Chereads / Saple / Chapter 11 - Tendangan Cinta

Chapter 11 - Tendangan Cinta

Bugh

Sesuatu tanpa sengaja mengenai kepalanya. Benda bulat besar dan agak berat.

"Sialan." Ketus seorang gadis lirih yang hanya didengar olehnya sendiri.

Gadis itu yang semula menengadahkan kepalanya dengan tatapan kosong kini melihat sekeliling tempat dimana ia kini berada. Ramai sekali udara terasa sudah tidak sepanas tadi.

Gadis itu mengambil benda yang mengenai kepalanya. Menatap setiap orang ingin mencari tahu orang yang telah melemparinya benda tadi.

"Lumayan sakit." Katanya dengan mengusap kepalanya yang terkena benturan benda itu.

"Tidak sesakit hatiku." Lanjutnya.

Matanya menangkap beberapa orang yang sedang bermain di lapangan. Lapangan letaknya memang bersebelahan dengan taman.

Pemuda yang cukup tampan menghampirinya dengan senyuman yang cukup menawan. Tak berkediplah mata gadis itu.

"Ada juga cowok ganteng di sini." Batinnya.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah seorang pemuda berjalan mendekati gadis yang terkena imbas akibat tendangan yang telah ia lakukan. Semakin cepat dan ia melangkahkan kaki.

Wuussssss

Bagaikan angin secepat kilat terdengar bisikan maut itu. Napas yang hangat terasa di dekat telinga sang gadis yang cantik rupawan.

Tanpa terasa ia merasakan sesuatu bisikan itu karena merasa terpesona dengan pemuda yang kini berada dekat tepat di depannya. Bisikan itu semoga saja membawa berkah.

"Bolanya Neng." Pinta pemuda itu.

Deg

Deg

Deg

Jantung gadis ini berdegup dengan sangat cepat. Lama ia merasa terpesona dengan ketampanan pemuda itu hingga tanpa sadar, dan tak berdaya saat melihat wajah yang rupawan itu. Cethet

Cethet

Cethet

Di depan mata Bella sebuah tangan yang dengan jari manis dan jari jempol yang saling bergesekan menimbulkan suara yang lumayan keras. Suara itu membangunkan sebuah imajinasinya.

"Ya." Jawabnya saat sudah tersadar.

"Bolanya Neng." Kata Daffa merebut bola yang dibawa oleh Sang Gadis.

"Lain kali kira-kira dong Bang kalau nendang bola?" Kata Bella dengan amarah saat Daffa sudah berhasil merebut bola dari tangannya.

"Iya lain kali biar Abang tendang dengan cinta aja ya?" Balas Daffa saat mendengar teriakan Bella sambil mengangkat tangan kanannya.

"Lumayan ganteng." Katanya lirih sambil mengelus elus kepalanya yang masih terasa sakit.

"Tapi masak sih dia makhluk pribumi." Lanjutnya.

"Kalau primitif iya kali." Lanjutnya lagi.

Bella gadis yang cerdas dalam segala hal. Melihat penampilan Daffa dan logat bahasa yang digunakan pemuda itu ia langsung tahu.

Daffa berlari menuju lapangan dengan cepat. Mereka mulai bermain sepak bola lagi dengan gembira.

Banyak diantara teman Daffa ini melihat pertengkaran kecil baru saja. Mereka tahu bahwa gadis yang baru saja bertengkar dengan temannya itu bukanlah gadis yang tinggal di sana.

Candaan dan tawaan terlihat dari wajah para pemuda yang sedang bermain bola itu. Saat sampai di depan temantemannya Daffa sempat berbalik dan melihat ke arah di mana gadis muda belia itu tadi berada.

Salah satu Daffa yang melihat gadis yang dihampirinya merasa kagum dengan kecantikannya. Bukan hanya itu ia telah jatuh cinta saat melihatnya.

"Cantik juga tu cewek tadi." Kata Bram selesai bermain sepak bola.

"Naksir lu?" Tanya Daffa sedikit dingin.

"Jangan macem-macem sama tu cewek." Lanjutnya.

"Aku pulang dulu, mau gelap." Pamit Daffa pada temantemannya sambil lalu.

"Fa gak jadi elu kasih tendangan cinta pada itu cewek kota?" Tanya Bram ingin memastikan apakah sahabatnya itu jatuh cinta pada gadis yang ditemuinya baru saja.

