Chereads / DENDAM SANG ISTRI / Chapter 5 - Wanita Buruk Rupa

Chapter 5 - Wanita Buruk Rupa

Perih, remuk, bahkan air garam yang terlampau banyak dan bercampur pasir pun menyeruak masuk ke dalam tubuh Anggun. Tubuhnya kian lemah dalam kegelapan samudra. Air laut membawanya pergi entah kemana. Hingga satu kebesaran Tuhan membuat tubuhnya tersibak setelah beberapa menit tergulung. Mereka menghantamkan tubuh ramping itu pada karang besar yang ada di pinggir lautan.

Awan hitam berarak-arak pergi. Titik-titik kelam termakan indahnya surya yang perlahan menguakkan cahayanya. Gerakan-gerakan kecil dan besar sang ombak kian mengantar putri malang itu ke pinggir pantai dengan minim penghuni. Hingga seorang nelayan yang baru turun dari perahu kecilnya pun menghampiri dan berteriak histeris.

"MAYAT! ADA MAYAAAT!"

Seketika banyak orang pun menghampiri sosok ramping dengan banyak luka di sekujur tubuhnya. Entah berapa hari ia terombang-ambing dalam lautan lepas, hingga satu keajaiban muncul dan mendorongnya kembali memperlihatkan tanda-tanda kehidupan pada dirinya.

"Uhuukk-uhukk!"

Dan wanita berwajah mirip monster itu pun terbatuk-batuk mengeluarkan air serta pasir yang sempat masuk ke tubuhnya. Seketika orang-orang itu pun kembali terfokus pada dirinya, terutama seorang nelayan yang pertama kali menemukan sosoknya.

"DIA MASIH HIDUP! DIA MASIH HIDUP!"

Wajah sumringah mereka seakan tengah bersorak sorai karena melihat tanda-tanda kehidupan pada wanita berwajah buruk itu. Wanita berwajah buruk yang masih linglung itu hanya terdiam sambil menahan perih di sekujur tubuhnya. Ia ingin berkata-kata, namun entah mengapa tidak satu suara pun yang bisa ia keluarkan setelah terbatuk karena tersedak air lautan.

Rasa nyeri di sekujur tubuhnya membuatnya sukar mengatakan sesuatu. Ia hanya bisa merintih merasakan dasyatnya luka yang bertengger pada tubuhnya.

"Pak, ayo kita bawa saja wanita ini ke balai desa!" usul seorang rekan nelayan yang juga iba melihat kondisi memprihatinkan yang menimpah Anggun.

"Ya! Ayo kita bawa ke sana!" ujar nelayan itu. "Kamu jangan lupa hubungi dokter yang kemaren baru datang dari kota itu! Biarpun dia cuman dokter gigi, setidaknya dia bisa paham dengan keadaan wanita ini!"

"Ya! Benar! Ayo kita bawa saja secepatnya biar yang lainnya memanggil dokter itu ke balai desa!"

Mereka pun membawa Anggun ke balai desa. Mereka bahkan sudah mengajak seorang dokter yang tengah bertugas di desa itu untuk memeriksa keadaan Anggun.

Seorang lelaki bertubuh atletis dengan kacamata pintarnya memandangi Anggun. Hati lelaki itu piluh melihat betapa hancurnya wajah dan tubuh Anggun. Meski ia hanya seorang dokter gigi, namun sedikit ilmunya benar-benar menambah kepedihan dalam benaknya. Ia bahkan membayangkan apa saja yang terjadi pada wanita berusia 32 tahun itu.

"Apa kalian menemukan kartu identitas atau hal lain yang mungkin dibawa oleh wanita ini?" tanya sang dokter.

"Tidak, Dok!" jawab nelayan yang pertama kali menemukannya. "Saya sudah meminta istri saya untuk memeriksa pakaian yang dikenakannya, tidak ada apapun yang dibawa!"

"Benar, Dok! Wanita ini mungkin kehilangan semuanya saat hal buruk itu terjadi!"

Dokter muda berusia sekitar 28 tahun itu kembali memeriksa Anggun dengan saksama. Ia meneliti luka-luka di sekujur tubuh Anggun. Lalu ia pun memeriksa detak jantung Anggun dengan alat yang dikalungkan di lehernya.

"Wajahnya terkena zat kimia! Dan badannya melepuh dengan zat kimia yang sama. Mungkin ia mengalami hal buruk atau seseorang sengaja melakukannya hingga membuatnya sulit untuk dikenali!" ujar sang dokter. "Tapi kita bisa memeriksa identitasnya lewat sidik jari."

