2 tahun sebelumnya, 2020
Laki- laki itu bernama Damar Ridho Jola, 25tahun, berpawakan tinggi besar, bisa dikatakan oleh pandangan orang banyak bahwa dia proposional,rambut keriting yang dipanjangkan sebahu namun sering dia ikat cepol.
Entah kenapa dia lebih senang dan selalu memperkenalkan diri sebagai
"Nama saya Ridho"
Begitu tiap kali ia bertemu orang baru, dan kata dia kata 'Jola' di namanya adalah nama keluarga, kata itu ada disetiap nama adik-adiknya juga. Ya dia memiliki dua adik, perempuan dan laki-laki, adik pertamanya bernama Dina Pembayun Jola yang duduk dibangku kuliah semester 2 Fakultas Sastra Indonesia disalah satu Universitas Negeri. Lalu adiknya yang laki-laki bernama Dino Adicandra Jola, dia masih duduk di kelas 3 SMA di daerahnya. Benar kata Ridho, semua anak di keluarganya ada kata 'Jola', nama itu berasal dari gabungan nama orang tua mereka, yaitu bapak Joko Pranomo dan ibu Lati Maryadi.
Ridho sendiri memiliki pekerjaan tetap sebagai arsitektur muda dan sering melakukan kegiatan lain sebagai relawan sahabat anak yang dipegang oleh UNICEF dan memiliki hobby fotografi dan traveler.
Ridho sebagai arsitektur muda yang mulai sering menerima pekerjaan dari pasangan-pasangan muda yang cenderung memilih hunian minimalis dan fungsional. Ya, dia memilih untuk memiliki spesialis tentang rumah minimalis dan fungsional, menurutnya segala ruang sekecil dan sesempit apapun harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Hal itu lah yang menjadi prinsipnya, dan buruknya adalah ketika ada calon customer yang sudah terlalu menyebrangi prinsipnya tersebut dia tidak segan segan untuk mengcancel atau melemparkan job tersebut kepada temannya, memang sok eksklusif kalau masalah pekerjaannya. Dia juga memiliki kebiasaan yaitu tidak mau bertemu client dirumahnya maupun di rumah clientnya, dia akan memilih untuk bertemu di caffe atau di calon bangunan yang dikerjakannya.
Selain sebagai arsitek, Ridho juga sering mengikuti kegiatan child care atau biasa disebut relawan sahabat anak yang sering diadakan oleh LBH Perempuan dan Anak Yogya (Lembaga Bantuan Hukum) yang bekerjasama dengan PPAI dan UNICEF. Alasannya cukup simple, karena dia memiliki dua adik yang sudah beranjak dewasa dan dia senang sekali dengan melihat tawa anak-anak kecil, katanya "tawa mereka adalah yang paling jujur tanpa campuran apapun". Dengan mengikuti program tersebut dia juga langsung melakukan hobbynya sekaligus yaitu fotografi dan traveling.
Saking seringnya mengikuti program relawan, Ridho dipercaya oleh pihak PPAI Yogya untuk mengikuti kegiatan kegiatan UNICEF sebagai perwakilan kota Yogya. Dia sering bergi keluar kota bahkan beberapa kali ke luar negeri untuk kegiatan tersebut.
Saking seringnya Ridho mengikuti kegiatan dan melakukan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaannya, menyebabkan dia jarang dirumah dan menjadi kurang dekat dengan keluarganya. Dia mengakui hal tersebut, bahkan selama dia kuliah pun dia juga sudah tidak terlalu dekat dengan keluarganya. Hanya berkomunikasi jika ada kepentingan atau berkumpul lengkap hanya jika ada acara keluarga tertentu.
Bahkan sekarang Ridho tinggal sendiri dirumah minimalis yang dia design sendiri. Tempat tersebut memang tidak terlalu jauh dengan rumah orang tuanya, di suatu wilayah pinggir kota Yogya. Tempat tersebut juga sering dijadikan basecamp oleh kawan-kawannya
Dalam rumah minimalis yang hanya ditinggali seorang laki-laki, terdapat beberapa ruang pribadi yang dia ciptakan sendiri. Begitu kau memasuki area rumah, yang pertama kali kau lihat adalah jendela ruang tamu yang sangat besar menghadap ke kebun yang disertai tempat untuk berkumpul, terdapat meja panjang dan kursi kursi kayu yang nyaman, dua bean bag berwarna biru tua dan oranye. Lalu terdapat garasi, setelah masuk rumah kau langsung disambut dengan barang barang bernuansa kayu yang menenangkan dan nyaman, di ruang tamu terdapat soffa berwana hitam dan meja kecil ditengahnya. Memasuki ruang tengah yang terdapat ruang keluarga atau berkumpul yang menjadi satu dengan dapur, rumah tanpa sekat sekat katanya dan kamar mandi kecil didekat pintu yang menuju taman belakang, di dekat tangga menyju lantai dua terdapat satu kamar tamu. Meskipun rumah tanpa sekat dia tetap menjaga tempat tempat privasi, terdapat dua kamar yang disertai pintu kayu geser, alasan dia menggunakan pintu geser tersebut katanya agar tidak memakan tempat. Memasuki area belakang terdapat dua ruangan, satu ruangan besar yang seluruhnya ditutupi dengan kaca-kaca besar yang sering ia gunakan bersama teamnya dan satu ruangan kecil yang menjadi gudang, tepat di depan ruang rapat terdapat mushola kecil.
Dilantai dua hanya terdapat dua ruangan, satu ruang tidurnya dan satu ruang kerja yang sering ia sebut dengan ruang brainstroming. Di ruang kerja tersebut juga digunakan sebagai studio foto pribadinya.
Januari 2021
Ridho menerima dua projek sekaligus, yang satu rumah seperti biasanya dan yang satu merupakan kantor sekaligus caffe, sesuai rencana design rumah akan selesai selama tiga bulan, sedangkan untuk design kantor sekaligus caffe akan seselai sekitar lima bulan. Maka dari itu kemanapun ia pergi, ias akan membawa sketchbook ukuran A3 atau bahkan kertas ukuran A1 yang sering ia bawa dengan tabung gambar, namun tidak jarang juga ia hanya membawa laptopnya yang telah berisi applikasi design andalannya.
