saat kami menuju ruang makan nyonya Tachibana, tuan Fujii dan natsuo menatap kami dengan tatapan yg rumit. "natsuo, bisa kamu pindah ke sebelah ibu agar aku bisa duduk dengan suami ku" meja makan persegi panjang dengan 6 tempat duduk, dia sisi kiri dan kanan meja yg lebar dan satu di bagian lainnya.
ibu hina duduk di sisi kanan dengan sisa satu bangku kosong dan natsuo duduk di sisi kiri dengan sisa bangku kosong lainnya. sedangkan ayah hina duduk di sisi dengan satu tempat duduk.
"baiklah" dengan expresi sedih, natsuo segera pindah ke bangku lainnya dan kami berdua segera duduk bersama. saat duduk di meja makan, Hinata segera mendekatkan kursi nya agar bisa menempel ke arah ku.
"ibu, di mana Rui"
"setelah menyajikan makanan dia naik ke atas untuk mengganti pakaiannya yg kotor terkena minyak." jawab ibu hina dan kebetulan rui juga segera tiba ke meja makan. "kak hina" tapi saat berikutnya mata Rui langsung melebar melihat ku yg duduk di sebelah Hinata. "kenapa kamu di sini"
"kenapa aku tidak boleh di sini adik Rui" jawabku dengan nada main main yg membuat semua orang menjadi bingung. "sayang apa kamu mengenal Rui." aku memberi anggukan ringan pada Hinata. "aku tidak menyangka adik Rui sudah tumbuh dewasa dan semakin cantik, ini benar benar kebetulan kita bisa bertemu disini"
saat itu Rui segera duduk di meja makan dengan wajah gelap dan hinata juga semakin penasaran, lalu bertanya pada ku. "kapan kamu mengenal Rui, kenapa aku tidak tahu."
"saat kamu memutuskan ku dulu, aku segera ke Jepang untuk mengecek alasan kenapa kamu memutuskan ku."
"jadi karena aku melihat mu sudah bahagia dengan pria lain jadi aku tidak mau mengganggu mu dan saat itulah aku bertemu Rui yg masih SMP."
"wajahnya mengingatkan ku pada mu, jadi aku sering mengobrol dengannya dan akhirnya kita pacaran. tapi yg lucunya aku juga diputuskan olehnya dengan alasan yg sama dengan mu."
"tapi sekarang aku tahu kenapa kalian memutuskan ku dengan alasan yg sama, ternyata kalian memang sama." tapi tiba tiba Rui menampar meja dengan telapak tangannya yg membuat semua terkejut. "cukup Harry, saat itu aku hanya emosi karena kamu tidak bisa menemaniku di hari ulang tahun ku."
"tapi keesokan hari nya aku berusaha menghubungi mu untuk meminta maaf, tapi tlp mu terputus dan tidak bisa di hubungi lagi." aku langsung mengangguk ringan pada nya dan mulai menjelaskan kenapa aku tidak bisa di hubungi. "pertama aku tidak suka drama cinta yg terlalu rumit, jadi saat kamu mengatakan putus berarti cinta mu tidak sebesar yg kamu katakan dan aku langsung menghapus kontak mu dari hp ku."
"kedua saat itu aku di serang oleh pembunuh bayaran jadi hp ku juga hancur."
"ketiga hubungan ku gagal 2 kali di Jepang, jadi aku sedikit trauma."
"keempat saat itu adalah masa di mana aku mendapat banyak surat ancaman, jadi aku tidak ingin kamu terlibat. karena itulah aku tidak bisa bertemu lebih sering dengan mu."
"jadi mari kita lupakan masa lalu, tujuan ku datang bersama hinata hari ini adalah untuk berpamitan pada kalian semua. karena Hinata tidak akan pernah lagi datang ke Jepang dan akan hidup bersama ku di tempat yg sangat jauh." Rui hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya yg membuat suasana menjadi hening. "maaf tuan Harry, pekerjaan apa yg membuatmu sampai mendapat kan surat ancaman seperti itu." tanya ibu hina dengan penuh rasa penasaran.
