Di titik tertinggi pulau langit, Vermillion dan Robin mendarat di depan Poneglyph.
"Benar-benar ada Poneglyph di sini?" Robin yang terkejut melangkah maju lalu menyentuh Poneglyph itu.
"Terima kasih telah membawaku ke tempat ini... Tanpamu, aku mungkin sudah mati, dan sekarang Anda bahkan mau mengantar saya ke tempat Poneglyph berada." Robin tiba-tiba memeluk dermawannya dengan lembut.
"Sama-sama. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Aku sendiri tertarik dengan sejarah." Jawabnya sambil menepuk punggung gadis itu.
"Robin, kamu dapat tinggal dan mempelajari Poneglyph ini dulu, aku akan pergi untuk mengurus sesuatu. Nanti aku akan menjemputmu kembali." Setelah puas berpelukan, Vermillion terbang ke arah kerumunan yang ada di Shandora.
Meskipun kabar tentang kematian Enel telah tersebar, tapi para Shandia yang ingin mengambil kembali kampung halaman mereka tetap dihalangi oleh para pengikut Enel.
Tapi, dengan tidak adanya Enel, para Shandia yang ganas sama sekali tidak takut kepada para pendeta dan prajurit tersebut.
Ketika mereka sibuk berperang, Vermillion tiba-tiba mendarat di tengah zona peperangan tersebut.
"Cukup. Bisakah kalian berhenti berperang di wilayahku?" Katanya sambil mewujudkan bola cahaya di telapak tangannya.
"K-kaulah yang telah mengalahkan Enel!"
Melihat tubuh Vermillion yang diselimuti cahaya keemasan, Wyper menunjuk pria itu dengan ekspresi terkejut. Seketika, tubuhnya menegang dan kewaspadaannya naik.
Ketika anak buah Enel melihat kedatangan pembunuh "Dewa" mereka, mereka berhenti menyerang para Shandia sambil menatap tamu tak diundang itu dengan ekspresi ngeri.
"Halo, Dewa baru, kami tidak bermaksud menyinggung perasaan Anda." Keempat mantan pendeta Enel segera berlutut di depan sang Dewa baru tersebut.
Melirik mereka sekilas, Vermillion kemudian menatap ke arah para prajurit Enel yang melarikan diri setelah mencuri bongkahan emas. Menunjuk ke arah mereka, cahaya keemasan langsung dia tembakkan yang kemudian diikuti oleh suara ledakan yang memekakan telinga.
"Kamu bilang aku adalah Dewa baru?" Setelah mengatasi para pencuri itu, dia menoleh ke arah para pendeta.
"Karena Anda telah mengalahkan Dewa sebelumnya, secara otomatis Anda telah dinobatkan sebagai Dewa baru, dan kami bersedia untuk menawarkan kesetiaan kami kepada Anda."
"Tidak perlu. Yang pantas dihukum perlu mengikuti jejak Dewa lamanya." Ujung jari telunjuknya memancarkan cahaya, kemudian cahaya itu menembus para kriminal yang pantas dihukum. Adapun untuk sisa prajurit yang dipaksa oleh Enel dan dijadikan budak olehnya, mereka akan ditahan untuk sementara waktu dan kemudian dibebaskan jika pantas.
Para Shandian yang menyaksikan beberapa pendeta dan orang-orang Enel dibunuh dalam sekejap mata berkeringat sambil menatap pria itu dengan penuh kekhawatiran, "Apa yang Anda inginkan?"
"Mengklaim seluruh Skypiea." Jawabnya kepada Wyper.
"Shandora adalah tanah air kita, para Shandia!"
"Wyper, tenangkan dirimu." Braham segera menghentikan temannya.
Melepaskan genggaman temannya, Wyper menatap tajam Vermillion sambil berkata, "Tidak perduli seberapa kuat kamu, kami tidak akan memberimu pulau ini." Karenanya, dia bersiap menyerang lawan.
"Aku mengklaim tempat ini, tapi bukan berarti aku tidak mengizinkanmu, para Shandia untuk menempatinya."
"Apa?" Wyper terkejut, "Apa maksudmu?"
"Aku bukan Enel. Selama kamu mematuhi peraturanku, maka kamu dapat tinggal di sini dengan damai."
"Selama kami dapat menjalani kehidupan kami dengan baik... maka kami akan menerima peraturan Anda." Wyper yang awalnya ragu-ragu akhirnya memberikan keputusannya. Walaupun dia tidak takut kepada Vermillion, tapi bukan berarti dia mampu mengalahkannya. Jika dia tetap bersikukuh untuk menyerang Vermillion, korban yang Shandia derita akan sangat tinggi.
"Gan Fall, apakah kamu tetap ingin bersembunyi? Turunlah." Vermillion tiba-tiba menoleh ke arah suatu tempat.
Gan Fall yang mengendarai Pegasusnya turun perlahan, "Pemerintahan macam apa yang Anda rencanakan?" Tanyanya dengan gelisah. Jika bisa, dia tidak ingin Enel yang kedua.
-----
read chapter 190 on;
patréon.com/mizuki77