Ridho sering sekali mengerjakan desingnya di salah satu caffe yang berada di pinggir kota Yogya, menurutnya caffe tersebut memiliki suasana tenang dan klasik, tidak terlalu banyak anak muda yang mengerti tempat ini. Ia merasa menemukan tempat tersembunyi yang tenang di kota Yogya yang mulai ramai, caffe itu milik sepasang suami istri yang lanjut usia dan selalu ramah kepada para pengunjungnya, mereka tidak memasang wifi atau semacamnya, hanya musik jawa yang akan selalu kalian dengar ketika memasuki caffe ini, musik itu berasal dari radio type kuno yang berada di meja pesanan. Ketika pergi ke caffe ini dia lebih senang membawa sketchbook A1 dan alat menggambarnya, ketika sampai dirumah dia akan menuangkannya ke dalam laptopnya untuk dapat di presentasikan kepada kliennya. Ditemani dengan secangkir kopi hitam toraja dan omelet buatan nenek pemilik caffe, dia selalu memilih tempat di dekat jendela besar yang berada agak kedalam caffe tersebut.
Dia bisa menghabiskan waktu berjam jam di caffe tersebut, dan selalu mengulangi pesanan minumnya, hanya di beberapa kesempatan saja ia mengganti kopi dengan teh lemon madu hangat. Dan biasanya dia baru pulang ketika jam telah menunjukan jam lima sore, katanya "sekalian pulang di iringi sunset, aku suka ketika melihat matahari menyelinap ke kaca helmku ataupun ke dalam mobil". Dia sampai kerumah tepat saat adzan magrib berkumandang dari mushola dekat rumahnya, dia segera masuk rumah, menguncinya, lalu mandi dilanjut dengan menjalankan sholat magrib. Setelah sholat dia segera berganti pakaian paling nyaman, lalu pergi ke dapur menyiapkan amunisi untuk meneruskan designnya di ruang kerja.
Ridho fokus sekali mengerjakan design rumah untuk pasangan muda yang baru meranyakan dua tahun pernikahan mereka, ada berbagai request dari pihak cowok yang menyiapkan berbagai hal mengejutkan untuk istrinya. Ketika sedang fokus, gawainya berdering dan menunjukan sebuah nama perempuan bernama Dira, dia adalah kekasih Ridho yang paling disayang mereka berpacaran sudah dua tahun, namun Ridho memolak mentah mentah di bilang bucin kepada pacarnya itu. Benar Ridho mengikuti semua kemauan Dira, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa di ikut campuri oleh Dira, salah satunya tentang waktu ketika ia sedang pergi ke caffe hiden place tersebut.
Ridho tidak pernah mengajak Dira kesana, dan tidak memberi tahu diaman tempatnya. Ridho memgangkat gawainya yang telah berdering lumayan lama, karena dia terlalu fokus, "halo, sayang, kenapa? Aku sedang mengerjakan design rumah pasangan muda yang kemarin aku ceritakan ke kamu", Dira hanya membalas dengan gumaman lalu berbicara
"sayangggg aku ingin burger mc D, keluar yok, oh iya katamu, kamu mau mengajakku menginap di rumah orangtua mu, kapan?"
"ayo aku temani,10 menit lagi aku berangkat, aku siap siap dulu ya, soal menginap itu aku tanya ibuku dulu ya, kata beliau dia akan bersiap siap dirumah untuk menemuimu"
"Oke aku siap siap dulu ya, okee kalau begitu aku tunggu kabar ya, aku tidaks abar bertemu dengan keluargamu"
Rumah Dira
"Sayang, aku sudah di depan"
"Oke sebentar ya"
Dalam mobil
"Hai" sapa Dira
"Hai" Ridho mengecup kening Dira
Dira tersenyum dengan hal yang dilakukan kekasihnya tersebut, dia selalu menikmati sebaik mungkin hal hal kecil dan waktu nya ketika bersama Ridho yang sibuk dengan pekerjaannya.
"O iya tadi sebelum aku berangkat, ibu telepon, lalu aku menanyakannya, kata beliau ingin segera bertemu denganmu, bagaimana jika bulan Februari, ketika adikku Dina juga berada dirumah?"
"Oke, tidak apa apa, aku senang akan bertemu keluarga mu dengan personil lengkap" senyum Dira
Ridho mengusap kepala Dira "Kamu milih apa ini Dir? Burger regular plus kentang goreng large plus fanta? "
Dira tersenyum bahagia lalu mengangguk
"Aku hafal sekali apa maumu hahahahah"
Dira menunggu dengan tenang di tempat duduk bagian dalam.
Setelah semua pesanan datang bersama Ridho, Dira mengucapkan terimakasih disertai dengan senyum.
"Aku harus membawa apa ya kalu ke rumahmu? Kesukaan ibu mu apa? Atau kesukaan ayahmu? Adik adikmu?"
"Kamu tidak perlu membawa apa apa sayang, cukup bawa diri saja dan baju ganti, oh iya bawa juga memtalmu hahahahaha"
"Ihh jadi berasa kayak ospek harus siap mental, memangnya ibumu seperti apa?"
"Hahahahaha ibuku adalah wanita yang paling baik dan tertib terkadang, tenang saja sayang ibukku tidak akan menerkammu"
"kau membuatku takut Ridho"
Ridho tersenyum lalu mengusap tangan Dira yang bebas dari makanan.
Februari 2021
Pertengan bulan ini Ridho telah setengah menyelesaikan design rumah, dia merasa macet otaknya macet. Lalu tantpa babibu dia mengambil sebotol vodka yang selalu dia siapkan di lemari tersembunyi di balik meja kerjanya dan sebatang rokok yang telah siap dibakarnya. Dia faham atas kebiasaan buruknya itu, namun tidak dapat dipungkiri dia selalu mengambil jalan pintas untuk tenang ketika dia merasa benar benar setres.
Dira mengetahui hal ini setelah setahun berpacaran saat mereka sedang melakukan vidiocall, dia melihat sebotol vodka yang berada tepat di belakang kursi Ridho dan sebatang rokok yang sedang di hisap Ridho. Dira merasa sangat marah dan berusaha untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut, namun Ridho malah mengamuk dan menutup sambungan telepon tersebut. Setelah kejadian itu Dira mengetahui hal-hal yang tidak bisa ia jamah dari kehiduoan Ridho, dan ia hanya bisa terdiam jika hal tersebut tejadi, Dira memilih untuk mengakhiri telepon jika ia melihat Ridho dalam keadaan mabuk.
