Hutan itu gelap tanpa penerangan. Dengan napas yang tersengal-sengal Anggun berlari tanpa alasan kaki. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan orang-orang suruhan Andra itu jauh darinya.
Sambil menahan suara tangisnya Anggun terus berlari menyusuri hutan tak berpenghuni itu. Dan orang-orang suruhan itu pun tak putus asa mencari keberadaan dirinya. Dengan senter di tangan mereka menyusuri hutan yang gelap itu.
"Tuhan, ku mohon selamatkan aku!" gumamnya sambil terus berlari menahan rasa pedih di wajahnya.
Sebelum Anggun menjatuhkan dirinya dari mobil orang-orang kejam itu, Renata sudah lebih dulu menyiramkan cairan ke wajahnya. Wajah Anggun melepuh karena terbakar. Dan di kala Anggun menjerit kesakitan, mereka malah menertawainya dan meminta orang-orang itu segera menjauhkan Anggun darinya.
Kini Anggun berusaha lari dari pengejaran yang maha menakutkan benaknya. Meski harus menangis karena luka bakar di wajahnya, Anggun harus tetap bertahan memposisikan dirinya sebisa mungkin berlari sejauh mungkin dari kejaran mereka.
Hingga tanpa diduga sorotan lampu senter yang menyilaukan ada tepat di hadapannya. Dan seketika Anggun menghentikan langkah dan menutupi pandangannya dari cahaya yang menyilaukan itu.
"Mau lari kemana lagi Nyonya? Kami sudah mengepungmu!" celetuk seorang lelaki bertubuh besar seraya menyorot wajahnya dengan lampu senter di tangannya.
"To-tolong jangan begini! Ku mohon jangan sakiti aku!" pinta Anggun terbata.
Lelaki itu menghampiri Anggun, lalu dengan sangat kasar menarik tangan Anggun dan mencengkeramnya.
"Tolong lepaskan aku! Tolong jangan seperti ini!"
Lelaki itu malah melotot padanya. Memandang Anggun dengan cara yang sangat menakutkan. Membuat Anggun gemetaran saat menatap kedua matanya.
GREP!
Satu tangannya mencengkeram rahang Anggun sehingga wanita itu kesulitan membuka mulutnya untuk meminta tolong. Dengan jarak pandang sedekat itu ia memperlihatkan bagaimana perangai menakutkannya dengan satu matanya yang cacat.
"Kenapa kau membuat aku semakin marah Nyonya! Apa kau tak tahu jika kau membuang banyak sekali waktuku!" tekannya sambil terus mencengkeram rahang Anggun. "Lihatlah wajahmu yang buruk ini, Nyonya! Seandainya kau bercermin, kau pasti akan memintaku untuk membunuhmu!"
"Lep-pvaskan a-akku!"
Anggun mencoba untuk memberontak, namun lelaki itu malah semakin kuat. Hingga beberapa orang bertubuh besar lainnya menyusul dan dengan isyarat lampu senter digenggaman mereka membuat tangan dan kaki Anggun terikat. Tak lupa pula mereka menutup mulut Anggun dengan kain berwarna hitam agar tak lagi mengeluarkan suara.
"Apa kita bunuh saja di sini?" tanya salah seorang di antaranya.
"Ya, kita habisi saja!" kata lelaki yang pertama kali menemukan Anggun.
"Jangan!" sela lainnya dengan nada sama berbisiknya. "Tidakkah kau ingat ucapan Tuan Andra? Ia ingin tak ada seorang pun mengenali mayatnya!"
"Kau benar! Kalau begitu harus kita apakan? Bakar?" sahut lainnya.
"Jangan! Itu akan membuat orang cepat datang kemari dan berhasil mengidentifikasi mayatnya!"
Mereka terdiam, seperti sedang berpikir. Sementara Anggun yang semakin takut hanya bisa terdiam. Tubuhnya kian gemetar membayangkan hal buruk apa lagi yang akan dihadapinya.
"Kita tenggelamkan saja ke laut! Jika dia tenggelam dan wajahnya rusak, maka mayatnya bisa sangat lama ditemukan. Dan kalaupun ditemukan, mereka akan sedikit kesulitan mengenali karena jasadnya yang rusak! Jadi sebisa mungkin kita buat dia tenggelam sejauh mungkin, kalau perlu sampai ke dasar laut!" celetuk salah seorang dari mereka kemudian.
"Idemu bagus meski tidak mungkin kita bisa benar-benar menenggelamkannya sampai ke dasar laut!" tanggap lainnya.
