Chereads / Love Story in Luofeng Pavilion / Chapter 2 - Kelahiran Dewa

Chapter 2 - Kelahiran Dewa

"Sungguh malang, Dewi ini. Ia telah mengabdi pada Alam di sepanjang hidupnya. A Heng, apa kau melihat bagaimana Dewi gugur dalam pertempuran?" Tanya Kaisar pada seorang prajurit, pengawal pribadi Dewi Perang.

"Ya, Yang Mulia Kaisar. Hamba melihatnya sendiri. Dewi menghancurkan inti jiwanya dengan pedang Naga Biru untuk menyelamatkan kami." Kata A Heng sambil menangis.

Kaisar menghela nafasnya.

"Bawa Bola Lanshuijing kemari." Perintah Sang Kaisar pada pelayan di sisi kirinya.

"Baik, Kaisar."

"A Heng, aku tahu kau selalu berada di sisi Dewi. Karena kau sangat setia pada tuanmu, aku akan memberitahu sebuah rahasia." Kata Sang Kaisar.

"Apa itu, Kaisar?" Tanya A Heng.

Saat itu juga pelayan sudah datang dengan membawa sebuah piala dengan bola kristal berwarna biru di atasnya. Kaisar mengambil piala itu dan mengamatinya sambil tersenyum.

"A Heng, mendekatlah!" Kaisar memanggil A Heng.

Prajurit itu pun mendekat ke takhta Kaisar.

"A Heng, lihatlah! Kristal ini masih memiliki cahaya. Sekalipun sangat redup, tapi ia masih bersinar."

"Kaisar, A Heng tidak mengerti maksud Kaisar." Kata Si A Heng kebingungan.

"Ini adalah Lanshuijing."

"Lanshuijing???" A Heng masih bingung.

"Ya. Bola kristal biru ini ada bersama Lan Ying saat ia dilahirkan. Bola ini terhubung dengan jiwa Dewi Lan Ying." Jelas Kaisar.

A Heng terkejut namun merasa terhibur. "Apakah itu artinya Dewi masih hidup?"

"Betul. Bola kristal ini menunjukkan bahwa jiwanya masih ada, tapi..... Kita tidak tau di mana gerangan serpihan jiwanya.... hmmmm.... Kita hanya bisa menunggu." Sekali lagi Kaisar menghela nafas. "Oh, ia. jangan beritahukan ini pada siapa pun. Dewi menghabiskan hidupnya di medan perang. Dia memiliki banyak musuh yang ingin mencelakainya. Apa kamu mengerti???"

"Hamba mengerti. terima kasih Kaisar."

"Sekarang, simpan pedang Naga Biru Dewi di tempat penyimpanan senjata." Perintah Kaisar.

"Baik, Kaisar. Hamba undur diri." A Heng menghormat pada Kaisar dan meninggalkan tempat itu.

Pada saat yang sama, datanglah seorang pengawal lain.

"Lapor, Kaisar!" Kata Si pengawal tergesa-gesa.

"Ada masalah apa?" tanya Kaisar.

"Yang Mulia Kaisar, Nyonya Li telah melahirkan."

"Ah, benarkah?"

Kaisar bergegas ke kamar selirnya, Li Fen.

Setibanya di kamar, wajah Kaisar yang tadinya berseri dalam sekejap berubah sedih.

"Istriku!!!!!" Katanya sambil menangis.

Terlihat Selir Kaisar, Li Fen, terbaring lemas dengan seluruh badan menggigil seolah akan membeku. Sekujur tubuhnya dipenuhi butiran salju seolah akan membeku. Seorang bayi laki-laki berbaring di sampingnya.

"Istriku....." Kaisar bergegas ke ranjang tempat selirnya berbaring. Ia duduk dan memegangi tangan istrinya yang sangat dingin sambil menangis.

"Tabib Hong! apa yang terjadi." Tanyanya pada tabib istana.

"Mohon ampun, Kaisar. Nyonya terlalu lemah setelah melahirkan. Hamba tidak mampu mengobati Nyonya. Mungkin waktunya sudah tidak banyak lagi....." Jelas tabib.