Akhir bulan ini Ridho akan mengajak Dira untuk mengunap selama tiga hari bersama keluarganya. Ia telah menelepon kekasihnya untuk bersiap dan akan dijemput jam tiga sore, Dira dengan perasaan senang menyiapkan segala sesuatunya yntuk mengunap bersama keluarga kekasihnya tersebut.
Tepat pukul tiga sore, Ridho telah berada du depan gerbang rumah Dira, dia turyn lalu memasuki rumah Dira untuk meminta izin kepada orangtaua Dira bahwa ia akan mengajak anaknya untuk menginap dan bertemu keluarganya. Ibunda Dira sangat senang dan mengucapkan terimakasih telah mau memperkenalkan anaknya kepada orangtua Ridho. Ibunda Dira berpesan kepada mereka untuk saling menjaga dalam semua hal, merekaenjawab dengan mantap lalu berpamitan.
Perjalanan menuju rumah orang tua Ridho kurang lebih 1 jam dari rumah Dira, selama perjalanan mereka hanya terdiam, entah karena perasaan Dira yang terlalu serius dan memikirkan apa yang alan terjadi, atau Ridho yang kali ini juga diam dan tidak mengajak mengobrol. Dira sempat tertidur selama perjalanan, itupun terjadi setelah Ridho mengucapkan satu kalimat setelah lama terdiam "tenang saja, rilex".
Setelah sesampainya di rumah Ridho, mereka disambut oleh ibu Ridho dengan senyum hangat,
"Assalamualaikum, tante...."
"Waalaikum salam nak.., Dira.. tante sudah tudak sabar ingin mengobrol denganmu, tapi tante tau kamu pasti capek, mari tante antar ke kamar tamu yang akan menjadi kamarmu selama menginap disini" sambut ibu Ridho dengan ramah, lalu menuntun Dira memasuki rumah dan mengantarkannya ke kamar tamu yang berada di lantai satu.
"Terimakasih tante" balas Dira dengan senyum ramah
"Selamat istirahat, nanti setelah istirahat tante tunggu di meja makan ya.., kita makan bersama-sama, mumpung juga si Dina belum kembali ke rantau"
"Okee tanteee" jawab Dira
Setelah pintu kamar ditutup, Dira membereskan barang-barangnya lalu bersiap mandi agar segar, rasa kantuknya hilang seketika ketika mukanya tekena tetesan air. Selesai mandi Dira ingin istirahat sejenak melemaskan kakinya yang kaku akibat terlalu lama ditekuk dalam mobil tadi.
Jam telah menunjukan pukul enam sore, pintu kamar Dira diketuk ileh seseorang, setelah dibuka ternyata adik laki-laki Ridho yang mengajaknya sholat berjamaah bersama keluarganya. Setelah bersiap siap, Dira langsung menuju ke mushola yang berada di taman belakang rumah keluarga Ridho tersebut. Dira tiba-tiba terdiam sejenak karena melihat wajah Ridho yang selesai berwudhu dan anak rambut yang terlihat basah di kuping Ridho, ia merasa terpesona oleh kekasihnya, ia hanya terpesona dengan tampilan Ridho yang berbeda, Ridho yang terkadang serius dan pendiam, Ridho yang mabuk dan merokok saat setres, Ridho yang selalu terlihat selalu tersenyum saat dia sedih, Dira menemukan satu lagi hal yang tidak diketahui dari seorang Ridho dan tidak bisa ia sentuh dari soeorang Ridho.
Lamunannya dibuyarkan oleh tepukan dipundaknya oleh ibu Ridho,
"Nak, nak Dira.., nak "
"Ha? Eh tante.. maaf tante ngehalangin jalan hehehe"
"Yuk masuk, sudah mau mulai, om sudah nunggu"
Dira mebalas dengan senyum dan menutupi pipi merahnya karena malu jika lamunannya diketahiu oleh ibu Ridho.
Setelah sholat magrib berjamaah, Dira diajak untuk makan malam bersama. Ternyata ibu Ridho telah menyiapkan berbagai hidangan untuk makan malam ini. Dira mulai merasakan masakan tersebut dan menyanjung ibu Ridho
"Wahhh....,masakan tante enak sekali, aku jadi seperti makan di restoran, tante cocok deh jadi chef hehehe"
"Masakan ibuku memang enak kak, aku aja selalu kangen masakan ibu ketika di kost hahahha" saut Dina
Meja makan jadi ramai dan diselimuti tawa dan cerita dari Dina yang lagi senang-senangnya mengikuti kegiatan kuliah dan organisasi, dan cerita Dino yang sedang menyiapkan diri untuk lomba sepakbola antar sekolah.
Setelah makan malam selesai, Dira ikut membantu ibu dan Dina membereskan meja makan dan mencuci piring. Setelah semua selesai, Dina berpamitan memasuki kamar untuk mengerjakan tugas organisasi, disusul oleh Dino yang berpamitan untuk kerumah temannya mengerjakan tugas kerja kelompok. Ibu dan ayah Ridho juga memasuki ruang kerja untuk mengecek email pekerjaan mereka.
Semua telah sibuk dengan kegiatan masing-masing, Ridho mengajak Dira untuk bersantai di taman belakang sambil membawakan dua cangkir teh lemon hangat.
Dira merasa sangat bahagia sekali telah disambut dengan baik oleh keluarga kekasihnya, dia meluapkan kebahagiaannya dengan terus tersenyum kepada Ridho, dan Ridho membalasnya dengan usapan di kepala Dira seperti biasanya. Ridho juga mengucapkan terimakasih kepada Dira karena mau diajak bertemu dengan keluarganya.
Jam telah menunjukan pukul setengah 11 malam, Ridho mengajak Dira untuk masuk ke rumah karena telah larut malam dan udara semakin dingin. Dira mengerti jika kekasihnya tersebut tidak bisa menghalau rasa kantuk ketika sudah jam 11 malam, pernah suatu ketika Dira mengajak begadang Ridho untuk menemaninya mengerjakan skripsi, kekasihnya berusaha untuk tidak tertidur dan menemaninya. Alhasil ketika sudah melewati jam 11 malam rasa kantuk Ridho hilang dan membuat mata Ridho merah, terlihat seperti orang depresi, dan minum sampai mabuk.
