di dalam dongeon, aku hanya berada di barisan paling belakang karena tidak ingin terlalu ikut campur dengan pertarungan mereka. "penyembuh" mendengar teriakan salah satu siswa, aku segera menembakan energi kehidupan padanya dan dalam sekejap semua luka lukanya kembali pulih. "terima kasih Victor" aku hanya melambaikan tanganku dengan santai untuk membalas mereka.
terlihat semua mereka bertarung dengan bahagia tanpa khawatir terluka, karena jika mereka terluka cukup berteriak 'penyembuh' dan mereka langsung pulih. tapi setelah beberapa saat bos monster akhirnya keluar yg membuat profesor memerintahkan para murid untuk mundur. "semuanya segera mundur" mendengar ini para murid pun bergegas menuju pintu keluar, tapi aku segera melemparkan beberapa sosis pada profesor glory dan art. "cepat makan dan kalahkan mereka, aku akan mendukung dengan penyembuhan." art tanpa ragu ragu memakan sosis tersebut dan pelindung transparan biru langsung menyelimuti tubuhnya dan energi merah samar samar memancar dari tubuh art. melihat ini profesor glory juga langsung memakan sosis tersebut dan matanya sedikit melebar merasakan kekuatannya tiba tiba meningkat. "itu hanya akan bertahan selama 10 menit" mendengar teriakan ku, profesor glory langsung mengangguk dan bergegas ke bos monster di depannya bersama art.
"Tessi bersihkan jalan keluar dari para monster jelek ini" Tessi langsung mengangguk, tapi saat berikutnya terjadi guncangan di dalam dongeon dan pintu menuju keluar tiba tiba tertutup oleh bebatuan serta lantai di sekitar jalan menuju pintu keluar langsung runtuh. melihat ini aku langsung melihat sekeliling untuk menemukan siswa dari ras kurcaci yg mahir manipulasi tanah. "delphie, buat jembatan dengan sihir tanah mu. yg lain lindungi delphie." mendengar ini semua orang langsung mengangguk dan delphie juga bergegas ke pintu keluar untuk membuat jembatan. semua siswa yg lain juga mulai berdatangan untuk melindungi delphie dan Tessi dengan sudah mulai menggunakan beast Will nya untuk mengamuk membantai para monster kecil yg menghalangi jalan kami.
setelah beberapa saat jalan menuju pintu keluar lahirnya selesai. "Victor, kita harus menghancurkan batu yg menutup jalan itu" aku melihat ke arah tumpukan batu yg menutup jalan dan segera berlari ke arah batu tersebut dengan pose memukul. "terima tinju hebat dari Victor, tinju pemusnah" semua orang hanya bisa terdiam melihat kekonyolan yg aku lakukan dan saat tinjuku menghantam bebatuan tersebut, semua orang kembali menunjukan expresi gelap mereka karena tidak terjadi reaksi apa apa.
tapi sesaat berikutnya suara retakan kaca tiba tiba terdengar dan batu yg menghalangi pintu masuk langsung hancur menjadi butiran debu yg membuat mata semua orang hampir keluar karena terkejut. "apa yg kalian tunggu, cepat keluar" mereka pun akhirnya tersadar dan segera keluar dengan cepat. "Tessi kamu juga ikut keluar, aku bisa mendukung art dan profesor glory di sini" aku melihat Tessi menunjukan expresi keraguan "tapi aku juga bisa membantu" tanpa pikir panjang aku langsung memukul pantatnya yg membuatnya terkejut dan merah. "kamu kamu" lalu aku tersenyum jahat. "jika kamu tidak keluar, aku akan beritahu art bahwa kita melakukan hal hal mesum yg membuat art akan membenci mu" mata Tessi langsung melebar dan dengan kesal dia melangkah keluar. "jaga mulut bau mu, jangan bicara omong kosong"
setelah semuanya pergi, aku kembali melihat art dan profesor yg sudah membunuh kedua bos monster dongeon ini. tapi sayangnya bos monster yg sebenarnya akhirnya muncul. monster humanoid yg sangat besar dengan dua pasang sayap dan wajah seperti babi membuat profesor dan art langsung terpana. melihat ini aku tidak ingin mengambil resiko dan segera menyatukan kedua telapak tangan ku sambil mengarahkannya ke arah monster tersebut. "semuanya minggir" mendengar teriakan ku, profesor glory dan art langsung menoleh ke arahku yg sudah melakukan pose aneh. tapi saat itu sebuah lingkaran cahaya hitam muncul di bawah kakiku dan monster yg ada di depan mereka langsung di ikat oleh tanaman merambat berwarna biru keperakan.
melihat ini profesor glory dan art segera berlari ke arahku. "apa yg kamu lakukan, bagaimana kamu bisa menggunakan sihir tanaman." tapi mereka berdua terkejut melihat kedua tanganku tiba tiba memancarkan cahaya biru dan kabut putih yg dingin. "debu berlian" dengan teriakan skill yg keren, energi putih biru di tangan ku langsung menembak ke arah monster tersebut dengan sangat cepat. sekita semua area yg di lalui oleh sinar energi itu langsung membeku dan monster itu juga ikut membeku dengan cepat hingga area di belakang monster tersebut. tapi tembakan energi ku masih terus berlanjut tanpa ada tanda tanda berhenti. "kenapa sihirmu masih belum berhenti, apa kamu ingin membekukan semua tempat ini" mendengar perkataan profesor glory, aku langsung menghentikan sihir ku. "aku hanya sedikit bersemangat, karena sudah lama tidak menembakan sihir yg kuat." bibir profesor glory langsung berkedut kesal. "yg lebih penting lagi kenapa kamu menyembunyikan kekuatan mu selama ini" mendengar ini aku langsung mendekati profesor dengan expresi sedih dan perlahan memeluknya. "tidak ada hal baik yg akan datang jika kamu terlihat hebat. orang orang dengan berbagai kepentingan pasti ingin mengendalikan mu." saat itu aku menyandarkan kepala ku di dada montok profesor glory yg membuat tubuhnya sedikit menegang dan berusaha untuk memisahkan ku, tapi sesaat berikutnya dia langsung mengurungkan niatnya dan dengan lembut membelai rambutku. "baiklah, aku mengerti maksudmu. mari kita bisa katakan setelah kembali ke akademi." aku dengan santai berkata. "kita bisa bicarakan di tempat yg lebih aman dan pribadi, misalanya kamar profesor glory. kita bisa membicarakan hal hal yg lebih dalam sedalam dalamnya" saat itu tanganku langsung memeras pantat profesor glory yg membuatnya terkejut dan memerah. lalu dengan cepat profesor glory mendorongku dan mengacungkan senjatanya pada ku sambil berkata dengan marah. "kamu siswa cabul, beraninya kamu mempermainkan profesor yg lebih tua dari mu." tapi aku dengan cepat berlari menuju pintu keluar. "aku hanya tidak ingin kamu melajang seumur hidup seperti nenek tua goodsky itu" tapi profesor glory tidak peduli dan terus mengejar ku sambil menembakan beberapa sihir pada ku. "berhenti kamu pria cabul" art yg melihat ini hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali menatap monster yg sudah menjadi patung es tersebut sambil mengepalkan tangannya erat erat.