2 tahun berlalu dan perkembangan lilia juga semakin pesat setelah setiap pagi melakukan latihan fisik dan latihan tempur. aku membentuknya agar mampu bertarung jarak jauh dan jarak sekat. saat ini aku melihat lilia yg sedang bersandar di bahuku untuk beristirahat karena kelelahan setelah latihan. "lilia aku bisa membantu mu menguasai elemen es sekarang, tapi kamu harus berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini pada siapa pun. jika kamu setuju maka aku akan melakukannya." lilia tiba tiba mencengkram lenganku dengan erat sambil berkata. "aku akan selalu mengikuti kata kata mu, jangan anggap aku seperti orang asing. aku tidak akan pernah melakukan hal yg dapat membahayakan mu." aku dengan lembut mengacak ngacak rambut lilia. "aku tidak pernah menganggap mu orang asing, jadi ayo kita mulai. telan pil ini dan lakukan pemurnian mana." lalu aku memberinya pil berwarna biru yg memancarkan aura dingin lalu tanpa pikir panjang lilia langsung menelannya dan langsung bermeditasi.
satu jam kemudian lilia perlahan membuka matanya yg memancarkan cahaya biru yg samar dan tubuh nya juga mengeluarkan asap putih dingin yg perlahan membuat rumput di sekitanya membeku. lilia segera tersenyum saat melihatku "sepertinya aku berhasil, aku merasa bisa membuat membekukan apapun dan bahkan membuat es dari udara tipis." lalu dia mengulurkan tangannya pedang es seketika terbentuk dari udara tipis, lalu dia mengubahnya lagi menjadi patung ku dan patung nya yg bersandar di bahuku sambil tersenyum bahagia tapi dia segera menggantinya dengan bentuk lain sambil menyembunyikan wajahnya yg sudah memerah. aku hanya menggelengkan kepalaku sambil berkata dalam hati "sudah tidak bisa di selamatkan."
setelah itu aku mengajarinya teknik simpel tapi sangat ampuh yg disebut ice beam yg bisa menembakan sinar pembeku melalui mata. sangat mudah, tapi perlu penguasaan manipulasi mana di level yg sangat tinggi. dengan mengalirkan mana melalui jalur Meridian otak lalu ke arah mata dan menggunakan lensa mata sebagi media untuk memfokuskan mana dan mengubahnya menjadi elemen es. tapi saat aku menjelaskan tiba tiba lilia sudah menembakan dua sinar biru dari matanya dan langsung membekukan pagar pembatas rumah. dengan polosnya dia langsung tersenyum padaku sambil berkata. "sepertinya sangat mudah" dan akhirnya pagar pembatas itu langsung runtuh yg membuat semua orang keluar untuk melihat apa yg terjadi.
"kenapa temboknya bisa membeku, apa ini sihirmu Lily" lilia dengan cepat mengangguk "ini sihir baru yg aku pelajari, karena tidak tahu harus mengerahkan ke mana aku Langsung saja mengarahkannya ke tembok pagar." mendengar ini Vincent dan Tabitha dengan expresi bahagia langsung memeluk lilia. "kamu sangat luar biasa, ternya kamu penyihir diviant. masa depan keluarga kita benar benar semakin cerah" mendengar perkataan Vincent aku memberinya senyum mengejek dan segera berlari ke arah ibuku dengan expresi ketakutan. "ibu aku takut" lalu aku membenamkan wajahku di belahan dadanya dan mulai menggosoknya karena tinggi badanku sekarang setara dengan belahan dada ibu ku. merasakan ini ibuku menjadi sedikit malu dan segera menarik telingaku. "kamu sudah besar, jangan melakukan hal hal memalukan di depan umum" dengan sedih aku menjawab "aku masih babi kecil tercinta mu Bu, guiiiikkkk" dan semua orang langsung tertawa mendengar perkataan ku.
