beberapa jam berlalu dan Alice akhirnya kembali tersadar.
"apa kamu baik baik saja?" tanya ku saat melihat Alice perlahan membuka matanya.
"rasanya sedikit lebih nyaman, samar samar aku juga bisa mengingat mu."
aku dengan lembut membelai rambut Alice yg membuatnya merasa nyaman. "jangan di paksakan."
Alice kembali menyandarkan kepalanya di dadaku. "terima kasih sudah membunuh Deus pita."
"bukan aku, itu anggota ku"
"tetap saja kamu adalah pemimpin mereka." aku mengangguk ringan. "baiklah, aku hanya meminta ciuman mu sebagai hadiah."
Alice menatap ku dengan heran dan aku memberinya senyum misterius lalu dia berkata "bukan kamu yg membunuhnya, jadi hadiah hanya untuk anggota mu."
"baiklah, tapi aku ingin kamu menjauh dari dokter yg merawat mu. aku yakin dia selalu memberikan sugesti pada mu yg memperdalam trauma pada bawah sadar mu."
"dari mana kamu bisa berpikir seperti itu?"
aku mengangkat bahuku dan menjawab dengan santai. "hanya dia yg memiliki peluang melakukan itu? kamu bisa meminta dokter Sasaki memeriksa obat yg dia berikan pada mu, aku menyerahkan obat itu pada Lenka."
"tapi semua terserah pada mu, sekarang kamu sudah bisa melindungi diri mu sendiri dan aku sudah membantu membunuh Deus pita yg selalu menjadi hambatan mental bagi mu. anggap aku sudah memenuhi janjiku pada orang tua mu dan sisanya terserah pada mu."
"apa kita tidak akan bertemu lagi?" Alice menatapku dengan expresi rumit.
rasa terimakasih, ingatan yg samar dan rasanya nyaman yg aku bawa membuat ikatan ketergantungan baru pada Alice.
dia tidak tahu harus memilih jalan apa setelah ini.
dulu tujuannya adalah untuk membunuh Deus pita, tapi tujuan itu sudah hilang.
dan sekarang dia memiliki ingatan baru tentang pria masa kecilnya.
dia berjanji untuk menikahi pria itu, tapi ingatan itu sangat samar dan dia juga tidak merasakan rasa cinta padanya.
dia hanya merasa rasa aman, nyaman dan syukur pada pria ini.
di tambah sifat mesum nya yg terlalu vulgar, entah berapa wanita yg sudah dia mainkan.
"setelah misi ku selesai, aku akan segera pergi dan tidak mungkin bagi kita untuk bertemu lagi. jarak antara kita tidak bisa di ukur dengan berapa kilometer tapi ribuan tahun cahaya."
Alice kembali terdiam dan segera menyandarkan kepalanya di dadaku dengan nyaman. "kamu masih seperti dulu, selalu bersandar di dadaku jika sedang memikirkan sesuatu."
seketika wajah Alice memerah dan matanya melebar dengan penuh kejutan.
dia baru sadar bahwa dari tadi dia berada di pelukan pria mesum ini.
tanpa pikir panjang, dia langsung melakukan salto udara untuk menjauh dari ku. "kamu mesum..." teriaknya sambil menunjuk ke arah ku.
"ya aku mesum, terima kasih sudah mengingatkan ku." aku memberi senyum ringan pada Alice sebelum melanjutkan kata kata ku. "tapi aku juga jarang melihat wanita yg berkeliaran tanpa bra, bahkan pelacur tidak melakukan hal seperti itu."
"kamu...." seketika emosi Alice memuncak. "mati...." dan perkelahian segera terjadi lagi yg membuat semua orang menggelengkan kepala.
***
beberapa jam berikutnya kami akhirnya sampai di tempat perlindungan fenrir.
tembok tinggi melingkari tempat perlindungan ini dan di jaga ketat oleh petugas keamanan.
setelah melewati petugas keamanan, kami segera menuju markas fenrir.
di jalan kami melewati kota kota kumuh yg menampung para pengungsi.
sakuya memimpin jalan menuju kantor markas pusat karena pemimpin mereka sudah menunggu.
