Chereads / Saple / Chapter 9 - Di Balik Bilik

Chapter 9 - Di Balik Bilik

Lama Bella berada di dalam kamar mandi. Ada rasa khawatir dalam hati wanita paruh baya yang menunggunya di luar.

Tok-tok-tok

Suara pintu kamar mandi di ketuk oleh Bi Ratih.

"Non." Panggil Bi Ratih dari luar.

"Non." Panggilnya lagi karena tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi.

"Non Bella tidak pingsan karena kedinginan kan?" Celetuk Bi Ratih.

Bibi sang ART memang pilihan keluarga Bella yang selalu tahu apa yang diharapkan oleh Sang Majikan. Bi Ratih sebenarnya memang bukan dari keluarga yang kurang mampu tapi karena sesuatu hal yang membuatnya menjadi ART sekarang.

"Lupa?" Kata Bella dingin kepada Bi Ratih berjalan keluar dari kamar mandi menyahut handuk di tangan ART itu.

Bella pun berlalu meninggalkan kamar mandi para yang terletak di dapur dengan wajah dinginnya. Menuju lantai atas ia sudah bisa berjalan cepat walaupun agak terpincangpincang.

Gadis ini bukan tidak memiliki sifat manja. Ada kalanya ia juga ingin diberikan kasih sayang. Dimengerti oleh orang yang ada di sekitarnya.

Cekleeek

Pintu kamarnya pun dibuka agak kasar oleh sang pemilik. Gadis ini segera mengganti pakaiannya yang basah.

Setelah selesai berganti pakaian ia terasa lebih baik. Berjalan menuruni tangga secara perlahan bukanlah kebiasaannya. Hari ini berbeda saat berjalan menuju taman belakang.

Daun telinganya menangkap sesuatu suara yang tidak lah asing buat dia. Obrolan yang terasa sangat familia di telinga gadis itu.

Mendengar perbincangan dengan orang di seberang sana tersebut hatinya sangat kecewa. Perasaan dan hatinya mulai berubah.

Bella semakin tertutup dan hatinya semakin dingin. Rasa kepercayaan pada semua orang kini sudah berubah kandas.

Bi Ratih tidak mengetahui bahwa seorang gadis sudah tahu mengenai semua percakapannya dengan Sang Tuan. Itu adalah Tuan Besar.

Bukan hanya Sang Tuan tapi dengan Nyonya Muda yang dicintainya. Percakapan dengan Nyonya Muda yaitu ibu kandung dari Bella belum sempat ia mendengarkan karena sebelum Sang Ayah Bi Ratih telah menghubungi Nyonya Azka terlebih dahulu.

Hubungan antara Sang Bibi dan Nyonya muda tidak seorang pun yang mengetahuinya. Hanya mereka berdua saja.

"Kenapa Bibi memberitahu kalau aku ada di sini." Ucap Bella lirih.

"Kenapa semua orang tak memahami ku?" Lanjutnya.

"Apa aku bisa hidup bebas seperti seekor burung?" Katanya lagi saat berjalan menuju tempat tidurnya yang super besar ukurannya alias King Size.

"Bibi sudah tidak bisa aku percayai lagi." Batinnya.

Pikiran yang menjalar kemana-mana membuatnya lelah. Bella akhirnya tertidur terlelap.

"Akhhhhh." Suara Bella menguap pelan dengan menutup mulutnya.

Kelakuan gadis ini memang agak sedikit mirip laki-laki. Ia mewarisi dan dididik mirip seperti seorang pria.

Pendiriannya yang kukuh serta tak mau kalah membuat semua orang kewalahan menghadapinya. Baik dari pemikiran ia selalu mempertahankan pendapatnya.

Apa yang Bella katakan atau pertahankan semuanya berdasarkan fakta. Tak pernah seorangpun yang bisa menyanggahnya.

Hati yang kini hilang sudah rasa kepercayaan pada semua orang yang Bella kenal. Buat dia sekarang sudah terlalu banyak hal yang disembunyikan di balik bilik dirinya.

Perasaannya kini sudah mulai membaik. Ia gadis ini bangun tidur mulai beranjak menuju kamar mandi.

"Aku tidak akan menyerah sampai disini!" Kata gadis cantik ini usai membasuh mukanya.

"Semua yang mereka rencanakan semuanya di balik bilik ku akan aku ikuti permainannya dengan bagus." Lanjutnya.

Pikirannya kini dipenuhi dengan kehati-hatian. Ia harus mempertimbangkan setiap langkah yang harus diambilnya.

Gadis itu kini keluar dari dalam kamar secara perlahan. Ia berusaha bertingkah seperti biasanya.

Bibi sedang menyiapkan cemilan di dapur untuk gadis yang sekarang tinggal bersamanya. Lupa Bi Ratih membawa ponselnya setelah Tuan Besar menghubunginya.

Ponsel itu tertinggal di meja ruang makan. Tanpa sengaja Bella melihat ponsel itu di atas meja makan.

Dreeeeet dreeeeet dreeeeet

Ponsel Bi Ratih berdering kembali. Bella pun berjalan mendekati ponsel itu.

Kini matanya terbelalak dengan otak yang semakin bertambah dengan sebuah tanda tanya. Rasa penasaran ketika melihat ID pemanggil yang tertera.

Gadis ini segera meninggalkan ruang makan menuju dapur. Ia ingin tahu apa yang dilakukan oleh Sang Bibi.

"Sepertinya enak." Kata Gadis itu singkat.

"Apalagi dibuat dengan rasa cinta." Lanjutnya.

"Cinta yang tulus tanpa ada yang ditutupi." Katanya dengan mencumut selat buah yang baru saja dibuat.

"Jelas ini ada tanda cintanya non, kalau tidak nona tidak datang ke sini kan? Jelas Bi Ratih.

Bella menggelengkan kepala pelan tak percaya orang yang menjadi kepercayaannya itu pandai sekali menutupi segala sesuatu. Bahkan dari awal sampai akhir.

Gadis ini berpamitan pada Bi Ratih ingin pergi ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ia ingin mencari suasana yang berbeda.

Duduk di taman di bawah pohon yang cukup rindang sejak dulu menjadi favoritnya. Angin yang berhembus ringan membawa sebuah kesejukan dihati.

"Nyonya muda?" Batin Bella sambil duduk berada di bawah pohon itu.

"Aku rasa Bibi bukanlah seseorang yang suka menduakan pekerjaan. Tapi nama Nyonya Muda itu siapa? Batinnya lagi. "Tidak mungkin Papa punya istri lagi selain Mama."

"Seandainya benar pasti seluruh keluarga tahu akan hal itu."

"Papa kan orangnya penuh tanggung jawab, kalaupun benar tidak mungkin semua ini disembunyikan."

"Sebenarnya kejadian dibalik bilik apa hingga di ponsel Bibi ada Id nyonya muda?

Pertanyaan tak henti-hentinya berputar di kepala seorang gadis ini hingga tanpa terasa waktu sudah sore. Sore yang cerah membuat pengunjung di taman semakin banyak.