Chereads / Christmast Gift (Hadiah Natal) / Chapter 2 - 1 Persiapan Natal.

Chapter 2 - 1 Persiapan Natal.

"Sepertinya yang ini terlihat indah di tubuhku. Tapi model pada potongan lehernya membuatku terlihat sangat kurus. Itu membuat tulang selangka ku tampak menonjol." Ucap seorang wanita cantik di depan cermin yang terletak di dalam butik ini.

Aku mulai mendekatinya lalu dengan senyum yang mengembang di bibirku, maka aku mulai berkata. "Permisi nona, kalau anda mengijinkan, bolehkan saya memberikan anda saran?"

Wanita itu menatapku melalui cermin sambil mengangguk. "Tentu saja boleh."

"Gaun ini memang pas di tubuh anda karena warnanya cocok di kulit anda. Kalau saya boleh tahu gaya rambut apa yang akan anda gunakan saat mengenakan gaun ini?" Tanyaku kepada wanita yang menjadi pelanggan tetap di butik ini.

"Aku ingin menata rambut ku dengan style 'low updo' atau 'multiple chignon'. Kau tahu kan maksudku?" Wanita ini berkata kepada cermin yang memantulkan bayangan diriku.

"Tentu saja saya tahu. Itu adalah style sanggul yang modern dengan dihiasi jepitan rambut yang berbentuk bunga-bunga, bukan?" Tanyaku kepadanya untuk memastikan.

Dia mengangguk kan kepalanya seraya tersenyum. "Aku sudah memilki hiasan rambut itu dan aku sangat ingin memakainya."

"Anda bisa mencoba style 'half updo'. Anda cukup meminta stylist untuk membuat curly pada setengah panjang rambut anda. Setelah itu rambut anda di kepang dengan style 'half updo'. Stylist anda bisa menyematkan jepitan bunganya pada pangkal kepangan anda." Penjelasan ku berhenti karena wanita ini memotong ucapanku.

"Lalu apa hubungannya dengan gaun ini? Kau hanya memberikan solusi untuk menggunakan jepitan rambut ku." Wanita ini bertanya sambil menunjuk gaun yang ia kenakan.

Maka aku pun mulai melangkah maju mendekatinya. Sekarang kami pun saling berhadapan. Dengan sopan aku bertanya.

"Boleh kah anda melepaskan ikatan rambut anda?" Aku bertanya sambil melirik kearah belakang rambutnya.

Wanita itu tampak bingung. Tapi akhirnya dia melepaskan juga ikatan pada rambutnya. Rambutnya jatuh tergerai di belakang punggungnya. Aku mulai mengambil beberapa bagian rambutnya pada sisi kanan dan kiri. Lalu aku letakkan ke depan menutupi tulang selangkanya.

"Coba anda lihat, nona. Dengan begini anda bisa menutupinya. Apalagi kalau nanti rambut anda sudah ditata dengan style 'half updo', pasti anda terlihat menawan memakai gaun ini." Ucapku meyakinkannya.

Wanita ini tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun berwana putih gading adalah gaun yang akan dia kenakan di hari pertunangannya. Dia tampak puas dengan penjelasanku. Segera dia berjalan menuju ruang ganti, lalu mengganti pakaiannya. Aku mengikutinya dan membungkus pakaian yang dia serahkan kepadaku dari balik ruang ganti tersebut. Lalu dia berjalan menuju kasir dan membayar gaun yang telah aku bungkus dengan rapi kedalam paper bag.

"Terimakasih banyak atas saran mu." Wanita itu mengulurkan tangannya.

Sambil menyambut uluran tangannya aku berkata. "Sama-sama, nona. Terimakasih atas kunjungannya dan selamat datang kembali. Juga saya turut mengucapkan selamat bertunangan, nona."

************

********

*****

"Kau sungguh akan memakainya?" Tanya temanku kepadaku.

"Tentu saja." Ucapku kepada Katty.

Katty adalah sahabatku. Kami bekerja sebagai pelayan di toko butik yang berada di dalam Mall. LOU Mall adalah nama tempat ini.

"Tapi, kalau kau memang butuh uang, aku bisa meminjamkannya padamu. Apakah Abigail membuat masalah lagi? Apakah mereka menuntut ganti rugi dalam jumlah yang besar?" Katty terus bertanya kepada ku.

"Tenanglah nona Katty. Ini bukan seperti apa yang kau bayangkan." Ucapku, sambil merapikan kostum Santarina yang melekat di tubuh ku.

"Lalu mengapa kau mencari uang tambahan dengan memakai kostum ini?" Katty bertanya sambil membantuku merapikan kostum Santarina ku.

"Kau tahu kan kalau Natal tinggal beberapa hari lagi. Aku hanya berniat mencari uang tambahan untuk membelikan sebuah kado untuk Abigail. Natal tahun ini aku ingin merayakan bersama Abigail secara special. Aku akan membelikannya sebuah gaun yang cantik sebagai kado ulang tahunnya." Aku menjelaskan kepada Katty.

