Anggun langsung pulang ke rumah sore harinya. Ia memutuskan pulang ke rumah setelah kembali tenang. Ia berpikir, bagaimana pun juga Ia tetap harus melayani suaminya yang dijadwalkan pulang siang tadi.
Dengan terengah-engah Anggun melangkah menyusuri halaman luas rumahnya. Rumah itu adalah hadiah pemberian sang ayah untuk pernikahan pertamanya. Namun siapa sangka jika kini Andra lah yang menjadi suaminya, bukan lagi lelaki pilihan sang ayah.
Tak hanya tinggal berdua saja dengan sang suami, dengan kerendahan hatinya Anggun pun menyilahkan sang mertua untuk ikut tinggal bersamanya. Setelah mendengar bagaimana keluarga Andra mengalami kesulitan karena begitu banyak hutang yang ditinggalkan oleh mendiang ayah Andra, maka Anggun pun mengajak sang mertua untuk tinggal bersamanya meski sejak awal pernikahan putranya dengan Anggun, Nyonya Rose tak pernah menyukainya.
"Hh! Sepertinya ada Kak Renata di dalam rumah!" gumam Anggun saat melihat tas mewah milik Renata ada di atas sofa.
Wajah Anggun sumringah tatkala mengetahui keberadaan kakak tirinya itu. Bagaimana pun juga, Anggun selalu menyayangi sosok Renata meski sosok itu nyata selalu memperlihatkan perangai dinginnya.
Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara desahan maha dasyat dari dalam kamarnya. Kamar yang selama ini hanya menjadi miliknya dengan Andra.
Mendadak wajah Anggun pucat tatkala suara rintihan dan erangan itu kian menjadi. Maka dengan tangan yang gemetaran Ia pun mendekatkan dirinya di daun pintu.
Ia sungguh tak menyangka jika suami yang selama ini sangat dicintainya tanpa peduli bagaimana perlakuan kasarnya, nyata dengan mudahnya mengajak wanita lain masuk ke dalam kamar pribadi mereka berdua.
Suara khas milik Andra dan juga Renata seketika membuatnya benar-benar sangat terkejut. Kedua mata Anggun terbelalak lebar! Tangannya yang gemetaran menutupi mulutnya.
Di dalam kamar itu Andra dan Renata bergumul di dalam selimut dengan keadaan polos. Hingga keduanya mencapai klimaks dan tidur berdampingan dalam pose mesrah.
"Mas, apa hari ini waktunya?" tanya Renata sembari membelai dada kekar Andra.
Wajah Renata nampak sumringah ada dalam dekapan lelaki yang kini juga disukainya.
"Ya, hari ini akan ku pastikan Anggun lenyap dari dunia ini!"
Mendengar ucapan Andra, Anggun yang sejak tadi menguping melalui daun pintu pun semakin ketakutan. Tangannya semakin gemetaran. Ada pilar kesedihan yang terus menghujam batinnya.
Lima belas tahun mengenal Andra dalam cinta, baru detik ini Anggun yakin bahwa lelaki itu benar-benar tak lagi mencintainya seperti dulu. Lelaki itu sungguh berbeda! Lelaki itu tidak lagi seperti sosok Andra yang selalu mencintai dan memperlakukannya sebagai satu-satunya wanita.
Anggun mengatur suara tangisnya. Ia sebisa mungkin merahasiakan keberadaannya karena rasa cemas setelah mendengar niat buruk Andra padanya. Tapi...
BRUK!
Ketika ia memundurkan langkahnya, ia menabrak sosok lelaki bertubug tinggi besar yang entah sejak berapa lama ada di belakangnya. Ada dua orang lelaki bertubuh gempal yang tanpa Anggun sadari sudah sejak lama berada di sana dan memperhatikannya.
"Kalian..."
"Tangkap dan lakukan apa yang telah Tuan kalian perintahkan!" Nyonya Rose tiba-tiba datang dari belakang tubuh lelaki yang mengagetkan Anggun.
Anggun nampak kebingungan ketika tiba-tiba dia orang itu memegangi kedua tangannya. Seketika ia pun memandang wajah sang mertua dengan tatapan herannya.
"A-apa apaan ini! Kenapa kalian memegangi kedua tanganku seperti ini!" protes Anggun yang berusaha sebisa mungkin melepaskan diri dari genggaman dua lelaki perkasa suruhan Nyonya Rose.
