Kami berempat pun melanjutkan perjalanan ke asrama.
"Tadi apa yang kamu bicarakan dengan putri Amelia, Charles ?," tanya Noa.
"Ya cuma berbicara tentang hal-hal biasa saja, seputar bangsawan," ucap Charles.
"Yah karena kamu adalah pangeran dan putri di kerajaan ini sepertinya wajar kalau kamu juga didatangin oleh bangsawan lain terutama putra dan putri Duke," ucap Noa.
"Apa hubungan kalian berdua baik dengan semua putra-putri Duke ?," tanyaku.
"Hubungan kami berdua dengan anak bangsawan lain baik kok. Walaupun Chloe itu pemalu untuk mengobrol dengan anak bangsawan yang lain. Tapi setidaknya kami tidak mempunyai masalah dengan anak bangsawan yang lain," ucap Charles.
"Kalau soal hubungan dengan putra-putri Duke. Putra-putri Duke kan ada banyak tapi kalau yang seumuran dengan kami berdua sepertinya hanya putri Irene saja yang tidak mau akrab dengan kami. Jangankan dengan kami berdua, dia bahkan tidak mencoba akrab dengan putra-putri dari Duke lainnya," ucap Chloe.
"Yah aku mengerti sih alasannya dia menjadi seperti ini" pikir Chloe.
"Begitu ya. Yah kalau kulihat sejauh ini sepertinya memang benar, aku tidak melihat putri Irene mencoba mengobrol duluan dengan kalian berdua," ucapku.
"Ya begitulah," ucap Chloe.
-
Kami pun akhirnya sampai di asrama dan menuju ke kamar kami masing-masing.
"Aku akan berganti pakaian dulu, abis itu temani aku untuk melakukan pertandingan harian ya ?," ucap Chloe.
"Siap," ucap Charles.
"Baiklah, kalau begitu aku juga akan berganti pakaian juga," ucapku.
Kami berempat pun memasuki kamar kami masing-masing. Saat masuk ke kamar, aku langsung menaruh tas dan senjataku. Karena aku sudah melakukan pertandingan harian tadi jadinya aku tidak perlu membawa senjata lagi. Lalu aku pun berganti pakaian dan setelah selesai aku pun keluar dari kamar.
Saat aku keluar dari kamar, aku melihat putri Irene yang hendak masuk ke dalam kamarnya. Putri Irene pun menoleh saat melihatku keluar kamar. Aku pun berinisiatif menyapanya.
"Selamat sore, putri Irene," ucapku.
".....Sore," ucap putri Irene.
"Apa kamu sudah melakukan pertandingan harian hari ini ?," tanyaku kepada putri Irene.
"...Sudah," ucap putri Irene.
"Begitu ya," ucapku.
Walaupun cuma mendapatkan jawaban singkat tapi setidaknya putri Irene menjawab pertanyaanku. Mungkin dia terganggu dengan ku yang tiba-tiba mengobrol dengannya padahal dia ingin segera masuk ke kamarnya. Jadinya aku memutuskan untuk tidak mengobrol dengannya lagi. Karena Charles, Chloe dan Noa belum keluar, aku memutuskan untuk menunggu di teras depan rumahku.
"Aku dengar kalau kamu besok akan bertanding melawan pangeran Charles," ucap putri Irene.
Aku kira putri Irene sudah masuk ke dalam kamarnya, dan sekarang dia yang mulai obrolan denganku.
"Hmmm yah, Charles sendiri yang menantangku sebelumnya. Katanya dia ingin mencoba melawan orang yang lebih kuat darinya. Sepertinya dia terlalu memandang tinggi diriku," ucapku.
".....Semua murid tahun pertama juga tau seberapa kuatnya kamu setelah pertarungan kamu melawan Javier sebelumnya..... Bahkan aku sendiri tidak yakin bisa menang melawanmu," ucap putri Irene.
"Bahkan sekarang putri Irene juga memandang tinggi diriku ya," ucapku.
"Setidaknya aku tidak asal menilai," ucap putri Irene.
