Chereads / Story [Enhypen] / Chapter 2 - 02

Chapter 2 - 02

Bel istirahat sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, dan kini para murid termasuk jangmi menikmati waktu istirahat di kantin.

Jangmi yang sedang menikmati makanannya di kantin, dikejutkan dengan kedatangan seorang lelaki yang duduk di depannya dengan senyum cerah.

Awalnya jangmi tidak memperdulikan, tetapi lelaki itu terus menatapnya yang membuat mood-nya semakin memburuk setelah kejadian di kelas tadi.

"Mau lo a-" ucapan jangmi terhenti karena ibu jari niki sudah menempel pada sudut bibirnya dan setelahnya niki mengemutnya, "lo ga berubah ya dari dulu" ucapan riki membuat jangmi bingung sekaligus waspada akan sikap riki yang tiba-tiba.

Tangan riki terangkat lagi dan membelai rambut jangmi yang langsung ditepis kasar, "lo jangan kurang ajar!" bentak jangmi yang membuat riki tersenyum semakin lebar.

"Gue semakin yakin dengan sikap lo, kalau lo beneran orang yang gue cari selama ini" lagi, ucapan riki membuat jangmi bingung sekaligus menatapnya aneh. Bahkan jangmi mengira dan menganggap jika riki adalah orang gila.

"Ekhem, geser dikit gue mau duduk" titah seseorang yang tiba-tiba datang dan menyuruh jangmi untuk minggir karena ia ingin duduk di sebelahnya.

Walau begitu, jangmi tetap menurut, "lo kenal sama dia?" bisik lelaki di sebelah jangmi yang dijawab gelengan kepala.

"Siapa lo?"

"Seharusnya gue yang tanya, lo siapa sampai deketin jangmi gue?" tanya riki menantang, yang membuat lelaki di depannya terlihat marah. Bagaimana tidak marah, jika seorang lelaki yang tidak dikenal menganggap adiknya sebagai 'miliknya'?

Jangmi yang melihat itu, tangannya memegang tangan lelaki disebelahnya yang sedang terkepal kuat, siap memukul untuk menenangkannya, "jangan buat masalah di sekolah, inget kata-kata kakak" ujar jangmi yang membuat lelaki itu meredakan sedikit amarahnya.

Riki bisa melihat tangan jangmi menggenggam tangan lelaki lain di depannya dengan erat, muka riki sekarang memerah, cemburu dengan perhatian yang jangmi berikan pada lelaki dengan name tag 'Park Jungwon', "gue pergi dulu, sampai ketemu lagi ya by!" pamitnya karena tidak tahan melihat adegan yang tidak ia inginkan.

Jungwon menatap riki yang sudah pergi menjauh dengan tatapan jijik, "gue saranin lo jangan dekat-dekat sama dia. Kok bisa ya orang gila kayak dia masuk sekolah ini?"

Jangmi yang mendengar ucapan jungwon, kakak kembarnya hanya diam, menatap makananya datar sekaligus mual, ia sudah tidak nafsu makan sekarang.





"Toko buku?" tanya jangmi pada lelaki yang duduk di sebelah kasur kamarnya. Dan dijawab anggukan kecil, "kenapa gak ajak teman kak sunghoon aja?"

"Kamu yakin suruh kakak ajak mereka?" Sunghoon berbalik bertanya, dan membuat jangmi tertawa setelah memikirkan bagaimana sifat dari teman-teman kakak tertuanya itu.

"Udah coba ajak jungwon?" tanya jangmi lagi, seperti enggan menemani kakaknya untuk membeli buku, "dia ada ekskul taekwondo di sekolah"

"Oh iya, ini kan hari sabtu. Ehm, gimana ya kak? Aku ga bisa nemenin kakak beli buku soalnya aku ada janji temu sama teman sekelas" ujar jangmi jujur, tapi bisa juga dibilang bohong.

Sebelum kakaknya datang dan mengajaknya ke toko buku, ia mendapat pesan dari nomer tak dikenal yang bertuliskan 'gue tunggu ditaman bunga - ty'. Tadinya ia mengabaikan pesan tersebut, tapi setelah tulisan 'ty' ia langsung mengenali jika orang yang memberi pesan ingin bicara penting.

"Ya udah, kalau gitu kakak ke toko buku sendirian" ucapnya dan hendak pegi dari kamar adiknya, "jangan lupa kunci rumahnya!" titah sunghoon.




Kini jangmi sedang menunggu di taman yang sudah ditentukan oleh si pengirim pesan, tapi sudah 10 menit menunggu yang ditunggu belum datang juga.

Jangmi yang kesal sudah lama menunggu hendak mengirim pesan, tapi pundaknya sudah di tepuk dari belakang oleh seseorang. Jangmi menoleh melihat lelaki itu yang juga ikut duduk menatapnya dingin.

"Apa?" satu kata keluar dari mulut lelaki itu dengan watadosnya, yang membuat jangmi semakin kesal dan ingin memukulnya.