Seketika mata Katty melebar lalu ia menepuk pelan keningnya. "Owh, aku lupa kalau hari Natal adalah hari ulang tahunnya juga."

Aku pun tersenyum melihatnya. "Aku akan mengatakan kepada Abigail bahwa Aunty kesayangannya melupakan hari ulang tahunnya."

"Hei Emily, apakah kau ingin melihat Abigail marah padaku? Aku sudah menyiapkan kado Natal untuknya, tapi aku melupakan kado ulang tahunnya." Ucapnya sambil terkekeh.

"Baiklah, aku mau bekerja dulu. Ingat, nanti kita akan pulang bersama." Tanpa menunggu jawaban dari Katty aku berjalan keluar dari butik ini.

Aku berjalan menuju pohon Natal yang terletak di tengah Mall ini. Tugasku adalah menghias pohon Natal ini dengan menggunakan kostum Santarina. Aku juga akan membagikan kado kepada pelanggan yang mendapatkan kupon undian.

"Nona, saya ingin menukar kupon." Seorang pemuda berkata kepadaku.

Lalu aku turun dari kursi yang menjadi pijakkan ku. Tadi aku sedang menghiasi pohon cemara ini. Karena berada cukup tinggi aku memakai kursi untuk menggapainya. Saat akan turun aku kehilangan keseimbangan. Untungnya pemuda tersebut menangkap pergelangan tangan ku.

Dengan rasa malu aku berkata. "Terima kasih."

Dia tersenyum, lalu berkata, "Saya mendapatkan nomor undian 67".

Pemuda tersebut menyodorkan secarik kertas undian kepadaku. Lalu aku meneliti nomor undian tersebut. Aku mulai mencari nomor 67 di antara tumpukan kado yang terletak di akar pohon cemara ini.

"Ini adalah hadiah anda." Kata ku sambil menyodorkan sebuah kado berukuran cukup besar kepadanya.

"Bagaimana, apakah kau sudah menukarkannya?" Seorang wanita cantik menghampiri pemuda ini. Sambil medorong troli, sesekali wanita tersebut mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

wanita muda ini ternyata sedang hamil. Sepertinya, usia kandungannya lima atau enam bulan. Ternyata mereka adalah pasangan suami-istri.

Sambil menyodorkan kado tersebut kepada sang istri, "Kira-kira apa isi kado ini?"

Wanita yang sedang hamil ini meraih kado yang berada di tangan pemuda ini. Pemuda yang akan menjadi ayah ini berbicara kepada ku kembali.

"Terima kasih, nona." Ia tersenyum padaku lalu mulai mengambil kendali troli yang berada di samping istrinya. Dia mengajak istrinya untuk pulang sambil mendorong troli sementara istrinya masih memeluk kado tersebut.

Pemuda itu mengingatkan ku kepada seseorang. Dulu saat Abigail masih berada di dalam rahimku, kami juga sering belanja bersama. Dia akan mendorong troli sementara aku memilih perlengkapan calon bayi kami. Sesekali akan terjadi pertengkaran kecil karena dia bersikeras untuk memilih perlengkapan berwarna pink, tapi aku memilih warna biru. Dia meyakini kalau calon bayi kami adalah seorang putri, tapi aku mengatakan kalau kami akan memiliki seorang putra. Andai saja dia masih ada disini, mungkin perayaan Natal akan menjadi lebih indah bagiku.

************

********

*****

Aku mulai berjalan menelusuri jalan, lalu aku berbelok memasuki gang kecil. Tidak biasa bagiku untuk pulang sampai larut seperti ini. Karena biasanya aku mendapatkan shift pagi saat bekerja di butik. Dan aku akan pulang pada sore hari, sedangkan Katty mendapat kan giliran malam hari sampai Mall tutup. Sebagai Santarina aku boleh pulang setelah Mall tutup dan itu terjadi pada pukul sebelas malam. Katty memberitahukan kan ku melalui pesan text kalau dia diajak pacarnya keluar setelah jam kerjanya berakhir. Dan disinilah aku sekarang, berjalan sendirian menuju arah rumah ku. Kebetulan rumahku tidak terlalu jauh dari tempatku bekerja. Jadi aku bisa jalan kaki sekalian hemat ongkos, kan.

Rumahku sudah hampir kelihatan dari sini aku hanya perlu berjalan sebentar lagi. Tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya ada seseorang yang mengikutiku. Aku melihat ada seberkas cahaya melintas dari belakang punggung ku. Cahaya itu menyinari langkah kaki ku. Aku mempercepat langkah kaki ku.Tapi ada yang menarik tas ku dari belakang. Apa yang harus aku lakukan. Berteriak, lari atau berkelahi mempertahankan tas ku. Kalau aku berteriak mana ada yang dengar di jam seperti ini semua orang sudah tertidur. Jadi pilihannya adalah lari atau kah aku harus berkelahi dengannya?

*ToBeContinued*