"senang bertemu dengan mu tuan Robert" pemimpin fenrir mengulurkan tangannya dan aku segera menjabat tangannya. "sama sama tuan Johannes, aku hanya ingin melihat lihat sebentar dan setelah itu pergi. jika beruntung aku mungkin membawa nona tsubaki bersama ku."
aku sedikit melirik ke arah tsubaki yg masih menatap ku dengan tatapan dingin.
"aku hanya bisa mendoakan mu untuk ini"
"sama sama tuan Johannes." balasku dengan sopan.
"aku dengar kamu menciptakan teknologi God art yg berbeda dari kami?" aku mengangguk riang. "itu di sebut teknologi nano, mesin yg sangat kecil seukuran butiran pasir yg bisa di gabungkan dan membentuk senjata sesuai dengan program yg di pasang."
"benda imut ini juga bisa memperkuat dirinya dengan material apapun yg dia makan dan juga memperkuat tubuh penggunanya dengan memperbaiki gen milik pengguna dengan material yg dia makan. tidak ada efek samping atau keterikatan, benda imut ini bisa dilepas jika bosan."
mendengar jawabanku, Johanes sama sekali tidak terkejut karena dia sudah mendengar semuanya dari alat komunikasi. "apa kami bisa mendapatkan cara membuat teknologi ini"
"tentu saja tapi setelah aku menikah dengan tsubaki." tatapan tajam tsubaki langsung mengarah pada ku. "tuan Robert, tolong jangan bercanda. semua ini demi kepentingan umat manusia."
"jangan mengancam ku dengan nilai nilai moral nona tsubaki, karena aku bukan pria yg bermoral. segala sesuatu di dunia ini memiliki harga, entah itu kebahagian, kedamaian, cinta, atau apapun itu. bahkan kita harus membayar untuk menikmati layanan pelacur. jika kamu sangat peduli dengan umat manusia, kenapa tidak kamu saja yg berkorban untuk mereka. beri aku tubuh mu dan aku akan memberimu satu pesawat kolonial luar angkasa yg bisa menampung jutaan orang dengan perangkat pendukung hidup yg lengkap, siklus rantai makanan yg terjamin dan energi yg abadi. dengan ini kalian bisa memindahkan semua orang ke sana dan membiarkan bumi kosong, setelah itu kalian tinggal membombardir bumi dari atas langit sampai semua aragami benar benar hancur, lalu kembali setelah bumi pulih kembali."
tsubaki benar benar terdiam dan aku memberinya senyum misterius sebelum berkata. "lebih mudah memberi dorongan orang lain untuk berkorban, tapi sangat susah jika itu di lakukan oleh diri sendiri. semua tergantung seberapa besar keyakinan dan keinginan mu untuk menyelamatkan umat manusia."
"sepertinya nona tsubaki membutuhkan waktu, kenapa tuan Robert tidak berkeliling dulu dan biarkan nona tsubaki menemani mu agar kalian saling mengenal." Johanes dengan cepat meredakan suasana canggung yg menyelimuti ruangan.
"itu ide yg bagus." lalu aku meletakan alat penyimpanan data di atas meja. "di dalamnya ada teori dasar dari teknologi nano. tanpa mempelajari ini terlebih dahulu, jangan bermimpi membuat sesuatu seperti God arc dengan teknologi nano."
"terima kasih tuan Robert." Johanes sedikit bersemangat dan segera menerima alat penyimpanan data tersebut sebelum berkata. "mengenai masalah Alice kami sudah menyelidikinya dan ternyata dugaan yg kamu katakan benar. tapi sayangnya dokter itu sudah tidak ada lagi di markas saat kami ingin mengangkatnya."
"itu bukan urusan ku, Alice sudah besar dan dia bisa mengurus dirinya sendiri." jawab ku dengan acuh tak acuh, lalu aku bangkit dari tempat duduk ku. "aku tidak biasa berlama lama dengan seroang pria tua, jadi sebaiknya aku segara pergi berkeliling dengan nona tsubaki."
"silahkan tuan Robert." balas Johanes dengan sambil memaksakan senyum nya, lalu dia menatap ke arah tsubaki. "tolong nona tsubaki, temani tuan Robert untuk berkeliling."
"baiklah." balas tsubaki dengan tegas sebelum dia menatapku dan berkata "silahkan ikuti aku tuan Robert."
aku memberi anggukan ringan, lalu mengikutinya dari belakang.