"Cepat mau bicara apa, kelamaan gue pukul lo!" lelaki di sampingnya bingung mendengar teriakan jangmi, "pms ya lo?" tanya lelaki itu santai.

"Beneran mau dipukul?"  tanya jangmi dengan menunjukkan kepalan tangannya yang siap memukul, "okei okei" ucap lelaki itu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dan tidak ingin dipukul.

"Gue dapet info kalau dia masih hidup, dan sekarang dia tinggal di negara ini, Korea. Tapi masih belum tau detail alamatnya"

"Terus?" tanya jangmi dengan wajah datarnya, "udah-" ucapan lelaki itu terhenti karena jangmi memukul keras perutnya hingga meringis kesakitan.

"Lo nyuruh gue ke sini cuma mau kasih info gitu doang?" tanya jangmi yang membuat lelaki itu bingung, "lo ga senang kalau dia masih hidup?"

"Info basi, gue udah tau duluan!"

"O-oh" jangmi menatap lelaki itu sinis karena tidak bisa menemani kakaknya membeli buku.

"Ck! Udah kan? Gue pergi dulu!" ujarnya yang ditahan oleh lelaki itu, "tunggu dulu sebentar! Gue mau kasih kejutan buat lo" jangmi menatap lelaki itu ragu.

"Mana!?" bentak jangmi tidak sabaran, "sabar! Nyelip nih di kantong" teriaknya membuat jangmi memutar bola mata malas.

"Duh, perut gue kok masih sakit sih!" gumam lelaki itu yang masih didengar jangmi. Jangmi sedikit tersenyum mmendengarny.

"Mana tangan lo?" titah lelaki itu yang langsung dituruti. Lalu jam tangan berwarna rose gold itu dipasangkan ke salah satu tangan jangmi, "apa ini?" tanya jangmi.

"Ini alat yang dibuat papa buat komunikasi lo sama kak sc dan hanya bisa di dengar sama orang-orang tertentu aja" jelasnya singkat, "hm? Cuma ke kak sungcheol doang? Kalo ke om kook-"

"Gak usah mimpi! Alat ini cuma bisa komunikasi ke 1 orang aja, kalo mau tunggu di upgrade sama papa" jangmi yang sudah senang karena dapat alat canggih dari papanya tiba-tiba hilang dengan penuturannya yang hanya bisa berkomunikasi dengan satu orang saja, "jangan lupa bayar!"

"Dasar taehyun pelit!"




"Makasih," ucap jungwon setelah menerima botol minum dari jangmi, "tapi tumben banget lo nemenin gue ekskul"  sambungnya setelah meminum habis sampai setengah botol.

"Di rumah gak ada orang, terpaksa gue ke sini" jawab jangmi malas yang membuat jungwon bingung, "bukannya ada kak sunghoon?"

"Kakak pergi beli buku. Tadinya gue mau ikut, tapi gue ada urusan" jungwon menaikkan salah satu alisnya, "urusan apa?"

"Kepo!" jungwon yang kesal mendengar jawaban jangmi, memukul kepala jangmi pelan, "pulang yuk! Udah sore nih" ajak jungwon yang diangguki jangmi.

"Tapi lo gak ganti baju dulu abis ekskul? Bau tau!" ledek jangmi yang diberi tatapan sinis oleh jungwon, "wangi gini kok! Kalau bau, gak usah ikut gue naik motor pulangnya. Jalan kaki aja sana, gampang kan?"

Jangmi yang akan protes dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggilnya. Anak kembar itu menengok ke asal suara, yang setelahnya membuat wajah keduanya masam karena yang memanggilnya adalah riki.

"Ngapain hari sabtu dia ke sekolah sih?!" kesal jangmi dengan kaki yang dihentak-hentakkan ke tanah, jungwon yang melihat tingkah jangmi menjawab, "yang gue dengar sih, dia ikut ekskul taekwondo juga"

"Sore jangmi, kebetulan banget kita ketemu di sini!" ujar niki yang memanggilnya tadi dengan tangan yang memang sengaja mengusak rambut jangmi pelan. Yang lalu dihempas kasar oleh jungwon.

"Kalau mau sapa, sapa aja. Gak perlu sampai pegang kepala orang, gak sopan!" ucap jungwon sinis.

"Terserah gue dong, siapa lo?" ucapnya menantang. Jungwon yang mendengarnya akan memukulnya, tapi sudah dicegah jangmi.

"Kenapa manggil gue?" riki tersenyum dan mengambil tangan kanan jangmi tanpa meminta izin, yang membuat jungwon meninjunya karena kesabarannya sudah habis.

"Jungwon! Kakak kan udah pernah bilang jangan buat masalah di sekolah!" bentak jangmi yang di sahut jungwon dengan alasan membela dirinya.

Riki yang melihat mereka sedang beradu mulut tanpa memperdulikannya yang sudah duduk di tanah dengan darah yang keluar di sudut bibirnya, membuatnya kesal.

"Lo gak mau bantuin gue, jangmi?" tanya niki yang membuat keduanya menoleh ke arahnya dengan tatapan yang berbeda-beda.