Mereka memasuki rumah, dan rumah sudah terasa sepi, mungkin semua sudah tidur. Setelah Ridho mengantarnya ke kamar tamu, Dira mengucapkan selamat malam dan terimakasih sekali lagi. Ridho tersenyum lalu segera meninggalkan kamrar Dira lalu naik ke kamarnya di lantai dua.
Tidak berapa lama setelah Ridho meninggalkan kamarnya, Dira tiba-tiba melalukan hal aneh. Dia naik ke lantai dua dan mengetuk kamar kekasihnya, setelah Ridho membukakan pintu Ridho bertanya
"Ada apa ra?"
Tanpa basa basi Dira langsung masuk ke kamar Ridho dan duduk di tempat tidur Ridho, Ridho kaget dengan tingkah Dira, lalu ia menutup pintu kamarnya hingga terbuka sedikit. Ridho hanya terdiam dan berdiri di drkat lemari, tiba tiba Dira memeluknya dan berusaha untuk menciumnya. Ridho kaget sekali dengan tingkah Dira, dia segera beruhasa melepaskan diri dari pelukan Dira, namun entah mengapa pelukan Dira lebih kuat, dia berusaha mendorong Ridho ketempat tidur namun gagal karena saat dia lengah Ridho telah menyingkir lalu membuka pintu lebar. Terlihat wajah Ridho yang masih gugup dan kaget, dia berusaha mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar, setalah dengan cepat dia merilexkan diri, Ridho sedikit berteriak kepada Dira
"Tolong, keluar dari kamarku, cepat"
"Kenapa? Kamu tidak mau aku?
"Tolong cepat keluar dari sini!" teriak Ridho
"Kamu tidak sayang lagi denganku?"
"Tolong, cepat keluar, besok aku akan mengantarmu ke hotel dekat sini dan kamu akan menginap disana selama dua hari kedepan"
Dira dengan hati kesal, dia keluar dan langsung turun menuju kamarnya lalu menguncinya
Di dalam kamar, Dira berusaha tidur tapi tidak bisa, ia melihat jam sudah memunjukan pukul 12 lebih, "Ridho pasti sudah tidur" pikirnya. Tiba- tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, Dira dengan penasaran lalu segera membuka pintu, dan ternyata adalah ibu Ridho
"Boleh saya masuk nak..?" tanya ibu Ridho
Dira berpikir macam-macam sebelum akhirnya memperbolehkan ibu Lati memasuki kamarnya.
"Bagaimana nak, kesanmu dengan keluarga ini?
"Saya senang tante, bisa diajak Ridho main kesini"
Lalu mereka berbincang-bincang, ibu Ridho bercerita tentang Ridho dan adik-adiknya. Namun setelah ibu Ridho selesai menceritakan tentang Ridho, Dira terlihat malas mendengarkan cerita tersebut, lalu tanpa basa basi Dira menguap dan mengusir dengan halus Ibu Ridho
"jadi Dino itu......" ibu Ridho masih bercerita
"HOAAMMM...." Dira menguap dengan keras tanpa menutup mulut
"Kamu sudah mengantuk nak? Maaf ya tante keasikan cerita"
"Iya tante Dira udah ngantuk nih, tante bisa keluar enggak dari sini?"
Ibu Ridho agak terkejut mendengar perkataan Dira tersebut, beliau menutupinya dengan tersenyum lalu meninggalkan kamar tersebut. Setelah Ibu Ridho keluar kamarnya, Dira langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu dia tidur.
Keesokan harinya
Dira dibangunkan dengan ketukan pintu kamarnya, dia bangun dan membuka pintu, ternyata Dina , ia mengajak untuk sholat subuh berjamaah. Dira langsung bersiap lalu menuju ke mushola kecil keluarga Ridho.
Setelah sholat selesai, Ridho melihat mimik wajah ibunya yang suram dan tidak seperti kemarin malam. Ridho langsung mengerti hal tersebut, pasti ibunya tanpa sengaja melihat kejadian semalam.
Pukul 9 pagi Ridho mengirim pesan kepada Dira untuk membereskan barangnya, dia akan segera mengantarnya ke hotel dekat rumah untuk reservasi dan Ridho yang akam membayarnya. Tanpa berpikir panjang Dira langsung membereskan barangnya lalu menunggu Ridho di ruang tamu, saat Dira keluar dari kamarnya, keadaan rumah sangat sepi, dia hanya mendengar suara Dino yang sedang main game onine di kamarnya. Ridho turun dari lantai dua
"Semua sudah?"
"Sudah"
"Maaf, aku tidak bisa melakukan hal tersebut, aku akan mengantarmu pulang jika kau menginginkan itu"
"Ya, antar saja aku pulang sekarang, salam kepada orang tuamu dan adik-adikmu"
Ridhi tidak jadi mengantar Dira ke hotel, karna Dira menginginkan pulang saja. Selama perjalanan Ridho berusaha mengajak ngomong Dira seperti biasanya, membuat lelucon receh yang biasanya hal tersebut membuat Dira tertawa. Namun saat ini Dira hanya membalasnya dengan tersenyum sinis.
Memasuki daerah rumah Dira, Ridho mengucakan kalimat yang telah dapat Dira duga
"Dira, maaf atas kejadian semalam, bukan karena aku tidak sayang dan tidak mau denganmu.. aku benar benar minta maaf. Kita sampai disini saja ya... namun kita tetap dapat berteman" ucap Ridho dengan tersenyum ikhlas
"Ya, aku tau, terimakasih" jawab Dira ketus
Setelah menurunkan Dira didapam rumah dan melihatnya masuk rumah, Ridho merasakan sesuatu hilang dari hidupnya namun ia merasa ringan dan dapat tersenyum ikhlas.
Juni 2021,02
Setelah empat bulan ia memutuskan hubungan dengan Dira, Ridho mengisi hari-harinya dengan menyelesaikan pekerjaannya. Design Rumah pasangan muda telah selesai dan telah dalam proses pembangunan. Design kantor dan caffe tetap berjalan dan masih akan selesai minggu ketiga bulan ini. Ridho tetap mengunjungi caffe hidden placenya untuk mengerjakan design tersebut. Beberapa hari ia memilih pulang malam dan membantu kakek nenek pemilik caffe tersebut untuk membereskan saat jam caffe tutup.