Bram tidak ingin bersaing masalah wanita dengan sahabatnya itu. Ia tidak mau merusak persahabatan yang selama ini ia jalin.

Bram merasa dengan ekspresi sahabatnya yang barusan menunjukkan sesuatu yang lain atas jawabannya. Tidak biasanya ia menghindar jika membahas masalah wanita.

Lain dengan ke dua kakaknya yang memang selalu dingin seperti es balok pada setiap gadis. Entahlah kalau pemuda yang satu ini memiliki sifat casanovanya menurun dari mana.

Tidak mudah mengucapkan kata cinta buat Daffa walaupun ia seorang casanova sejati. Tiap berkencan dengan seorang wanita pasti ia tidaklah seorang diri.

Ia sangat menghargai arti seorang wanita. Pacaran hanyalah sebatas status. Menyentuh seujung kuku atau rambut pun ia tidak pernah melakukannya.

Rayuan demi rayuan selalu digunakan oleh setiap gadis yang pernah menjadi pacarnya. Tapi hasilnya selalu nihil, tak seorangpun berhasil hingga saatnya tiba seseorang menaruh obat dalam minumannya.

Keberuntungan masih saja berpihak padanya. Semua kakaknya selalu memperhatikan segala tindakan yang ia lakukan tanpa luput sama sekali.

Berbohong apa lagi itu selalu ketahuan jika Daffa melakukannya. Hukuman dari ketiga kakaknya akan dia dapat jika sampai itu terjadi.

Di dalam sebuah villa yang besar dan mewah kini seorang pemuda berusaha menetralisir pikirannya sendiri. Tidak pernah ia merasa galau seperti itu.

Meja yang kini banyak terdapat makanan ringan hasil buatan rumah terabaikan. Bahkan suara benda pipih yang ada di atas meja itu terabaikan.

Suara berisik yang lumayan cukup keras dari benda itu tidak dianggapnya. Bahkan getaran yang ditimbulkan tak dia rasakan.

Anggap saja tak mendengar sesuatu. Gadis itu sepertinya pernah ia lihat tapi lupa-lupa ingat.

Daffa menuju kamar mandi mengguyur badannya yang sudah lengket sejak tadi. Lupa waktu yang Biasanya ia langsung mandi setelah bermain kini waktu sudah menunjukkan pukul 20.30.

"Ok aku akan cari tahu siapa itu cewek." Batinnya di bawah guyuran shower dengan air yang cukup dingin.

Pikiran Pemuda ini sudah agak segar setelah mandi. Teringat dengan benda pipih yang selalu bersanding dengannya tanpa sedikitpun berpisah seperti layaknya pasangan hidup ia mencari benda tersebut.

Diraihnya benda tersebut dari meja tempatnya menaruh benda itu. Ditatap layar benda pipih tersebut terdapat banyak panggilan tak terjawab.

Geleng-geleng lah kepalanya melihat semua panggilan tersebut sambil menuju teras villa miliknya. Matanya tak luput melihat sebuah mobil mendekat masuk dalam villa.

Chiiiiiit

Suara ban mobil bergesekan dengan jalan tepat di depan villa besar itu berhenti mendadak. Bisa dibilang tidak sedang juga kecepatan mobil itu tapi tidak tinggi juga mobil dikendarai hingga menimbulkan bunyi gesekan yang luar biasa.

Braaaaak

Terdengar sebuah pintu dibanting sangat keras. Keluarlah seorang pemuda yang tidak kalah tampan dengan sang pemilik villa itu.

"Aku kira kamu sedang kencan dengan itu cewek tadi siang." Kata Bram terlihat sangat jengkel.

"Udah duduk dulu kenapa?" Pinta Daffa yang melihat sahabatnya itu sedang jengkel pada dirinya.

"Telp kenapa gak diangkat?" Tanya Bram setelah duduk di sebelah Daffa.

"Sorry coy tadi hp ku ketinggalan di atas meja dapur." Bohong Daffa.

"Gue kira elu mulai aksi dengan tendangan cinta lu, gue lihat elu naksir sama itu cewek." Kata Bram.

Deg

Daffa tersentak dan teringat dengan cewek tadi siang yang membuatnya galau hingga kini. Ekspresi wajahnya sudah terbaca sang sahabat.