Lalu keheningan pun sesaat terjadi di antara kita berdua sampai putri Irene memulai berbicara lagi, namun sebelum sempat berbicara. Terdengar kunci pintu yang dibuka dari sebelah kamar putri Irene, itu adalah kamar Charles.
".....Kalau begitu, aku permisi masuk ke kamar dulu," ucap putri Irene.
"Iya, silahkan putri Irene," ucapku.
Putri Irene pun masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya dari kemarin putri Irene ingin membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi denganku tapi terhalang akan kehadiran orang lain. Charles pun keluar dari kamarnya.
"Hei, Rid. Kamu sudah siap aja," ucap Charles.
"Iya, sepertinya Chloe dan Noa belum keluar dari kamarnya," ucapku.
Setelah ku mengatakan itu, Chloe pun keluar dengan mengenakan pakaian kasualnya dan membawa pusur panahnya.
"Kamu sudah siap, Chloe ?," tanya Charles.
"Iya, kak," ucap Chloe.
Lalu setelah itu Noa keluar dari kamarnya. Noa juga mengenakan pakaian kasual dan dia juga membawa senjatanya.
"Yo, kalian semua," ucap Noa.
"Kamu kenapa membawa tombakmu ? Apa kamu ingin bertanding lagi ?," tanyaku.
"Eh, lah owh iya kenapa aku bawa tombak ya ? tunggu sebentar, aku akan menaruh kembali," ucap Noa.
Setelah Noa menaruh kembali senjatanya, kami pun mulai bergegas pergi menuju gedung tahun pertama.
-
Sesampainya di gedung tahun pertama, kami langsung bergegas untuk naik ke lantai 2. Sesampainya di lantai 2, ternyata arena di lantai 2 lumayan ramai oleh murid tahun pertama yang ingin bertanding. Aku pun menanyakan ke salah satu siswa yang ada di bangku penonton.
"Permisi, kalau boleh tau apa semua murid tahun pertama bertanding di arena ini ?," tanyaku.
"Hmm eh Rid, pangeran dan putri juga. Apa yang mau kalian lakukan disini ?," ucap murid itu.
"Sudah jelas untuk bertanding. Tapi karena aku, Charles dan Noa sudah bertanding, kami kesini hanya menemani Chloe saja yang ingin bertanding. Sekarang jawab pertanyaanku yang sebelumnya," ucapku.
"Ah maaf. Awalnya memang kebanyakan murid-murid tahun pertama bertanding di arena lantai 2 setelah selesai belajar di akademi. Namun karena sudah lumayan banyak, mereka pun pergi ke arena lantai 3 sampai lantai 5. Putri es saja tadi bertanding di lantai 4 dengan kedua asistennya. Putri es benar-benar mengerikan, dia mengalahkan lawannya dengan satu kali serang lagi," ucap murid itu.
"Begitu ya. Terima kasih atas infonya," ucapku.
"Tidak masalah," ucap murid itu.
"Bagaimana ini Chloe, apa kamu mau bertanding di lantai ini saja ?," tanyaku.
"Hmmm ya disini aja walaupun lumayan banyak muridnya. Tapi sepertinya mereka cuma ingin menonton," ucap Chloe.
"Kamu sepertinya sedikit berubah ya Chloe, kamu seperti sudah tidak pemalu lagi," ucapku.
"Apakah begitu ? yah aku harus berusaha menghilangkan sifat pemaluku ini. Lagipula jika nanti aku yang menjadi ratu selanjutnya, aku harus menjadi ratu yang bersifat tegas dan bukan ratu yang bersifat pemalu," ucap Chloe.
"Begitu ya," ucapku.
Saat kami mengobrol, tiba-tiba ada murid perempuan yang bertanya kepada Chloe.
"Permisi, putri Chloe. Apakah putri Chloe ingin melakukan pertandingan harian ?," tanya murid perempuan itu.
"Iya benar," ucap Chloe.
"Kalau begitu, apakah kamu mau bertanding melawanku ? aku juga ingin melakukan pertandingan harian tapi aku belum mendapatkan lawan," ucap murid itu.