di ruang kerja vincent, aku dan Vincent sedang membahas tentang memasukan lilia ke akademi sihir. "lilia sudah bisa di anggap siswa jenius, tapi aku sarankan paman memasukkannya saat saudara ku art kembali. jadi dia memiliki seorang teman untuk saling membantu di akademi. tidak perlu terburu buru, aku lebih mampu untuk mengajar lilia dari pada profesor lainnya di akademi. dengan kekuatan lilia saat ini, dia bisa dengan mudah mengalahkan semua siswa akademi yg lima tahun lebih tua darinya. jangan anggap remeh lilia, dia bahkan bisa mengalahkan ayah ku dengan mudah." Vincent langsung melebarkan matanya sambil menelan ludah. "aku akan mengikuti saran mu, lalu masalah toko kecil yg kamu minta juga sudah aku siapkan dan profesor Gideon benar benar ingin bertemu dengan mu, dia sangat penasaran tentang cara kerja jam komunikasi yg kamu jual baru baru ini" jam komunikasi yg aku buat baru baru ini memang sangat di minati tapi harganya sangat tinggi, yaitu 1000 koin emas untuk sepasang jam tersebut. bisa melakukan komunikasi sesama pasangan jam tersebut atau dengan pemilik jam lainya selama kamu menyimpan kode sandi mereka atau bisa di bilang no TLP mereka. prinsipnya sangat mudah, saat kita mengetik sebuah pesan lalu mengirimnya ke tujuan tertentu, jam tersebut akan mengubah pesan kita menjadi sebuah kode spiritual yg sangat halus lalu bergegas ke arah tujuan dengan kecepatan cahaya dan sampai di sana kode spiritual ini akan di uraian kembali, lalu pesan siap di baca oleh si penerima pesan.
"jangan lakukan itu untuk saat ini, aku tahu apa yg dia inginkan. tapi itu belum saatnya, pengetahuanku sangat berharga dan hasil dari usaha keras. tidak mungkin aku membagikannya pada siapapun, itu sama saja aku menjual resep rahasia restoran ku. bukankah dia akan membuat restorannya sendiri sehingga restoran ku menjadi bangkrut. paman semestinya lebih mengerti tentang etika bisnis seperti ini dan ingat jangan sampai menyebutkan identitas ku." Vincent langsung mengangguk dengan tegas. "tenang saja, aku tidak pernah memberi tahu identitas mu. aku hanya bilang bawah kamu hanya temanku yg ingin fokus dalam risetnya." aku lalu mengangguk dan berkata lagi. "paman antar aku ke toko yg baru" paman ku segera bangkit dari tempat duduk nya. "ayo kita pergi sekarang, lokasinya ada di pusat perbelanjaan. cukup strategis." dan kami berdua pun pergi ke toko kami, tapi lilia dengan expresi polosnya berjalan di sampingku dan dengan tenang mengikuti kami berdua.
setelah beberapa saat, aku melihat toko kecil yg sangat sederhana yg sudah siap untuk di gunakan. "apa yg akan kamu jual di toko ini" lalu aku dengan santai menjawab. "senjata, pelindung dan hal hal yg di butuhkan untuk para petualang." Vincent mengangguk lalu menatap lilia. "ayah akan pulang dulu, apa kamu ingin tetap di sini" lilia dengan tegas menjawab. "lilia akan pulang bersama Victor" mendengar itu paman ku hanya tersenyum dan langsung meninggalkan kami berdua. lilia segera mengambil alat pembersih untuk membersihkan semua ruangan dan aku langsung membuat papan nama lalu memasangnya di atas toko. terlihat papan nama toko petualang dengan warna yg mencolok mulai menarik perhatian semua orang yg lewat.
satu demi satu aku menaruh semua senjata armor, perlengkapan kemah portabel dan semua kebutuhan petualang. tujuanku membuka toko sebenarnya agar ada alasan bagi ku untuk keluar rumah dalam waktu yg lama. pemasukan utama ku tetap pada penjualan alat alat ajaib yg di pasarkan oleh pamanku.