Chapter 9 - Family Tom

Seakan-akan pesan tersembunyi dalam buku buatan Dr.John Watson.

Ini memberi semangat kepada Sherlock Holmes.

Kemudian, Dia teringat sebuah pemintaan yang menyuruhnya segera kembali ke London melalui telepon misterius di Rumah Sakit SS Tonttenham.

Hanya itu jalan yang akan menuju sebuah kebenaran yang dicari-cari Sherlock.

"Terima Kasih, Pak Leo...Nona Facias!!!"

"Kalian mengerti keadaan aku sekarang ini....!?"

"Berkat kalian....Aku teringat sesuatu yang penting!!", senyum bahagia Sherlock terpasang pada wajahnya.

Sherlock pun melanjutkan santapannya hingga selesai.

Kadang-kadang Sherlock bermain dengan anak-anak kecil Napoleon.

Kadang-kadang Sherlock ikut mengendong bayi-bayi dari pangkuan ibunya sembari bernyanyi lagu favoritnya.

Melihat Leo duduk sendiri di atas tikar sisa-sisa makanan dan beberapa botol minuman.

Sherlock menghampirnya.

"Ternyata kamu tipe suka cemburu jika istrimu didekati oleh orang lain!?", tebak Sherlock

"Ahh...Aku bukannya cemburu...Hanya tak suka saja!!", jujur hatinya Leo

Sherlock senyum godaan.

"Aku beritahu kamu...Lihat Liontin yang dikalungi oleh Nona Facias...Terlihat bagian talinya sudah terkelupas lempengannya... !!"

"Nona Facias masih setia memakainya...bahkan sekarang untuk acara ini juga!!"

"Itu Liontin pasti dari kamu...setelah pacaran cukup lama....!!", tebak Sherlock.

....

Liontin adalah Hadiah Paling difavoritkan Kaum Gadis Nomor 2 dari daftar yang disukai.

Karena merasa dicintai oleh pasangannya.

....

Leo tak dapat membantahnya.

"Iya benar...Itu hadiah pertama aku kepadanya...Aku tak sadar...bahwa istriku masih memakainya...padahal sudah puluhan tahun lamanya!?", jawab jujur Leo Napoleon

Leo terbayang bayangan romantis dalam kenangannya bersama Facias Istrinya.

"Ayo Kita Minum lagi, Pak Leo!!", ajak Sherlock

Leo mengiyakan, " Untuk Cinta Abadi!!" , ajak tos gelas sampanye.

Dibalas Sherlock dengan tos gelas juga, "Untuk Cinta Abadi!!!", ucapnya.

...

"Papaaa...."

"Ada orang yang sedang berlari ke sini!!?", ucap seorang anak dari keluarga Napoleon yang melihat dari ujung jalan.

Terlihat seorang pria dewasa berpakaian kaos dengan kemeja biru dan celana jeans.

Berlari dengan cepat ke arah acara kemping keluarga Napoleon.

Semakin dekat semakin jelas siapa yang dimaksudnya.

"Ayah Tom..!?", kata Sherlock

Akhirnya, Ayah Tom berhasil mendekati Sherlock dan Leo.

"Aaaghhh...Ahuuuu...Aaaahhh", nafas berat Ayah Tom

"Ada apa, Ayah Tom??", tanya Sherlock

"Eh...Pak Sherlock kenal Dia....Hendrikson...Pemilik Pondok Peternakan Sapi Pulau Juan De Nova ini!!?", tanya heran Leo

Sherlock malah kaget mendengarnya.

Hendrikson dengan tangan kirinya memegang bahu pundak Sherlock.

"Pak Sherlock...Kita harus kembali ke Rumahku...?!", kata tergesa Hendrikson

"Mengapa?!....Ayah Tom....Apa ada masalah di Rumah Kamu?!", tanya panik Sherlock

Hendrikson terdiam sebentar untuk berpikir.

Sherlock menatap mata Ayah Tom yang sering berpaling dari tatapannya.

"Anakku...Tom sakitnya kambuh lagi...Mohon...Pak Sherlock memeriksanya lagi...?!", kata Hendrikson sembari menarik tangan Sherlock

Sherlock memandang sekitar Ayah Tom.

Mata kirinya memerah.

Ada luka lecet pada lehernya.

Kancing kemeja bajunya ada yang hilang.

Terlihat bekas memar pada tumit tangannya.

Mendengar situasinya, Leo Napoleon menawarkan motornya untuk dipinjamkan kepada Sherlock bersama Hendrikson.

"Kawan....Ini Pakaian Detective berwarna hitam yang sempat kamu pakai ini untuk kamu saja...?!", ucap Leo sambil melepas pakaiannya.

Dengan secepat kilat, Sherlock pun berganti pakaian yang lebih elegan dan cocok.

"Pakaian Corak Coklat Muda ini dikirim ke Rumah Aku di London...Ini Alamatnya...!!?", minta Sherlock sambil menulis carik kertas di dalam Kantor Polisi.

"Jreeng..."

Sherlock keluar dengan gaya keren yang pakaian diterpa angin sepoi-sepoi.

"Breenggg.....Brennngh...."

Suara mesin motor dinyalakan.

"Ayo...Ayah Tom naik...Kita segera berangkat ke Rumah Kamu!?", suruh Sherlock kepadanya sedang menunggu di luar Kantor Polisi.

"Bbb...bb...baiklah...???!!!", balas Ayah Tom yang terlihat takut dan merasa jatinya salah.

...