Chereads / Tempat tertinggi / Chapter 4 - Ch 3 : Organisasi Rahasia Yang Dirahasiakan

Chapter 4 - Ch 3 : Organisasi Rahasia Yang Dirahasiakan

Meninjau dari chapter sebelumnya.

Rudy yang telah selesai memeriksa file-file dari Bosnya tersebut, sekarang telah berjalan ke arah sofa didepan Tv, lalu dia duduk di sana.

Dan saat ini, Dina juga sedang duduk di sofa tersebut sambil menonton drama yang bahkan sang penulis pun tidak tahu apa judulnya tersebut.

Lanjut baca saja agar sobat pembaca tidak penasaran, sehingga mulai berfantasi yang aneh-aneh, hehehehe

=========================

Saat ini Saya telah duduk di samping Dina yang sedang menonton.

Yah, sebenarnya ada jarak kurang lebih satu meter diantara Kami berdua, sih.

Ehem, lanjut.

Setelah duduk, Saya pun mengeluarkan rokok yang sebelumnya Saya ambil dari atas tv. Kemudian, Saya menghidupkannya, lalu Saya menghisap rokok tersebut sambil menikmati suasana yang harmonis ini.

"Ehhhhh. Asap rokok Kamu tuh Rud? Nyebar kemana-mana gangguin kenyamanan orang aja." gerutu Dina sambil menampilkan wajah cemberutnya yang tetap cantik itu. Mendengar hal ini, Saya menoleh ke arah Dina dan menatapnya. Kemudian Saya pun meniupkan asap rokok yang Saya hisap itu ke arahnya.

Yah, ini adalah hal yang sering kali Saya lakukan ketika Saya dulu sedang nongkrong bareng sahabat-sahabat Saya, di tempat yang tidak pantas untuk Saya sebutkan itu! Ehem.

Hhmmmm, sekarang Saya malah teringat akan zaman-zaman masih SMA dulu...

"Gak nyaman? Kalo gak nyaman, ya tinggal cari posisi dan situasi yang bakal buat nyaman aja, kan? Fufufufufufufu" Saya membalas gerutuan Dina sambil sedikit menggodanya. Yah, Saya sedikit meniru gaya bos-bos mafia dalam drama yang tidak tahu apa judulnya itu.

"Ok!" jawab Dina pendek, sambil beranjak dan mendekatkan posisi duduknya ke arah saya.

Waduh!

Saya sedikit kaget dan secara refleks segera berdiri.

Tapi kemudian, Saya pun berpura-pura untuk membuang puntung rokok ke asbak yang kebetulan ada dimeja baca sebelumnya.

Heeemm . . . untung saja waktunya pas, sehingga kagetnya Saya barusan bisa diganti dengan adegan membuang puntung rokok, fyuuuhhh.

Lucu, kan, kalau nantinya si Dina tahu bahwa Saya gerogi jika ada di dekat Dia.

Yah, Saya harus tetap tenang seperti biasanya. Heemmmm.

Saya pun ber-simulasi didalam pikiran seperti biasanya. Lagian waktu ilustrasi didalam pikiran itu ratusan kali lipat lebih cepat dari kejadian per-kejadian yang terjadi dalam waktu normal dunia ini. Yah, semua ini menurut hasil riset yang telah Saya jalankan sendiri dengan banyak uji coba. Jadi, Saya sangat yakin dengan perhitungan Saya tersebut, Ehem.

Saya terus melakukan ilustrasi pemikiran cepat didalam pikiran sambil tetap fokus pada keadaan nyata dari waktu normal yang ada di dunia ini.

Hehehe, Saya memang sengaja menjelaskannya dengan kalimat yang demikian agar kesannya lebih keren, ehem.

Jujur, Saya memang sering gerogi dan merasa agak terancam jika Saya sedang berduaan dengan wanita cantik. Yah, hanya saat berduaan dengan wanita cantik, ya?

Sebenarnya bukannya tidak nyaman. Saya rasa, Saya hanya sedikit takut terbawa oleh kenyamanan lalu kemudian lupa akan prinsip-prinsip Saya yang idealis. Karena, sebagai seorang laki-laki sejati, Saya harus memiliki etika dan pendirian yang teguh! Uhghhh, dan Saya juga tidak bisa melakukan metode aman Saya yang biasannya terhadap Dina.

Yah, Karna Saya tidak bisa menyinggung perasaan Dia atau membuat Dia menyadari keadaan emosional Saya saat ini. Karena hal itu kemungkinan akan membuat Dia juga canggung di depan Saya.

Dan jelas, Saya tidak mau hal itu sampai terjadi.

Masih sambil terus berfikir, Saya mencoba untuk mendapatkan kembali ketenangan Saya, dan kemudian Saya pun memulai percakapan kami kembali.

"Oke, sebenarnya ada hal yang agak penting yang mau Saya bicarakan dengan Kamu. Yah, sebenarnya ini tentang pekerjaan yang Bos serahkan kepada Saya siang tadi." Saya berbicara kepada Dina dengan nada serius dan penuh formalitas.

"Ohhhh? Silahkan kalo memang ada yang mau kamu sampaikan" Dina menjawab dengan nada yang juga formal. Mungkin karena Dia sudah tahu apa yang akan Saya sampaikan saat ini adalah hal yang memang penting.

"Eee____Sebenarnya____ Emmmmnm____ Itu" Saya sedikit gagap, karena memang Saya agak bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan ini ke Dina. Karena, menurut perkiraan Saya reruntuhan Kuno ini adalah sebuah objek yang berfungsi sebagai pintu penghubung atau sesuatu seperti alat teleportasi!

Mungkin, yah. Karna dasar pemikiran semacam ini berasal dari hasil riset dan literatur yang telah Saya pelajari sampai saat ini. Karena menurut Saya, dunia yang kita tinggali ini merupakan bagian-bagian dari sub-ruang yang saling terhubung satu-sama lain.

Jadi menurut perkiraan Saya, situs itu merupakan media penghubung antar sub-ruang yang saling membentuk satu kesatuan dari Jagad Raya ini. Uhum.

Saya lanjut berfikir sambil terus menatap Dina, kemudian Saya berupaya untuk merangkai kalimat yang paling masuk akal agar Dia bisa memahaminya.

"Begini Din. Kamu kan sudah lama mengenal Saya. Kamu pun pastinya paham kalo Kamu juga sosok yang penting bagi Saya. Sama halnya dengan Keluarga dan Sahabat Saya, Kamu juga memiliki peringkat yang sama, ehem, mungkin." Saya berbicara kepada Dina dengan nada serius, tapi, entah mengapa Saya merasa bahwa pernyataan Saya ini sedikit ambigu.

Saya pun berusaha meyakinkan diri Saya dan melanjutkan percakapan ini, lalu Saya pun melepaskan kalung yang biasanya selalu Saya pakai, yang itu aslinya adalah simbol dari kepemimpinan suatu Organisasi Rahasia yang sangatlah sangat dirahasiakan!

Ok, lanjut.

"Intinya kemungkinan Aku bakal pergi lumayan lama. Yah, paling jeleknya mungkIn Aku gak bakal pulang lagi, Din." Saya berbicara kepada Dina, yang mana saat ini Dia masih saja diam sambil terus menatap ke arah Saya. Kedua matanya yang jernih itu seakan menarik Saya untuk bertindak lebih jauh melewati semua batasan yang selama ini telah Saya tetapkan.

Tapi! Saya pun kembali tersadar, kemudian Saya meraih tangan mungil Dina, dan Saya meletakan kalung tersebut di atas telapak tangannya.

Bersambung...