Mereka lagi-lagi nampak sumringah tatkala sang dokter mengucap satu solusi dari apa yang dialami oleh Anggun. Mereka bahkan tak mau tertinggal satu kata pun yang diucap oleh sang dokter.

"Kalau begitu, cepat dokter periksa sidik jarinya!" desak sang nelayan yang sungguh sangat penasaran dengan identitas wanita yang ditemukannya.

"Benar, Dok! Cepat periksa dan obati wanita ini!" timpal lainnya dengan semangat yang serupa.

Sang dokter tersenyum melihat antusias warga yang begitu perhatian pada sosok asing yang ditemukan mereka.

"Dokter Bima kan dokter juga, jadi tunggu apa lagi! Cepat periksa!" imbuh seorang pria tua dengan kaca mata hitam yang bertengger di kepalanya. "Saya siap meminjamkan rumah mewah saya untuk tempat operasi!"

"Benar! Benar!"

Dokter Bima kembali tersenyum. Bahkan kali ini ia menggelengkan kepalanya perlahan.

"Anda semua lupa siapa saya?" ucapnya kemudian. "Saya ini cuman dokter gigi!" tegasnya.

"Ya walau dokter gigi, pasti punya donk ilmunya!" sahut sang nelayan yang sejak tadi tidak sabar ingin segera melihat tindakan sang dokter terhadap wanita yang baru saja diselamatkannya.

"Pak, saya ini dokter gigi. Bukan ranah saya meski saya pernah mempelajari beberapa hal yang serupa seperti ini." Jelas sang dokter ramah. "Wanita ini perlu seorang ahli. Ahli penyakit dalam untuk luka yang mungkin tidak nampak dalam pandangan kita! Lalu dia juga membutuhkan seorang ahli untuk mengobati ataupun memperbaiki wajahnya yang rusak. Beruntung sekali ia masih hidup dalam kondisi separah ini."

"Lalu bagaimana, Dok? Masa kita hanya berdiam diri saja sampai dia tidak bisa diselamatkan?" celetuk warga lainnya.

"Iya! Apalagi semua perangkat desa sedang berada di luar untuk menghadiri acara besar di luar sana! Kita bisa membuat wanita malang ini mati jika hanya berdiam diri saja!" timpal lainnya.

Dokter itu kembali terdiam. Ia kembali duduk dan memeriksa denyut nadi Anggun. Lalu ditatapnya sosok Anggun yang perlahan mencoba untuk membuka mata dan mulutnya. Wanita itu seakan sedang mencoba untuk berucap.

Dipandangnya lagi telapak tangan yang nampak cantik itu, lalu ia pun kembali tersadar dengan pakaian tak biasa yang Anggun kenakan meski nampak kumuh dan robek di beberapa bagian.

'Melihat dari pakaiannya, sepertinya dia bukan wanita dari kalangan biasa!' gumamnya. 'Aku pun sama penasarannya dengan mereka! Mengapa wanita ini menjadi menyeramkan seperti ini? Jika hanya aksi bunuh diri atau bencana alam, bagaimana wajahnya bisa melepuh sampai tak bisa menampakkan dengan benar paras aslinya!'

"Baiklah, aku akan membawanya pergi ke kota!" ujar Dokter Bima. "Kebetulan sekali aku memiliki kerabat yang mungkin bisa memulihkannya!"

Semua warga pun tersenyum. Mereka saling berpandangan dan saling mengucap syukur dengan kalimat yang baru saja mereka dengar.

"Kalau begitu, saya akan meminjamkan mobil baru saya yang paling mahal di desa ini, Dok!" celetuk seorang laki-laki dengan kacamata di kepalanya seraya memamerkan mimik sombong yang seketika membuat para tetangganya saling berbisik.

"Terimakasih, Pak! Kalau begitu, cepat bawa kendaraan Bapak kemari, dan saya mau pamit dulu kembali ke kontrakan untuk mengambil beberapa barang saya!" ujar Dokter Bima. "Saya titip wanita ini sebentar ya, Pak, Bu!"

"Baik, Dok! Kami akan menjaganya!"

Dokter itu pun tersenyum, lalu sejenak kembali memandang wajah Anggun. Ada binar haru di mata wanita berwajah buruk itu. Hingga akhirnya Dokter Bima pun tersenyum dan mengangguk pelan untuk membalas tatapannya yang penuh makna.

Bersambung...