"Baiklah, kalau begitu segera hubungi seseorang untuk menyiapkan kapal! Kita akan bawa dia sejauh mungkin dari keramaian! Jika perlu, kita tenggelamkan ia di lautan yang jarang dijumpai orang!"
"Ayo!"
Mereka pun membawa Anggun kembali ke mobil mereka. Sementara Anggun benar-benar tak bisa lagi mengelak karena tangan dan kakinya terikat. Ia hanya bisa menangisi nasibnya.
'Tega sekali kamu padaku, Mas! Tega sekali kalian melakukan hal sehuruk ini padaku!' gumam Anggun dalam hati.
Anggun sudah memasrahkan dirinya. Wanita itu tak bisa melakukan apapun setelah tangan dan kakinya dibuat tak berdaya. Hanya tangis dan air mata yang menjadi bentuk pelampiasan rasa kecewanya hari ini. Kesedihan tak bertepi itu pun kian menjadi di tengah suara gemuruh yang seketika mengeluarkan titik-titik air hujan yang membasahi tanah.
Ketika pintu mobil kembali terbuka, mereka disambut dengan hujan badai yang seketika membuat mereka kesulitan melangkah. Namun demi misi yang harus dijalankan, mereka pun harus merelakan diri menghadapi badai hujan sembari menggotong sosok wanita yang mereka sekap.
Mereka membawa Anggun naik ke dalam kapal pesiar dan mulai melaju tanpa peduli dengan deburan ombak yang kian dasyat karena hujan badai.
Mereka membuka ikatan tangan dan kaki Anggun, lalu membuka pula ikatan di mulutnya. Seketika Anggun kembali berusaha untuk melawan mereka namun salah seorang diantaranya dengan sigap memukul punggung hingga wanita itu pingsan.
"Wanita ini benar-benar tak pantang menyerah!" gumam salah seorang diantara mereka.
"Sudah! Cepat tenggelamkan saja!" sahut lainnya.
"Tunggu dulu!"
Salah seorang di antara mereka kembali menyela. Hingga semua rekan pun setengah kesal karena mengurungkan niat mereka untuk segera melemparkan Anggun ke laut.
"Apa lagi!" tanggap rekannya.
"Kita tuang lagi ini ke wajahnya agar semakin sulit untuk dikenali seseorang yang mungkin akan menemukannya sebelum polisi!" ucapnya seraya memamerkan sebotol cairan keras di tangannya.
Maka rekan-rekannya pun tersenyum melihat benda itu. Mereka nampak sepakat dengan anjuran temannya.
"Cepat! Tuang!"
Tanpa banyak menunda waktu, lelaki itu pun menyiramkan air keras ke wajah Anggun. Lalu dengan sigap pula salah satu di antara mereka melemparkan Anggun yang masih tidak sadarkan diri ke dalam lautan.
"Hahahahahahaha!"
Maka mereka pun tertawa terbahak-bahak. Bahkan mereka pun melakukan tos kemenangan mereka saat melihat bagaimana istri dari majikannya itu benar-benar lenyap dari pandangan mereka.
"Sayang sekali wajahnya sudah dirusak oleh Nyonya Renata di rumah!" ucap salah seorang dari mereka kemudian.
"Kau benar!" tanggap lainnya. "Andai saja wajah cantik itu masih utuh, ah pasti kita coba dulu tubuhnya sebelum membunuhnya! Hahahahaha!"
"Benar!" celetuk yang lain. "Tidakkah kau ingat bagaimana wajah istri Tuan Andra! Bahkan Nyonya Renata tak bisa aku bandingkan dengannya!"
"Benar sekali! Nyonya Anggun benar-benar cantik, bahkan sangat lembut! Ia bahkan selalu menurut meski Tuan Andra memukulnya!" yang lain pun kian menjadi membahas wanita yang sudah dilenyapkannya. "Andai saja istriku selembut itu dan secantik itu, ah aku sungguh tak butuh wanita lain untuk memuaskanku!"
"Hahaha! Sudahlah! Lebih baik kita segera pergi dari sini secepatnya! Kita harus melaporkan kabar gembira ini pada Tuan Andra!"
"Kau benar! Ayo kita pergi sebelum seseorang melihat keberadaan kita di sekitar sini!"
Mereka pun pergi meninggalkan Anggun yang entah seperti apa di dalam air laut yang dingin dan bahkan menyakiti wajahnya yang terluka.
Bersambung....