Beberapa hari yang lalu Ridho ditelepon oleh sahabatnya Dio untuk membantu persiapan pernikahannya dua bulan lagi, dia menyanggupi dan merasa senang dapat membantu sahabatnya dari awal kuliah dulu. Dio mengatakan lima hari lagi akan mengajak Ridho untuk menemaninya bertemu dengan Event Organizing dan Wedding Organizing yang akan membantu persiapan pernikahannya. Ridho mengiyakan dan akan menemani hingga semuanya keperluan sahabatnya tersebut selesai.
Lima hari setelahnya
Ridho menemani Dio untuk bertemu dengan Event Organizing dan Wedding Organizing. Setelah memperkenalkan diri dan dia hanya duduk dan menyimak percakapan temanya dengan Tim Leader EO tersebut, setelah sepuluh menit dia duduk, dia meminta izin untuk kebelakang.
Saat dia kembali, dia melihat dua wanita yang satu sedang duduk tepat di sebelah Tim Leader EO dan yang satu lagi duduk di tempat dia duduk tadi disebelah temannya. Dia hanya melihat sejenak dan nampak tidak peduli, lalu mengambil tempat duduk di meja sebelah orang-orang tersebut sedang berbicara serius.
Dia mendengar bahwa pada saat hari pernikahan temannya tersebut, kepala divisi acara tidak dapat menghandel dan akan menyerahkan kepada wakilnya, "macam apa ini, disaat hari H malah menyerahkan tugas kepada wakilnya" batin Ridho.
Lalu dia terus mengikuti alur pembicaraan mereka, Tim leader EO tersebut mengatakan bahwa selama persiapan dan hari H dia akan ditemani oleh wakil divisi acara tersebut, temannya mengatakan terimakasih dengan sangat tulus dan bahagia mendengarnya.
Setelah pembicaraan serius itu selesai,temannya baru menyadari kalo Ridho tidak ada dan menemukannya di meja belakangnya. Lalu Ridho memperkenalkan diri, dan akhirnya dia tau siapa wakil divisi acara yang telah diberi tanggungjawab memegang persiapan dan pernikahan temannya tersebut.
"Ini Ridho, sahabat saya, dia yang akan membantu saya menyiapkan pernikahan saya, oh dia juga yang akan menjadi groommate saya" Dio ikut memperkenalkan Ridho
"iya.., saya akan membantu sahabat saya ini yang akan menikah cepat" candanya
"Ini, Wira kepala divisi acara dan ini Anggra yang akan dijadikan wakilnya" Tim Leader EO tersebut memperkenalkan dua orang yang baru tersebut.
"Oo jadi mas yang akan jadi ketua groomate ya? Boleh saya minta nomernya, untuk koordinasi lebih lanjut?" jawab wanita yang duduk di tempatnya tadi seranya menjabat tangannya dan tersenyum
"Boleh, 0812********" jawab Ridho
"Nanti saya akan langsung menghubngi mas Ridho ya untuk koordinasi selanjutnya" ucap wanita itu selanjutnya
Setelah berkenalan dan menjelaskan secara garis besar kepada Ridho, mereka semua berbincang-bincang.
Dia wanita bernama Anggra, seorang mahasiswi fakultas hukum di salah satu universitas negeri di Jawa Timur yang sedang mengisi waktu luang disaat sedang mengerjakan tugas akhir. Tidak ada yang spesial dimata Ridho tentang wanita ini, dia hanya memberikan senyum ala kadarnya dan menyambut uluran tangan wanita tersebut. Ridho melihat, senyum yang dipaksakan agar terlihat formal dan ikhlas oleh wanita tersebut.
Lalu ketua divisi acara tersebut berpamitan dahulu untuk menyelesaikan suatu hal, Ridho dan Dio pun juga berpamitan, dan saat berjalan ke parkiran menuju mobil Dio, Ridho entah mengapa melihat lagi wajah wanita dan melihat wajah tegang itu lenyap. "Dasar takut dengan atasan" batin Ridho, tapi entah mengapa dia memperhatikan lagi wanita itu saat berbicara dan memegang kertas dengan Tim Leader EO tersebut terlihat sangat luwes​ tanpa tekanan.
Untuk pertama kalinya Ridho melihat tawa bebas wanita tersebut saat ia sedang mmbicarakan entah apa bersama Tim Leadernya, tanpa sadar ia sudah terlalu lama memperhatikan wanita tersebut yang sekarang sedang berjalan menuju kearahnya.
"Loh mas Dio belum pulang?" sapa wanita itu kepada sahabatnya
"Belum, masih nunggu temen yang dari tadi diem merhatiin sesuatu" jawab Dio seranya tersenyum
"Mas, Mas Ridho, mas?" sapa Tim Leader EO seraya melambaikan tangan di depan mata Ridho
Ridho kaget atas sapaan Tim Leader tersebut
"Eh, ha? Iya? Ada apa mas?" jawab Ridho
"Mas, ditunggu temannya dari tadi"
"Ohh, Dio kok enggak masuk mobil dari tadi?" tanya Ridho
"Gimana mau masuk mobil, kamu lagi ngeliatin siapa kok muncul senyummu?" goda Dio
Ridho menoleh pada wanita itu yang sedari tadi sudah berdiri di depan mobil samping dengan wajah heran lalu tersenyum kepadanya.
"Ooh karena itu" ucap Dio seranya tertawa
Tim leader dan wanita tersebut tampak bingung atas apa Dio tertawa, namun tiba tiba mereka ikut tersenyum lalu meminta izin untuk memasuki mobil yang mereka parkir tepat disebelah mobil Dio.
"Yok, Di, aku harus menyelesaikan perkerjaanku" jawab Ridho tanpa menghiraukan ucapan Dio
"Udah puas ternyata disenyumin hahahahahahhahaa" canda Dio seranya masuk mobil
Ridho hanya terdiam dan ikut memasuki mobil, selama perjalanan Dio menggodanya hingga membuat Ridho risih dan diam. Mereka tidak langsung pulang, mereka mampir ke sebuah coffeshop yang juga menyiapkan makan malam. Dio dan Ridho selalu terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing setelah merka menyesap kopi yang dipesan, makanan mereka datang dan mereka tetap terdiam hingga makanan mereka habis. Setelah bisu yang lama , Dio memulai pembacaraan dengan tenang namun terlihat serius
"Dho, apakah hatimu sudah tenang dan menyiapkan tempat untuk yang baru?" tanya Dio
Disenggol sedikit saja Ridho tau bahwa dia tidak dapat menyembunyikan perasaannya didepan sahabatnya tersebut.
