Rumahku sudah hampir kelihatan dari sini aku hanya perlu berjalan sebentar lagi. Tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya ada seseorang yang mengikutiku. Aku melihat ada seberkas cahaya melintas dari belakang punggung ku. Cahaya itu menyinari langkah kaki ku. Aku mempercepat langkah kaki ku.Tapi ada yang menarik tas ku dari belakang. Apa yang harus aku lakukan. Berteriak, lari atau berkelahi mempertahankan tas ku. Kalau aku berteriak mana ada yang dengar di jam seperti ini semua orang sudah tertidur. Jadi pilihannya adalah lari atau kah aku harus berkelahi dengannya?
_________________________
_____________________
___________________
_________________
______________
"Kenapa menangis, Mom?" Suaranya berasal dari belakang punggung ku.
Sketika aku memutarkan tubuh ku ke arah suara itu berasal. Terlihat gadis mungil sedang mengenakan piyama dengan motif bunga sambil memegang senter. Tidak lama dari belakang gadis kecil ini tampak seorang wanita paruh baya.
"Aunt, Jane. Sedang apa kalian? Dan kau hei gadis kecil, Mom sedang tidak menangis." Sambil menghela nafas aku berucap.
"Mom, selalu saja mengelak kalau aku menanyakan apa alasannya menangis." Ungkap putri kecil ku Abigail.
Yah, Abigail adalah putri kandungku. Dia selalu saja memergokiku menangis setiap kali bila aku teringat pada mendiang suami ku. Di hari Natal tahun ini genap sudah dia meninggalkan ku selama delapan tahun bertepatan dengan hari kelahiran Abigail.
"Sungguh sayang, mom tidak menangis. Hanya saja mom sedikit terkejut karena ada orang yang mengikutiku. Kau pikir mom adalah orang yang cengeng yang harus menangis terus, hmm." Sambil berjongkok aku berkata kepadanya.
"Abigail bilang padaku kalau kau takut gelap. Dan kau sering menangis di dalam kegelapan. Maka dari itu dia memintaku untuk menemaninya untuk menjemput mu pulang ke rumah." Aunt Jane menjelaskan kepadaku.
Aunt Jane adalah wanita yang sangat baik. Aku bertemu dengannya delapan tahun yang lalu di sebuah rumah sakit tempat aku bersalin.
*FLASHBACK*
Aunt Jane sedang bekerja menjadi tukang bersih-bersih di rumah sakit tersebut. Selama masa pemulihan di rumah sakit kami sering mengobrol. Suatu ketika dia bertanya kepadaku.
"Hei, kenapa aku tidak pernah melihat keluargamu datang untuk menjengukmu?" Aunt Jane sedang merapikan tempat tidurku sambil berbincang denganku.
"Aku hanyalah seorang anak yatim piatu. Aku di besarkan di sebuah panti asuhan ,bu. Setelah dewasa aku mulai meninggalkan panti dan berkerja mencari uang untuk mencukupi kebutuhanan ku." Jawabku sambil menimang bayiku yang sedang berada di dalam gendongan ku.
"Lalu, dimana ayah bayimu itu? Kenapa dia tidak pernah menemanimu walaupun hanya sehari saja. Bukankah kau hanya berada di sini sampai empat atau lima hari saja, kan?" Saat berbicara, aunt Jane sedang memasangkan sprei baru pada kasurku.
Aku mulai berdiri dari tempat dudukku, lalu meletakkan bayiku yang sudah tertidur pulas ke dalam ranjang bayi. Lalu aku berjalan menuju arah jendela yang terletak di sudut ruangan itu.
"Suamiku meninggal saat perjalanannya menuju ke sini karena kecelakaan yang dialaminya, tepat saat aku sedang berjuang melahirkan putri kami. Hari itu terjadi pada malam Natal. Dan tahun ini adalah menjadi malam Natal kelabu di dalam hidupku." Aku merangkai kata-kata sambil menatap ke arah luar jendela. Tanpa terasa air mataku mulai bergulir.
Karena merasa iba aunt Jane menghampiriku lalu memelukku. Tangisan yang sedari tadi aku tahan pecah seketika. Setelah kejadian itu dia menawarkan diri untuk membantuku merawat putri ku. Dia merasa kasihan kepadaku karena aku mengingatkan akan dirinya yang memiliki seorang putri dan menjadi orangtua tunggal.
*FLASHBACK OFF*
"Mom, aku mengantuk." Suara Abigail menyadarkan aku dari lamunanku.
"Ayo kita pulang! Lagi pula kenapa sudah larut begini kau belum tidur." Aku mulai berdiri lalu menggenggam tangan putriku sembari melangkah berjalan menuju rumah kami.