"Apa maksudmu, tabib Hong? Apa kau sudah bosan hidup???" Bentak Kaisar.

"Ampun Kaisar, Hamba sudah lama mengobati Nyonya, tapi, ini bukan pertama kalinya dia menggil kedinginan. Sepertinya, ini adalah penyakit keturunan nyonya." Tabib menjelaskan.

Kaisar menghela nafas panjang.

"Kaisar, terima kasih telah mencintai ku untuk waktu yang lama.....Tolong jaga anak kita." kata Li Fen yang terbaring sekarat.

"Jangan bilang begitu, kita akan menjaganya bersama-sama...Jangan bicara lagi" Ucap Kaisar seakan tidak bisa terima kenyataan.

"Kaisar, maafkan aku yang harus meninggalkanmu dan anak kita..... Maafkan aku....." kata Li Fen setengah berbisik, tak mampu lagi berbicara lebih banyak.

"Tidak....tidak....Li Fen, tidak." Kaisar menggelengkan kepalanya sambil menangis.

Li Fen pun menutup matanya dan perlahan beruba menjadi abu cahaya bertaburan di udara.

"Li Fen....."

Kaisar menangis tersedu-sedu.

Sedang di dekatnya, Permaisuri Langit berdiri menutup mulutnya menahan tangis.

"Kasiar, sudahlah. Jangan menangis lagi. Nyonya Li telah banyak menderita. Mungkin sudah saatnya dia beristirahat." Permaisuri menghibur.

Kaisar kemudian mengambil bayi itu menggendongnya.

"Sungguh malang nasibmu, anakku. Ibumu telah meninggalkan kita. Aku memberimu nama 'Qian Xun'. Kamu akan menjadi kuat dan berani."

Saat itu juga, suatu hal yang tak terduga Pedang Naga Biru yang tadinya di simpan di dalam ruangan penyimpanan senjata tiba2 melayang di udara, masuk ke dalam kamar Nyonya Li dan mendekati Si bayi, Qian Xun.

"Qian Xun, Pedang Naga Biru telah memilihmu menjadi tuannya. Pedang ini akan melindungimu." kata Sang Kaisar.

Dan di situlah cahaya Aurora bersinar di atas Istana Langit.

Permaisuri pun mendekatinya dan berkata "Kaisar. Jangan bersedih. Aku pasti akan merawat Qian Xun dan menganggapnya seperti anakku sendiri."

"Terimakasih, Permaisuri." Kaisar tersenyum kecil.

Permaisuri adalah istri kedua Kaisar. Ia adalah Burung Merak surgawi yang dijodohkan dengan Kaisar oleh para tetua Alam Langit setelah Kaisar menikahi Li Fen. Li Fen adalah Iblis. Oleh sebab itu, Alam Langit tidak merestuinya menikah dengan Kaisar. Akan tetapi, Kaisar bersikeras dengan pilihannya hingga akhirnya Li Fen dapat diterima di Alam Langit sebagai Selir. Kaisar kemudian menikahi istri sah yakni Dai Yu, Permaisuri Langit.

5 tahun kemudian, permaisuri telah mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki lalu Kaisar memberinya nama Chang Feng. Permaisuri masih bersikap cukup baik pada Qian Xun. Akan tetapi, sejak Chang Feng mulai tumbuh besar, permaisuri sudah mulai pula berbuat jahat pada anak tirinya. Belum lagi Qian Xun adalah anak yang pintar dan cekatan membuat Chang Feng, anak kandungnya sedikit tersisihkan. Chang Feng sering mendapat pujian Kaisar. Akan tetapi Qian Xun adalah anak yang malang. Penyakit menggigil kedinginan yang di alami ibunya, juga menyerang Qian Xun sesekali sejak lahir. Setiap kali penyakitnya kambuh, kaisar akan mengeluarkan Kekuatan Api Merahnya untuk meringankan rasa dingin yang serasa menusuk sampai ke tulang-tulang Qian Xun.