"Aku tidak tau, tapi saat melihatnya tertawa lepas bersama Tim Leadernya hatiku terasa hangat, dan entah mengapa aku ingin menjaganya" jawab Ridho
"Tenangkan dulu semuanya, siapkan dulu semuanya, aku tau kamu barusan putus dengan pacarmu, selalu ingat pesanku bahwa wanita bukan barang yang dapat kau ambil lalu kau letakan sembarangan" ungkap Dio
"iya aku tau" jawab Dio pasrah
"Namun aku juga melihat senyum dan matamu saat melihat Anggra tadi, terlihat nyaman dan teduh" ungkap Dio sekali lagi
"Kau itu dukun atau apasih Di? Bisa ngebaca semuanya?" canda Ridho
"Kamu mah mudah dibaca sebenarnya kalo sama orang yang kenal kamu anjir" Balas Dio
Gelak tawapun terdengar kembali di antara dua laki-laki tersebut. Setelah diantar pulang oleh Dio, Ridho langsung memasuki ruang kerjanya. Ia melannjutkan pekerjaannya yang harus ia selesaikan sesuai target, namun ditengah mengerjakan, dia tiba-tiba berpikir dansekaligus merasa bodoh,
"Kenapa tadi aku tidak meminta nomornya? Aduhh Ridhooooooo" ungkap Ridho kesal pada dirinya sendiri
Tiba-tiba gawainya bergetar karena ada pesan masuk dari klientnya yang selama ini beberapa hari ini menghilang dan tiba-tiba muncul menanyakan kabar design kantor dan caffe tersebut. Ridho memberikan janji untuk bertemu minggu depan karena sesuai janjinya ia telah menyelesaikannya.
Ridho segera berpikir untuk kembali fokus dalam pekerjaannya.
Sudah berhari-hari Ridho mengurung diri di rumah dan memesan makanan ketika dia lapar, sesekali dia membuat mie instan ketika sudah sangat malam untuk membeli makanan. Dia berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya dans egera menyerahkan kepada klien yang secara tiba-tiba muncul dan terus menerus menanyakan dan beberapa kali meminta mengganti beberapa unsur.
Tepat di hari yang dijanjikan, siang itu dia menemui klien tersebut di sebuah caffe dekat kampus. Tidak perlu menunggu lama, kliennya telah datang, dia mempresentasikan dan memastikan semua sesuai dengan semua yang diinginkan klien tersebut. Klien tersebut senang dan sesuai dengan yang mereka mau. Setelah mengobrol sebentar untuk memastikan kapan design tersebut bisa direalisasikan, mereka izin untuk kembali terlebih dahulu. Ridho menetap sebentar di caffe tersebut sambil menikmati sekeliling, melihat mahasiswa dan mahasiswi berseliweran dan berjalan, Ridho selalu menikmati momen ketika dia memperhatikan gerak seseorang.
Ridho tiba-tiba memfokuskan pandangannya kepada satu orang yang merasa dia kenal, setelah orang tersebut mendekat, dia tersadar bahwa bukan orang yang di pikirannya. Dia mengira itu Anggra, wanita yang mulai sering muncul dipikirannya.
Dia termenung dan mulai melihat gawainya
"kapan dia akan menghubungiku?" gumamnya
Entah bisikan dari mana, Ridho mendapat ide untuk mencari nama wanita itu di instagram, pikirnya 'tidak mungkin seorang mahasiswa seperti dia tidak mengekspos kegiatannya'. Setelah beberapa lama dia menemukan akun yang diinginkannya, dia sedikit heran karna hanya terdapat beberapa foto saja dan beberapa higlight di akun tersebut. Untuk memastikan dia mencari foto-foto yang menandai akun tersebut, setelah dipastikan akun tersebut merupakan yang ia cari Ridho mulai mengikutinya.
Dia melihat beberapa higlight yang terdapat di akun tersebut, Ridho terkadang tersenyum sendiri, terkadang kagum, dan terkadang bingung. Ridho makin tenggelam dengan investigasi kecilnya hingga tidak menyadari jika dia sudah duduk terlalu lama di caffe tersebut tanpa memesan lagi minuman yang sejak tadi telah habis. Ridho tersenyum sekali lagi, lalu menutup gawainya, membereskan barang-barang, dan menuju kasir untuk membayar, hari ini dia merasa dapat tersenyum hingga menjelang tidur, beban design telah selesai dan dia menemukan apa yang ia cari.
Keesokan paginya saat Ridho menyiapkan sarapan, gawainya bergetar menunjukan pesan masuk, nomor tidak dikenal, dia langsung membuka pesan tersebut
"Selamat pagi mas Ridho, maaf mengganggu waktunya, perkenalkan saya Dilla dari WO yang membantu persiapan pernikahan mas Dio. Disini saya dari divisi agenda yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan brideman untuk pernikahan mas Dio"
Ridho terdiam sejenak dan bergumam 'kenapa bukan dia yang mengirimi aku pesan? Kenapa harus diberikan kepada anak buahnya?' dengan malas Ridho hanya menjawab
"Selamat pagi, oke mbak Dilla"
Ridho mulai mengecek akun tersebut lagi, dia merasa beruntung mengetahui bahwa akun tersebut baru saja mengupload cerita yang menunjukan kertas jadwal, laptop, stabilo, dan polpen. Ridho mengucap dalam hati "semangat ya kamu" dan berharap semesta menyampaikan pesan tersebut ke pimilik akun. Dia ingin sekali membalas status tersebut, tapi dia masih dalam keadaan bingung dan belum terlalu stabil untuk memulai hubungan baru, benar kata Dio, dia harus menyiapkan segalanya untuk memulai suatu yang baru tanpa menyakiti hati yang baru.
Entah sejak kapan Ridho memiliki kebiasaan baru, setelah bangun tidur di pagi hari dia selalu membuka instagram, bahkans ebelumnya dia sangat jarang sekali membuka aplikasi tersebut, dia akan membuka aplikasi tersebut bisa dibilang sebulan dua kali. Tapi sejak dia menemukan akun favotitnya dia selalu mengeceknya, apakah akun tersebut mengupdate hal baru atau hanya sekedar memperlihatkan kegiatannya. Tidak jarang pula Ridho hanya bisa tersenyum kecut jika akun tersebut tidak mengupdate sesuatu, lalu menutup gawainya dan melanjutkan aktivitasnya dengan berkata dalam hati "apapun yang kamu kerjakan sekarang semangat ya" dan berharap semesta menyampaikan pesan tersebut.
