya. Jadi kalau ada seseorang yang mengetuk pintu asrama ku. Aku mengecek dulu aura seseorang itu apakah dia merupakan orang yang kukenal atau tidak. Setidaknya aku sudah tau auramu, jadi kalaupun kamu mengetuk pintu tanpa kode tadi, aku tau kalau itu kamu," ucap putri Irene.
"Begitu ya," ucapku.
"Ternyata putri Irene juga bisa merasakan kehadiran seseorang melalui aura ya, sama sepertiku," pikirku.
"Karena aku sudah cukup latihannya dan tidak ada yang ingin ku obrolkan denganmu lagi, jadi aku permisi dulu," ucap putri Irene.
"Baiklah, silahkan putri Irene," ucapku.
Putri Irene berjalan pergi meninggalkan tempat latihan, namun dia tiba-tiba berbalik dan menanyakan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, jam berapa kamu bertanding melawan pangeran Charles ?," tanya putri Irene.
"Rencananya jam 4," ucapku.
"Jam 4 ya, aku akan ikut menontonnya nanti," ucap putri Irene yang langsung berjalan pergi.
Putri Irene pun berjalan menuju tangga untuk naik ke lantai 1. Saat berjalan di tangga, dia sambil memegang dan melihat rapiernya. Dia melihat kalau rapiernya mengalami retak yang lumayan besar.
"Sepertinya aku harus mengganti ke rapier yang baru," ucap putri Irene.
-
Setelah beberapa menit putri Irene meninggalkan tempat latihan. Aku pun juga menyudahi latihan dan pergi dari tempat latihan itu untuk menuju ke asrama. Saat sampai di asramaku, aku langsung pergi mandi dan menyiapkan sarapan setelah ku mandi. Lalu langsung beres-beres dan berganti pakaian ke seragam akademi. Setelah itu aku pun pergi ke akademi dan menuju gedung tahun pertama.
Saat aku sampai di kelas, kelas masih sepi hanya ada beberapa siswa saja yang sudah masuk. Lalu murid-murid yang lainnya pun datang termasuk Charles, Chloe dan Noa. Setelah murid-murid datang, tuan Alan pun memasuki kelas dan memulai kelas hari ini.
Tidak ada kejadian khusus yang terjadi dari awal masuk kelas, saat makan siang ataupun saat pelajaran kelas terakhir. Sampai akhirnya pelajaran hari ini pun berakhir tuan Alan meninggalkan kelas.
"Apakah ini sudah waktunya ?,"
"Belum woi, pertandingan mereka masih 1 jam lagi,"
"Aku tidak sabar untuk menontonnya," ucap para murid yang sepertinya tidak sabar untuk menonton pertandinganku dan Charles.
"Hei Rid, karena pertandingannya dimulai jam 4. Apa kamu mau kembali dulu ke asrama ?," tanya Charles yang menghampiriku.
"Iya, aku ingin ke asrama dulu berganti pakaian. Bagaimana denganmu, Charles ?," tanyaku.
"Aku juga berniat begitu, bagaimana kalau kita ke asrama bareng ?," ucap Charles.
"Baiklah," ucapku.
Kami pun kembali ke asrama terlebih dahulu, kali ini Enzo dan Kotaro juga ikut bersama kami. Kami pun akhirnya sampai di asrama dan aku memasuki kamarku untuk berganti pakaian dan menaruh tas. Setelah itu, aku keluar lagi dari kamarku sambil membawa pedangku dan bersiap untuk bertanding. Saat aku keluar dari kamarku, terlihat Charles juga sudah keluar dari kamarnya.
"Sepertinya kamu sudah siap ya, Rid," ucap Charles.
"Begitupun juga denganmu," ucapku.
Lalu Chloe, Noa dan Enzo pun juga kelar dari kamarnya masing-masing. Lalu kami pun segera pergi menuju akademi. Saat di gerbang asrama, kami bertemu dengan Kotaro yang menunggu kami. Karena Kotaro berbeda lantai dengan kami, jadinya dia menunggu di gerbang asrama. Lalu kami pun berjalan menuju akademi dan berjalan lagi menuju gedung tahun pertama. Lalu kami menuju lantai 2 gedung tahun pertama untuk melihat apakah di arena lantai kedua ramai oleh murid yang lain atau tidak. Saat kami pergi ke lantai kedua, ternyata arenanya sangat ramai dipenuhi oleh murid tahun pertama.
"Ini dia bintang utama kita hari ini,"
"Pangerannn,"
"Riddd," ucap para murid yang lain.
"Aku tidak menyangka kalau yang menonton akan sebanyak ini, sepertinya seluruh tahun pertama akan menonton pertandingan ini," ucapku.
"Hahaha aku juga tidak menyangka kalau pertandingannya akan semeriah ini," ucap Charles. Karena kami akan bertarung jam 4 sore sementara sekarang belum jam 4 sore, arena pun masih dipakai murid lain untuk melakukan pertandingan harian.
"Tenang saja, Rid, pangeran. Kami sudah bilang ke semua murid untuk tidak bertanding saat jam 4 sore karena akan ada pertandingan yang seru untuk dinantikan. Jadinya di arena ini ataupun di arena lantai atas nanti saat jam 4 sore tidak akan ada yang bertanding kecuali kalian berdua," ucap salah satu murid.
"Begitu ya, jadi kalian sudah merencanakan ini," ucapku.
"Hahaha ya begitulah," ucap murid itu.
Jam pun akhirnya menunjukan pukul 4 sore, ini saatnya kami untuk bertanding. Kami pun menuju ke dalam arena untuk melakukan pertandingan.
"Kalahkan pangeran, Rid,"
"Pangeran, kalahkan Rid," ucap murid-murid yang menonton dari bangku penonton.
"Sepertinya kita berdua populer ya," ucap Charles.
"Jangan samakan aku dengan pangeran sepertimu, sudah jelas kamu yang populer," ucapku.
"Hahaha," tawa Charles.
"Pertandingan antara kalian berdua sepertinya jadi yang paling menarik sejauh ini, lihatlah jumlah penonton disana," ucap pengawas Elgin.
"Yah itu wajar tuan pengawas, karena yang akan bertanding adalah pangeran dari negeri ini. Jadinya banyak yang menontonnya," ucapku.
"Kamu terlalu merendah ya Rid, sudah jelas banyak yang menonton karena ingin melihat kemampuan murid peringkat 1 saat ujian masuk," ucap Charles.
"Hahaha kalian berdua terlalu merendah. Penonton banyak itu tentu saja karena ingin melihat kalian berdua, bukan salah satu dari kalian saja. Sudahlah lebih baik kita mulai saja pertandingannya. Rid Archie, apakah kamu sudah siap ?," tanya pengawas Elgin.
"Siap," ucapku.
"Charles Estella San Fulgen, apakah kamu sudah siap ?," tanya pengawas Elgin
"Siap," ucap Charles.
"Baiklah, kalau begitu pertandingan dimulai!," ucap pengawas Elgin
-Bersambung