Mereka terus membahas perubahan wujud Si Ular. Lalu Xiao Lan pun mengalihkan pembicaraan.
"Oh yah, Yang Mulia Qian Xun. Menurut ku Yang Mulia harus membuat tempat tidur baru yang lebih luas."
"Tempat tidur baru??? Mengapa?" tanya Qian Xun tidak mengerti.
"Sekarang, aku telah berubah menjadi berkali-kali lipat lebih besar. Tempat tidur ini sudah tidak muat untuk kita berdua."
"Memangnya siapa yang ingin tidur berdua denganmu??" bentak Qian Xun kesal. Ia berpikir kalau ada yang salah dengan tempat tidurnya.
"Bukankah selama ini aku dan Yang Mulia memang tidur bersama??"
A Heng hanya tersenyum kecil melihat kepolosan Xiao Lan.
Qian Xun meraih tangan Xiao Lan dan berteleportasi ke sebuah ruangan. A Heng pun mengikuti mereka.
"Yang Mulia, tempat apa ini?" Xiao Lan melihat sekeliling.
"Ini adalah kamar pelayan. Mulai sekarang ini adalah kamarmu. Kau aka tidur di sini." jelas Qian Xun.
"Aaaa????..... Tidak bisa....tidak bisa...Mana mungkin aku bisa tidur di tempat gelap seperti ini?"
Qian Xun pun mengusapkan tangannya ke udara dan dalam sekejap berbagai jenis bunga rambat bergelantungan di seluruh dinding ruangan. Ia pun menciptakan beberapa bola kristal biru yang juga menempel di dinding menerangi ruangan itu serta pemandanga langit penuh bintang dapat terlihat di atas langit-langit ruangan.
"Waahhhh indahnya.... Aku tidak tau kalau Yang Mulia bisa menciptakan hal-hal yang indah. Ternyata sekalipun suka marah-marah, tapi sebenarnya Yang Mulia punya hati yang lembut. Sekarang kamar ini bahkan lebih indah dari milik Yang Mulia. Terima kasih Yang Mulia."
"Bagaimana.....? Apa sekarang kau sudah mengagumi ku?"
"Tentu saja. Yang Mulia adalah yang terbaik di seluruh Alam."
Xiao Lan memang suka melebihi-lebihkan. Qian Xun hanya menanggapinya santai.
"Apa sekarang aku yang diabaikan??? Hei Xiao Lan, apa kau sudah lupa siapa yang memberimu ramuan untuk mendapatkan wujud cantikmu itu?" A Heng merasa diabaikan.
"Tentu saja aku tidak akan pernah lupa. Ramuan Dongshengcao yang sangat manjur itu, diramu oleh Dewa A Heng. Terima kasih, Dewa."
"Karena kau sudah tidak sakit lagi dan sudah mendapatkan kamar baru, bukankah sekarang sudah saatnya kau bekerja untuk membayar semuanya???" kata Qian Xun.
Xiao lan langsung cemberut.
"Baiklah, aku mengerti. Tapi aku tidak tau apa yang harus dikerjakan."
"Chu Hua!" Qian Xun memanggil bawahan kepercayaannya.
Chu Hua pun langsung hadir di sana.
"Ia, Yang Mulia."
"Chu Hua, mulai sekarang Xiao Lan akan membantu melayani di Paviliun Luofeng. Beritahu dia apa yang harus dilakukan."
"Baik, Yang Mulia. Xiao Lan, ikut aku!"
Chu Hua langsung mengarahkan Xiao Lan. Ia mengarahkan Xiao Lan ke tempat para pelayan.
"Dewi Chu Hua... Jadi, apa yang harus dikerjakan."
"Kau akan bertugas membersihkan setiap ruangan di Paviliun Luofeng. Ingat! Yang Mulia paling tidak suka dengan hal yang kotor. Jangan pernah meninggalkan sebutir debu pun di ruang bacanya, atau kau akan.....ddkkk." Chu Hua melanjutkan kata-katanya dengan menggesekkan jari-jarinya di leher yang artinya: Kita akan mampus jika tidak membuat ruangan Qian Xun benar-benar bersih.
Xiao Lan jadi merinding mendengarnya.
"Apa separah itu????"
"Mmmm....." jawab Chu Hua. "Ini sapu, kau bisa mulai dengan menyapu perpustakaan."
"Baik, Dewi."
Xiao Lan pun mengambil sapu itu dan dengan penuh percaya diri ia pergi ke perpustakaan. Namun sepertinya, hasil kerja Xiao Lan tidak seindah kata-katanya. Qian Xun yang baru saja tiba di perpustakaan hanya bisa melongo kehabisan kata-kata melihat hasil kerja pelayan barunya. Ia menghela nafasnya dan menggelengkan kepala. Beberapa tempat dalam ruangan itu berhasil di sapu namun sebagian lagi penuh dengan debu dan pasir. Sedangkan buku-buku yang tadinya tersusun rapi justru malah berantakan dan beberapa dari buku itu terhambur berserakan di lantai. Namun Xiao Lan masih saja bekerja keras mengatur buku-buku di perpustakaan sekalipun ia menyusunnya dengan terbalik-balik.