Hari ini Ridho ingin pergi ke supermarket untuk membeli keperluannya dan keperluan dapur, dia ingin memasak satu masakan yang pernah dia lihat disuatu web. Ridho sebenarnya pandai juga memasak dan urusan dapur lainnya, namun dia terlalu sibuk oleh pekerjaannya dan memilih untuk memesan makanan dan hanya sedia mie instan dan buah di lemari makanannya. Namun kali ini hati Ridho terasa senang dan ingin memasak, saat memilih sayur dan bahan makanan, dia melihat Dira yang selama empat bulan tidak ada kabar,
"Hai ra" sapa Ridho
"Ooh hai dho, lagi belanja?" Jawab Dira kaget karena dia tidak mengira akan bertemu mantannya
"Iya, sapa siapa ra?"
"Sama ibu, kamu apakabar? Udah ada yang baru?
"Baik ra alhamdulillah, belum masih nata buat ditempatin yang baru" jawab Ridho dengan tersenyum
Ibu Dira mendekati mereka berdua setelah beberapa saat meperhatikan mereka dari jauh
"Haloo nak Ridho, apakabar?" Sapa ibu Dira
"Hai tante, baik alhamdulillah, tante apakabar?"
"Baik, dho, masih boleh lo kamu kalau mau main kerumah tante" ibu Dira mengerti jika keduanya sudah putus
"Hahaha iya tante,.."
'ting ting' gawai Ridho berbunyi, lalu Ridho berpamitan dengan Dira dan Ibunya untuk pergi dahulu
Ridho menuju ke kasir membayar semua belanjaannya lalu segera masuk ke mobil untuk mengecek notivikasi di gawainya, ternyata permintaan untuk masuk ke suatu grup chat, Ridho menyetujuinya, dan ternyata grup chat tersebut adalah grup seluruh koordinator persiapan pernikahan Dio. Dia seketika tersenyum lebar dan mulai memencet informasi grup chat tersebut untuk melihat anggota grup, dan tentunya untuk mencari nomor wanita yang selama beberapa hari terakhir mengubah harinya menjadi lebih tersenyum dan menyiapkan kembali tempat dihatinya.
Dia menemukan nomornya dan segera menyimpannya dengan nama wanita yang senyumnya selalu teringat Ridho, "Anggra", dia menyimpan nomor tersebut dengan nama yang jelas tanpa embel embel pekerjaan atau julukan yang selalu dilakukan Ridho saat menyimpan nomor seseorang seperti "Dio biawak" atau "Pak Karmin Kebun". Ridho merasa senang dan tak hentinya dia tersenyum, dia segera keluar dari parkiran dan melajukan mobilnya untuk pulang.
Hati Ridho sangat hangat hari itu, dia mulai memasak dengan hati senang ditemani oleh musik yang keluar dari speker yang telah dikoneksikan dengan gawainya. Setelah masakannya selesai dia memakannya dengan tenang di konter dapur, tidak seperti biasanya dia akan tenang makan disitu, biasanya jika dia ingin makan disitu dia akan terus bergerak.
Mendekati awal bulan Juli, grup chat tersebut hanya memberikan info-info seputar persiapan oleh vendor-vendor lain yang mengisi acara pernikahan Dio, sesekali tim leader EO muncul untuk memberikan info update dan mengeclearkan rencana-rencana kepada vendor, Anggra sebagai divisi Agenda tidak pernah muncul di grup chat, dia hanya muncul diawal saat perkenalan, itupun hanya sebentar karena menjawab tim leadernya.
Ridho mencari kegiatan untuk mengisi harinya, dia membuka grup chat yang berisi sahabat-sahabatnya Dio, Didi,Rendra,Noval dan mengajaknya bermain basket seperti saat terakhir kali mereka berkumpul awal tahun. Mereka pun meng iyakan ajakan Ridho, setelah menentukan lapangan basket yang akan mereka pakai, Ridho bersiap-siap, menyiapkan semuanya dalam tas olahraga yang sudah jarang ia pakai.
Ridho bersiap untuk berangkat ke lapangan yang telah ditentukan, dia mengabari sahabat-sahabatnya bahwa dia sudah dalam perjalanan. Ridho melajukan mobilnya dengan kecepatan stabil, dia terus berdoa untuk hari ini semoga dia dapat tersenyum dan bahagia tanpa ada yang mengganggu harinya. Ridho mampir ke minimarket untuk membelikan beberapa snack untuk kawan-kawannya, dia selalu ingat snack kesukaan kawan-kawannya, terutama si Dio yang memiliki kesamaan snack dengannya Pringles Mayones.
Sesampainya di lapangan, ternyata teman-temannya sudah berkumpul dan melakukan pemanasan bersama. Ridho segera bergabung setelah menyapa teman-temannya, Dio yang menyadari ada yang berbeda langsung mengejeknya
"Lebar banget senyummu dho hahahahaa"
"Husst diem dulu entar aja ngejeknya"
Tiga teman yang lain meperlihatkan wajah bingung dan bertanya-tanya, Ridho yang menyadari tatapan kawan-kawannya hanya menjawab dengan pasrah
"Entar aku bakal cerita ke kalian, maen dulu napa jadi bacot mulu kayak cewe"
Semua tertawa menanggapi omongan Ridho yang hari itu terlihat tersenyum cerah. Mereka membagi tim dua lawan tiga, mereka bermain hingga lupa waktu dan matahari sudah berada di barat. Mereka baru istirahat di tepi lapangan ketika Noval sudah terjatuh untuk ke tiga kalinya, Dio segera mengambil kotak P3K yang selalu ada di mobilnya. Dio mengobati tangan dan kaki Noval yang sudah terluka lumayan banyak, sambil diobati Dio, Noval teringat akan sesuatu dan menanyakan kepada Ridho hal yang dijanjikan tadi.
"Dho, jadi gimana ceritanya sesuatu yang mebuatmu tersenyum begitu lebar hari ini, dan membuatmu jadi sering online di Instagram?"