Setelah sampai aunt Jane pamit untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumah aunt Jane berada persis di sebelah rumahku. Aku menyewa rumah yang berdekatan dengan aunt Jane yang kebetulan sedang tidak berpenghuni. Itu memudahkan ku untuk menitipkan putriku saat aku bekerja. Setelah selesai bekerja aku menjemput Abigail di rumah aunt Jane. Betapa beruntungnya aku selain rumah ini berdekatan dengan tempat tinggal aunt Jane, letaknya juga dekat dengan sekolah Abigail dan mall tempatku berkerja di tambah lagi aku mendapatkan harga sewa pertahun yang cukup murah.
"Good nite, mom." Ucap putriku sambil menarik tanganku agar aku sedikit menunduk untuk mencium pipiku.
"Nite, sayang." Balasku sambil mencium pipinya juga.
Abigail berjalan menuju kamar kami, maka aku mulai mengunci pintu rumah kami. Dengan segera aku mandi untuk membersihkan diriku dari bau keringat yang menempel pada tubuhku. Setelah selesai aku mulai tidur di samping putriku.
************
********
*****
"Mom, ayo bangun." Aku mendengar Abigail memanggilku dari arah luar kamar.
"Nanti, sayang. Lima menit lagi yah." Ucapku dengan mata masih terpejam. Karena pulang larut beberapa hari ini aku mulai merasakan kantuk yang sangat luar biasa.
"Sekarang sudah jam delapan pagi, mom. Apakah hari ini mom tidak bekerja?" Abigail mulai menarik selimut yang menutupi tubuhku.
Seketika aku sadar, sebenarnya siapa yang menjadi orangtua? Abigail sangat mandiri karna mengerti keadaanku yang harus bekerja, maka dia mencoba melakukan semua hal nya sendiri. Seperti saat ini dia sudah membawakan ku sarapan. Apa tadi katanya? Sudah jam delapan pagi? Seketika aku turun dari tempat tidurku. Lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
"Mom, sarapan bersama mu di meja makan saja, sayang." Jerit ku kepada Abigail dari dalam kamar mandi, aku mendengar suara Abigail mengiyakan perkataan ku.
Setelah selesai mengenakan seragam kerjaku, aku berjalan keluar dari kamar menuju ruang makan. Aku melihat Abigail sedang membaca buku diatas meja makan.
"Kenapa kau tidak sarapan duluan, sayang?" Tanya ku.
Abigail menutup bukunya. "Aku ingin sarapan bersama, Mom."
Putriku membuatkan sarapan kami dengan menyiapkan dua gelas susu dan dua potong roti di olesi dengan selai.
"Mom, mulai sekarang tidak perlu menitipkan ku kepada Grandma Jane lagi." Abigail memulai percakapan.
"Kenapa, sayang? Apa ada yang mengejek atau mengganggu mu di sekolah lagi?" Tanya ku dengan raut bingung di wajah ku.
Abigail pernah berkelahi dengan teman perempuannya karena sering mengatakan bahwa Abigail tidak punya ayah. Maka dari kejadian itu aku di panggil ke sekolah untuk berdamai dengan orang tua sang anak. Karena aku mendapatkan shift pagi maka aku meminta Katty untuk mewakili ku. Itulah sebabnya mengapa Katty berpikiran kalau aku membutuhkan uang untuk membayar ganti rugi terhadap Abigail.
"Tidak, bukan karena itu. Aku sudah besar sekarang. Besok kan aku akan berusia delapan tahun, mom." Ia berkata sambil menguyah roti.
"Tidak bisa sayang. Mom, masih pulang larut malam. Jadi nanti tidak ada yang mengawasimu. Apalagi sekarang kau sedang libur sekolah, siapa yang akan menemanimu di rumah seharian?" Tolakku secara halus.
Dia hanya diam sambil menatap kearah piringnya yang kosong. Aku segera bergegas menghabiskan sarapanku. Lalu membawa piring kotor kami, lalu aku mencucinya.
"Ayo, sayang. Persiapan barang-barang mu. Kita akan diskusikan itu lagi nanti setelah mom tidak dapat shift malam lagi." Ucapku sambil berjalan mengambil tasku yang berada di dalam kamar.
Abigail masih diam bahkan saat kami sudah berada di depan rumah aunt Jane. Aku ingin membujuknya tapi setelah kulirik jam di tanganku sepertinya aku akan terlambat.
"Mom janji nanti akan kita bicarakan lagi. Mom pergi dulu, baik-baik di sini yah. Bye, sayang." Aku menciuminya dan dia hanya menganggukkan kepalanya tanpa membalas ucapanku.
Aku bergegas berjalan keluar menuju tempatku bekerja. Setelah sampai di mall aku buru-buru berjalan menuju lift, tanpa sengaja aku menabrak punggung seseorang. Tampak seorang pria memungut handphone-nya yang terjatuh. Aku ingin mengucapkan permintaan maaf. Dari balik punggungnya aku melihat pria itu memeriksa handphone-nya. Lalu dia mulai memutar tubuhnya ke arah ku. Dia kemudian menatapku. Apakah dia marah?
*ToBeContinued*