di meja makan yg luas, aku, Roland, Wendi, Anna dan Nana sedang duduk bersama menikmati makan siang.
setelah berkenalan satu sama lain, Roland mulai membuka pembicaraan santai.
"apa aku boleh tahu di mana asal mu?"
"aku dulu tinggal di silver city."
"..."
"karena ayah ku meninggal saat bertugas sebagai prajurit, ibu ku tidak memiliki penghasilan dan umurku masih 6 tahun"
"...."
"saat itu ibu ku hampir di perkosa oleh salah satu teman ayah ku, jadi aku membunuhnya dan kabur dari silver city."
"jadi di mana ibu mu sekarang?"
"di tempat yg aman, hanya itu yg bisa ku beri tahu."
Roland mengangguk ringan. "jika kamu sudah memiliki tempat aman, untuk apa kamu mencari tempat lain untuk tinggal."
"aku seorang penjual produk, tentu saja perlu tempat untuk menjual produk yg aku hasilkan dari tempat tinggal ku dan aku tidak ingin mengekspos tempat rahasia yg aku miliki pada orang lain."
"produk apa saja yg kamu miliki?" Roland mulai menunjukan minatnya pada ku dan aku segera tersenyum ringan.
"berbagai katagori dari kebutuhan pokok, mineral dan produk tambahan lainnya. selain itu aku memiliki kemampuan untuk memindahkan semua produk ini ke lokasi ku saat ini, jadi bisa hemat biaya."
Roland menunjukan sedikit kejutan untuk sesaat, tapi dengan cepat dia menjadi tenang kembali. "jadi kamu ingin menggunakan tempat mu sebagai gudang distribusi barang barang mu"
aku mengangguk ringan. "apa kamu tertarik untuk bekerja sama."
"bagaimana cara mu ingin bekerja sama?"
"sangat mudah" aku mengeluarkan beberapa buku katalog yg sudah di kelompokkan ke masing masing tipe produk dan menyerahkannya pada Roland.
"ini adalah item yg bisa aku jual, aku bisa memberikan mu 50% dari harga tersebut dan kamu bisa menjualnya kembali pada para pedagang."
"...." Roland dengan serius membaca katalog tersebut dan semakin dia membaca, matanya terlihat semakin tidak tenang.
"cukup kirim aku daftar barang dan jumlah yg kamu inginkan, keesokan harinya barang akan ada di gudang dan kamu bisa memeriksa kualitasnya dulu, lalu bayar dan ambil barang mu."
Roland dengan cepat menutup katalog tersebut, lalu perlahan menutup matanya untuk menenangkan diri sebelum bertanya lagi pada ku.
"berapa banyak pedagang yg sudah kamu ajak kerja sama."
"hanya satu, dia adalah nona Margaret pedagang di kota Willow. itu pun aku hanya menjual yg ada di katalog tambahan dengan harga 70% dari harga aslinya."
"..." Roland segera membuka buku katalog tambahan dan matanya langsung menunjukan kejutan.
"jika kamu setuju, aku akan menyerahkan kerjasama ku dengan nona Margaret ke tangan mu. kamu masih mendapatkan keuntungan 20% dari semua itu"
Roland dengan expresi lemah menutup buku katalog yg ada di tangannya. "apa kamu memiliki stok yg stabil untuk semua ini"
aku mengangguk ringan. "pesan sebanyak yg kamu bisa, selama kamu membayar barang akan ada di tangan mu."
"apa kamu bisa memberiku beberapa produk tambahan yg ada di katalog, seperti sikat gigi, pasta gigi, sabun dan shampo."
"tentu saja." aku mengeluarkan tiga tas transparan yg berisi paket lengkap untuk perawatan kebersihan.
lalu aku menyerahnya nya pada mereka masing masing.
"bagiamana cara menggunakannya." Nana memeriksa setiap barang yg ada di dalam tas dengan wajah bingung.
melihat ini aku menatap Wendi. "sayang, anak kita sedang bertanya."
Wendi menatap ku dengan senyum lebar dan bergegas duduk di sebelah nana untuk mengajarinya cara menggunakan perlengkapan mandi.
saat itu aku melihat Roland tiba tiba memalingkan wajahnya seperti berbisik pada seseorang.
aku tahu Nightingale pasti ada di sebelah Roland dan mengawasi ku.
sayangnya persepsi ku tidak dapat melihat keberadaannya yg berarti sihirnya mampu membuatnya masuk ke dimensi lain.
setelah beberapa saat, Roland kembali menatap ku sambil bertanya. "apa kamu kenal seseorang bernama Veronica di silver city."
aku mengangguk ringan. "dia anak pemimpin kota saat itu, aku juga sedikit merindukannya."
"..."
"tapi untuk apa kamu menanyakannya?"
"tidak.. tidak ada.. hanya pertanyaan iseng." Roland melambaikan tangannya dengan expresi yg sedikit panik, tapi aku hanya mengangkat bahu ku. "aku harap dia baik baik saja, sebenarnya aku dulu menyukainya."
"..."
"he he he, dia sangat manis dan baik hati. dia sering membagikan makanan pada para warga yg kekurangan." lalu aku mendesah dengan penuh penyesalan. "satu satunya penyesalan ku pergi dari kota itu adalah aku tidak bisa melihat senyumnya lagi."
"kenapa kamu tidak pergi menemuinya?"
tapi aku hanya menggelengkan kepala ku. "seandainya bisa...."
"ehem.." Roland segera memecah suasana canggung. "produk seperti ini hanya bisa di buat dengan teknologi yg lebih maju..."
"ini rahasia dagang" aku segera memotong kata kata Roland yg membuatnya tertegun sejenak sebelum mengangguk ringan.
"maaf aku hanya sedikit penasaran."
"tidak masalah, jadi bagiamana dengan kesepakatan kita."
"aku setuju, aku akan segera membuat kontrak untuk mu"
"baiklah"
***
di atas kereta kuda.
aku dan Wendi sedang duduk saling berdampingan dengan mata terpesona saat melihat garis pantai yg perlahan terlihat.
perlahan aku memegang tangan Wendi dan dia pun menyandarkan kepalnya di bahu ku.
"apa kamu akan mengeluarkan benda besar itu di sini."
aku mengangguk ringan. "itu akan menjadi rumah dan juga benteng yg kuat."
"apa hal hal mengerikan yg kamu ceritakan itu akan benar benar terjadi."
aku mengangguk lagi. "karena itu kita harus membantu Roland agar wilayahnya dengan cepat berkembang sehingga menjadi tempat yg aman bagi manusia dan penyihir."
"kamu hanya terlalu malas melakukannya sendirian."
"aku bukan tipe pemimpin dan hal itu sangat melelahkan" melingkarkan tangan ku di pinggang nya dan menariknya lebih dekat.
lalu kami saling memandang dan aku perlahan mendekatkan wajahku lalu mencium bibirnya.
"kamu harus mencari wanita lain untuk bisa membantu mu, hanya aku dan ibu benar benar tidak cukup. wilayah kita sangat besar dan kita tidak bisa mengandalkan peri pembantu."
"apa kamu tidak keberatan aku membawa wanita lain."
Wendi segera menggelengkan kepalanya. "selama dia sungguh sungguh mencintai mu, kenapa aku keberatan."
aku mengangguk dengan penuh semangat. "kamu akan menjadi pemimpin Harem yg baik."
Wendi tersenyum lebar tapi tangannya dengan kencang mencubit pinggang ku.
"aaccckkkk"
"katakan omong kosong lagi dan benda di selangkangan mu akan terbang jauh"
"jangan... jangan...."