Mereka memegangi Anggun erat hingga Anggun tak bisa melepaskan diri. Dan melihat Anggun yang benar-benar ada di tangan orang-orang suruhannya maka seketika itu pula Nyonya Rose menghampiri Anggun. Ia berdiri di hadapan Anggun sambil melipat kedua tangannya.
Bersamaan dengan tak berdayanya Anggun, Andra dan Renata keluar dari kamar. Sambil merangkul Renata di sampingnya Andra memamerkan hubungan gilanya itu di hadapan Anggun. Tak hanya itu, bahkan Renata dengan sengaja memakai baju tidur milik Anggun agar adik tirinya itu semakin kesal padanya.
"Tadinya kami ingin menunda waktu, tapi ternyata target incaran kami datang sendiri ke kandang!" celetuk Nyonya Rose sengit.
Anggun menggeleng pelan. Ia tak pernah menyangka bahkan Nyonya Rose mampu melakukan hal itu padanya.
"Kak Renata! Bisa-bisanya Kakak melakukan hal ini kepadaku!" teriak Anggun geram tatkala melihat wajah Renata yang sumringah berada di dekat Andra.
Alih-alih merasa malu, Renata malah tersenyum puas melihat wajah sedih di mata adik tirinya itu. Ia malah semakin mendekatkan dirinya pada Andra. Membuat sebisa mungkin tubuhnya menempal pada Andra tanpa membalas ucapan Anggun akan dirinya.
Sementara Nyonya Rose berdiri di hadapannya dengan wajah sumringahnya yang kian menjadi. Semakin dalam ekspresi kecewa itu nampak di wajah Anggun, semakin puas pula hati Nyonya Rose saat melihatnya.
"Jadi selama ini Mama sudah mengetahuinya?" tanya Anggun dengan tubuhnya yang semakin gemetaran. Ia memandangi mereka secara bergantian.
Andra terkekeh sambil mengecup pipi Renata yang ada di sampingnya. Sementara Nyonya Rose tersenyum penuh kemenangan di hadapan Anggun yang nyata seperti orang yang benar-benar tak berdaya melihat segala keburukan ada di hadapannya.
"Tentu saja aku tahu! Dan aku lebih mendukung hubungan suamimu dan kakak tirimu dari pada menghadapi seorang menantu kolot dan sok tahu seperti dirimu!" balas Nyonya Rose santai.
"Tak hanya ibu mertuamu, bahkan aku sebagai adik iparmu pun mendukung hubungan mereka selama lima tahun ini!"
Ana-adik ipar Anggun keluar dari sebuah ruangan dan ikut menyerang Anggun. Anggun semakin dibuat terkejut olehnya. Ia tak menyangka jika adik ipar yang selama ini selalu perhatian dan mengasihaninya tatkala Andra bersikap kasar atau mengumpatnya, kini malah berdiri di sisi yang sama dengan orang-orang yang berusaha untuk melenyapkannya dari dunia.
"Kenapa? Apa kau terkejut karena nyatanya tidak ada yang menyukaimu di rumah ini?" singgung Renata.
"Kak, bisanya kau melakukan ini padaku! Bisanya kau mengkhianatiku!" teriak Anggun yang sesekali berusaha terlepas dari orang-orang suruhan Andra yang terus memegangi kedua tangannya.
Renata tersenyum senang sembari menatap Andra yang juga menatap dengan pandangan serupa.
"Dengan begini setidaknya ibuku bisa tersenyum di surga!" gumam Renata yang masih memandang sinis adik tirinya.
"Dan dengan seperti ini, ayamu akan menyesal karena pernah menganggap remeh diriku yang pernah mencintaimu, Anggun!" imbuh Andra sama sinisnya.
Derai air mata membasahi pipi Anggun. Ia tak menyangka jika semua orang mengkhianatinya. Ia tak menyangka jika akan mendapatkan kisah seburuk ini dalam hidupnya.
Anggun sudah tak bisa berkata apa-apa. Sampai terdengar deru mesin mobil di halaman rumahnya dan berdatangan beberapa lelaki bertubub kekar yang berbaris di hadapan Andra. Anggun semakin kebingungan. Ada rasa tak nyaman saat sekelompok lelaki itu datang.
"Bawa istriku sejauh mungkin dari sini! Rusak wajahnya sampai tidak ada seorang pun yang mengenalinya! Dan pastikan dia tak bernyawa lagi!"
Bersambung....