"bisa di bilang aku adalah orang jenius yg menemukan berbagai teknologi baru, tapi beberapa orang ingin teknologi ini di masukan ke bidang militer."
"tentu saja aku tidak setuju karena itu akan sangat berbahaya dan terjadilah teror terus menerus pada ku. tapi untungnya sekarang semua itu sudah tidak ada lagi karena aku sudah di anggap menghilang."
"jadi bagiannya dengan hina." tanya ibu hina dengan nada cemas dan hina dengan cepat menjawabnya. "Bu, aku akan menemani suamiku kemana pun dia pergi."
"aku baru sadar bahwa suamiku dulu sangat mencintai ku dan aku telah berbuat jahat padanya dengan meninggalkannya."
"aku hanya ingin membalas cintanya dengan memberikan semua cinta ku dan tubuh ku untuk nya hingga akhir hidup ku." saat itu Hinata memeluk pinggang ku dengan mesra dan perlahan mencium pipiku dengan lembut, tapi aku segera memalingkan wajah ku sehingga bibir kami segera bertemu dan ciuman mesra pun terjadi. "ehem, mari kita bicara sambil makan" sela ibu hina untuk mengakhiri ciuman kami.
hina yg sudah melepaskan ciumannya juga mulai membatu ku untuk menyiapkan makanan di piringku dengan penuh perhatian layaknya istri yg baik. "sayang ayo makan yg banyak, malam kita akan sangat panjang."
"apa kamu tidak lelah." hinata langsung mengembunkan pipinya dengan expresi imut. "saat bertemu dengan istri mu yg lain mungkin aku akan mendapat urutan paling belakang untuk tidur bersama mu. jadi makan yg banyak, biar aku gunakan kesempatan ini untuk menghabisi mu hingga puas." Hinata dengan penuh semangat menyuapi ku daging dan sayuran ke mulut ku. "ini pasti masakan Rui."
"dari mana kamu tau, kamu bahkan tidak keluar kamar dari tadi." tanya Hinata dengan penasaran. "memasak bukan hanya membutuhkan keahlian tangan, resep yg pas, tekan api yg akurat, dan pengolahan bahan yg baik, tapi juga membutuh hati memasak kuat."
"hati memasak itu seperti rasa cinta dari dalam hati terhadap masakan dan aku bisa merasakan frekuensi energi cinta yg mirip dengan Rui di dalam masakan ini." bahkan ayah dan ibu hina terkejut mendengar omong kosong ku dan Rui hanya mengencangkan tangannya yg sedang memegang sumpit, sedangkan hina menatap ku dengan wajah polosnya sambil mengedipkan matanya yg indah. "dari mana kamu tahu teori memasak ini, apa kamu juga pintar memasak."
"aku membacanya di dalam novel bergenre fantasi."
"di sana dikatakan jika hati memasak kita sangat kuat maka masakan kita akan bersinar berwarna emas" Hinata langsung melebarkan matanya dengan penuh ketidak percayaan dan mulai menyuapi ku dengan banyak sayuran. "aku hampir saja percaya dengan omong kosong mu. makan saja yg banyak, nanti malam aku akan menghabisi mu."
"kamu juga makan yg banyak agar tidak pingsan di atas ku seperti kemarin" aku juga mulai menyuapi hinata dengan banyak sayuran dan kami saling berlomba untuk saling menyuapi makanan. "sayang ada bekas nasi di bibirmu, biar hina bersihkan" saat itu hinata langsung mencium bibir ku dengan lembut. "sepetinya aku harus sering sering meninggalkan bekas nasi di bibir ku"
"boleh juga, tapi sekarang di bibir hina sepertinya ada bekas nasi juga."
"ya ya, bersihkan sendiri, jangan seperti anak kecil." mata hina langsung melebar mendengar perkataan ku dan dia segera mengambil nasi di bibirnya lalu menempelkannya pada bibir ku. "ohh sayang bekas nasinya pindah ke bibir mu." lalu Hinata menciumku lagi dengan agresif.