"Xiao Lan! Apa yang kau lakukan di perpustakaanku?" bentak Qian Xun kesal.
"Yang Mulia, aku di sini untuk bekerja. Apa Yang Mulia tidak melihat aku sedang membersihkan??"
Qian Xun jadi semakin kesal.
"Xiao Lan!!!!! Apa yang kau lakukan sekarang bukan membersihkan. Kau sedang menghancurkan perpustakaan Paviliun Luofeng."
"He he he...." Xiao Lan tertawa kecil dengan terpaksa. Sepertinya dia sudah menyadari kesalahannya.
Chu Hua pun datang ke sana untuk melihat apakah Xiao Lan bekerja dengan baik. Akan tetapi, sesampainya di sana, ia bertemu Qian Xun langsung mengerutkan wajah melihat keadaan perpustakaan yang sudah sangat parah.
"Mohon ampun, Yang Mulia. Chu Hua tidak tau kalau dia akan bekerja seperti ini." kata Chu Hua ketakutan. "Chu Hua akan memindahkannya untuk membersihkan tepi sungai akhirat."
"Chu Hua! Cepat bereskan kekacauan ini!"
"Baik, Yang Mulia. Hamba akan menyuruh pelayan lain membersihkan perpustakaan."
"Baik. Cepat bereskan. Aku ingin membaca sesuatu."
"Xiao Lan! Ikut aku." Bentak Chu Hua sambil menyeret Xiao Lan ke sungai akhirat. Sesampainya di sungai akhirat, ia langsung menyuruh Xiao Lan menyapu ruangan. Namun, yang terjadi, Xiao Lan malah menghalangi jiwa-jiwa yang sedang mengantri dan mengacaukan mereka dengan debu-debu yang beterbangan. Qian Xun yang lewat di situ sekali lagi menggeleng-gelengkan kepala.
"Xiao Lan!!!!!" ia langsung berteriak membentak Xiao Lan.
"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Xiao Lan yang sedang bergantung di dinding mengelap area yang agak tinggi dengan lap yang sudah kotor, membuat dinding itu jadi semakin kotor saja.
"Xiao Lan!!! Apa kau tau apa yang sedang kau lakukan?" tanya Qian Xun dengan penuh marah.
"Tentu saja membersihkan dinding-dinding ini." jawabnya santai.
Lalu, tiba-tiba saja tumpukan bangku kotak yang dinaikinya sebagai tempat bertumpu kehilangan keseimbangannya dan membuatnya terjatuh. Tapi siapa sangka, ia tidak terjatuh ke tanah melainkan terjatuh dalam pelukan Si Tampan Qian Xun membuat mereka hanya bisa bertatapan dalam diam. Jantung keduanya jadi berdebar-debar akibat kejadian yang tidak disengaja itu. Qian Xun tadi hanya melihatnya terjatuh dan secara spontan melayang ke arah Xiao Lan. Setelah bertatapan jarak dekat selama beberapa detik, mereka pun tersadar dan kembali dalam posisi berdiri berhadapan.
"Xiao Lan. Sampai kapan kau berencana mengacaukan Paviliun Luofengku?"
"Ampun, Yang Mulia. Tapi Xiao Lan hanya ikut perintah. Bukannya Yang Mulia menyuruhku bekerja?" jawabnya gugup.
"Tapi yang kau lakukan sekarang bukan bekerja namanya. hhuuuh." Qian Xun hanya bisa menghela nafas.
Chu Hua pun juga hadir di sana dan melihat sekeliling.
"Bagaimana bisa begini? Yang Mulia, sepertinya Xiao Lan tidak bisa bekerja di Paviliun Luofeng. Dia di sini hanya mengacau saja. Bagaimana kalau kita buang saja dia kembali ke Alam Fana?" kata Chu Hua memberi saran.
"Ehh... Tidak bisa... tidak bisa.... Bukankah sebelumnya kalian bilang kalau aku boleh tinggal di Paviliun Luofeng?"
"Tapi....."
"Sudah!!!!" bentak Qian Xun memotong pembicaraan Chu Hua.
"Chu Hua, kau memiliki banyak pekerjaan tapi kau juga harus mengantarkan teh ke ruang baca dan menggiling tinta. Begini saja, biar Xiao Lan yang melakukan tugas itu. Kau hanya perlu melakukan tanggung jawabmu seperti biasa."
"Tapi Yang Mulia, Chu Hua merasa senang bisa melayanimu di ruang baca. Chu Hua sama sekali tidak keberatan." kata Chu Hua tersinggung dan merasa tersingkirkan.
"Sudahlah. Kau sudah bekerja keras. Sudah saatnya aku meringankan pekerjaanmu."
"Tapi, Yang Mulia....."
"Sudah. Aku sudah memutuskan. Mulai sekarang, Xiao Lan yang akan melayaniku di ruang baca."
"Baik, Yang Mulia." kata Chu Hua kecewa.
"Ya sudah. Kalian kembalilah ke tempat masing-masing."
"Baik, Yang Mulia." sahut Xiao Lan dan Chu Hua bersamaan, lalu kembali ke kamarnya masing-masing.