"Tapi apakah tidak apa-apa jika melawanku ?," tanya Chloe.
"Tidak apa-apa kok, putri. Kalaupun aku kalah setidaknya aku jadi tau kelemahan apa yang membuatku menjadi kalah. Kekalahan akan membuatku menjadi lebih kuat," ucap murid itu.
"Begitu ya, baiklah kalau begitu yuk kita bertanding," ucap Chloe.
-
Setelah beberapa saat, pertandingan pun selesai.
"Pemenang pertandingan harian ini adalah Chloe Estella San Fulgen," ucap pengawas Elgin.
"Bahkan putri Chloe juga berhasil menang di pertandingan harian,"
"Putri Chloe hebat,"
"Tapi apakah kalian menyadari seperti ada yang berbeda pada putri Chloe ?,"
"Hmm kamu benar, putri Chloe terlihat seperti berubah sejak pertandingan di ujian masuk. Terlihat sedikit lebih dewasa," ucap para murid yang menonton.
"Chloe sepertinya sudah sangat ahli menggunakan manipulasi sihir dan mana. Dia berkali-kali membuat anak panah tipuan kepada lawannya. Sepertinya dia sudah berlatih keras," ucapku.
"Yah Chloe memang anak yang giat berlatih jika menemukan teknik baru. Aku juga tidak mau kalah dengan adikku. Besok akan aku tunjukkan teknik-teknik yang tidak aku gunakan saat pertandingan melawan Noa, Rid," ucap Charles.
"Aku menantikannya," ucapku.
-
Chloe kembali ke bangku penonton.
"Karena waktu masih sore apa kalian mau berjalan-jalan dulu ?," tanyaku.
"Hmm boleh juga, gimana kalau sekalian nanti kita makan di pertokoan saja ?," ucap Charles.
"Boleh juga," ucap Noa.
Lalu kami pun pergi dari gedung tahun pertama untuk jalan-jalan di sekitar akademi. Kami berjalan berkeliling ke taman, hutan akademi dan juga danau. Setelah malam tiba, kami pun pergi ke kawasan pertokoan untuk makan disana. Setelah selesai makan, kami pun kembali ke asrama masing-masing.
"Terima kasih karena sudah menemaniku, kalian semua," ucap Chloe.
"Santai saja, Chloe. Lagipula memang kita sekalian berkeliling juga," ucapku.
"Itu benar," ucap Charles.
"Baiklah, kalau begitu aku mau masuk ke kamar dulu. Mau istirahat," ucap Chloe.
"Iya, silahkan," ucapku.
Chloe pun masuk ke kamarnya lalu Noa juga masuk ke kamarnya sendiri.
"Hmm kalau begitu aku juga mau masuk ke kamar. Jangan lupa soal pertandingan besok ya, Rid," ucap Charles.
"Iya, kayaknya kamu bersemangat sekali untuk besok," ucapku.
"Hahaha ya walaupun aku pasti tidak akan menang
Ya sudah aku permisi dulu," ucap Charles.
"Silahkan," ucapku.
Lalu Charles masuk ke kamarnya, aku pun juga pergi dan masuk ke kamarku. Setelah itu aku pergi beberes dan mandi. Selesai mandi, aku duduk di tempat tidur. Aku masih kepikiran soal penjelasan tuan Alan tentang sihir cahaya dan kegelapan. Lalu aku pun mengeluarkan 2 buah buku dari sihir ~Storage~ ku. 1 buku mempunyai cover berwarna putih dan satunya lagi berwarna hitam. Lalu aku menaruh kedua buku itu di kasur. Setelah itu, aku membuat dua buah bola sihir di kedua tanganku. Satu sihir berwarna putih di tangan kananku dan satu sihir berwarna hitam di tangan kiriku.
"Sihir cahaya dan sihir kegelapan ya,.....Pantas dulu kakek tidak memperbolehkanku untuk menggunakan kedua sihir ini di muka umum. Jadi begitu alasannya," ucapku.
-Bersambung