"Kok tau aku jadi sering liat Instagram?" jawab Ridho heran
"Ah elahh ada caranya kali dho, bener kata Didi kau manusia magalitikum, tau tentang teknologi tapi enggak bener bener tau hahahahahahhahaaa"
Semua kawan-kawannya merasa puas ada yang mengejek Ridho lagi. Ridho hanya tersenyum dan terlihat bingung menceritakan dari mana. Dio melihat wajah Ridho lalu menyeletuk
"Udah ceritain aja apa yang dipikiran kamu dho"
"hehehe iya, jadi gini gaes kan kalian semua udah pada tau kalau aku udah selesai sama Dira tiga bulan lalu, nah terus aku diajak Dio ketemu EO yang ngurus kawinan Dio, ada anak EO cewe masih mahasiswa sih tapi udah semester akhir yang lagi ngisi waktu luang pas ngerjain skripsi, aku enggak tau pas liat senyum dia itu adem banget"
"Drama kali kau dho hahahahahhaha" ejek Didi dengan logat bataknya
"Tumben nih si Ridho arsitek muda kita drama macem begini" saut Noval
"Tapi dho inget pesen ku ya" saut Dio lagi
"Iya yo aku inget pesenmu selalu, kalo harus nata dulu hati buat orang baru, ini juga udah proses nata dan bikin tempat baru yo" jawab Ridho
"Semangat ya dho buat kamu semoga kamu dapetin dia" saut Rendra
Lalu mereka hightfive satu sama lain dan terdiam tenggelam dalam pikiran masing-masing dan rasa capek yang baru terasa.
'ting ting ting' bunyi gawai terdengar nyaring sekali
Bunyi gawai Dio dan Ridho, ternyata notivikasi dari grup chat all vendor. Dio yang segera membuka grup chat tersebut dan menemukan pengumuman dari Tim Leader EO
TL EO :'Selamat malam all vendor yang membantu persiapan pernikahan mas Dio, saya akan mengumumkan bahwa semua yang telah dihubungi Dilla sebagai penyambung antara EO dan vendor, sementara akan dikoordinasikan langsung oleh saya dan Anggra dikarenakan Dilla sedang sakit types secara tiba-tiba. Terimakasih atas perhatiannya'
Anggra Agenda : 'Terimakasih atas perhatiannya, mulai besok semua akan dikoordinasikan langsung oleh saya, terimakasih atas kerjasamanya mas mbak all vendor'
Setelah membaca grup chat tersebut, Dio tersenyum dan langsung memberi tau Ridho
"Dho kamu kemarin bilang kalau di chat sama mbak Dilla kan?" tanya Dio
"Iya, kenapa memang?" jawab Ridho
"Keliatannya semesta berpihak di kamu sih dho, semoga berhasil yak" kata Dio
"Apaan sih yo" jawab Ridho heran
"Buka grup gih, gaes liat Ridho, habis dia buka grup gimana wajahnya" kata Dio kepada Ridho dan kepada teman-temannya
Ridho penasaran dan langsung membuka grup yang Dio maksut. Benar kata Dio, wajah Ridho berubah sangat sangat cerah dan senyumnya semakin lebar.
"Wahhh bulan yang baru muncul langsung ilang gara gara kalah cerah sama wajah mu dho" ejek Noval
"Awas val, kesilau an kamu entar minggir gih dari samping Ridho" saut Didi
Noval dengan aktingnya langsung menutupi matanya seakan akan silau oleh cahaya yang begitu terang
Ridho tidak peduli oleh ejekan temannya, dia langsung berdoa sesuatu hal yang ada di benak dan pikirannya 'semoga secepatnya ada yang dikoordinasikan' doa Ridho dalam hati.
"Yok gaes ku traktir makan malem di tempat kita biasanya" ajak Ridho pada kawan-kawannya
"Widihh dewi bulan menjatuhkan rahmatnya kepada kita gaes" saut Noval
"Bacot ah kamu val, ayok dho" saut Didi
Mereka berangkat beriringan menuju tempat makan pinggir jalan yang sudah menjadi langganan mereka sejak kuliah dulu.
Saat makan pun mereka berbincang dan bercanda dengan berbagai topik, tidak heran jika mereka sering sekali diperhatikan orang karena keakraban mereka seperti saudara, namun orang-orang yang melihat juga bingung ketika melihat wajah mereka yang tidak ada kemiripan sedikitpun. Jika salah satu dari mereka berlima menyadari ketila diperhatikan orang maka salah satu dari mereka akan bercanda dan berpura pura memanggil salah salah satu dari mereka dengan sebutan 'abang' atau 'kakak' atau 'mas' lalu mereka bercanda seperti biasanya
"bang tolong ambilin rokok deket kamu" ucap Noval saat suatu kejadian
Dengan tertawa Didi membalas
"Abang, abang kepala mu, eyang ku aja beda ama kamu bangkee" saut Dio
Lalu mereka tertawa bersama, entah bagaimana bisa lelucon lelucon receh tetap membuat mereka tertawa. Setelah selesai makan, mengobrol, dan bercanda hingga larut malam dan mereka memutuskan untuk pulang.
Juni 2021,28
'ting ting ting ting" irama nada dering gawai Ridho terus berdering, sedangkan pemiliknya masih terlelap pagi itu karena dia semalam menonton film hingga larut malam bahkan menuju pagi, setelah sholat subuh dia baru tidur.
Sudah menunjukan pukul 09.00 dijam digital meja sebelah tempat tidurnya, gawainya berdering kembali, dengan nyawa yang belum terkumpul Ridho mengangkatnya dengan malas
'Halo.." jawab Ridho dengan nada malas
"Halo, selamat pagi mas Ridho maaf mengganggu waktunya, saya Anggra dari EO" jawab orang diseberang
Ridho kaget mendengar suara itu dan melihat layar gawainya, DIA yang selama ini Ridho tunggu untuk menghubunginya untuk mengkoordinasikan suatu hal. Ridho segera bangkit dari posisi tidurnya beralih ke posisi duduk.
"Halo mas Ridho? Halo?" panggil suara di seberang memastikan lawan bicaranya masih ada
"Oh ya halo Anggra, ada yang bisa saya bantu?" Jawab Ridho dengan tenang berusaha menyembunyikan senyumnya, hal bodoh yang Ridho tau bahwa Anggra tidak bisa melihatnya tapi Ridho tetap lakukan
"Iya mas Ridho, jadi begini ada acara tambahan pas di hari H atau pas di hari H-2 acara, acara kejutan untuk ulangtahun mas Dio, saya juga baru dikonfirmasi oleh adeknya dan dia mengusulkan acara tersebut. Apakah mas Ridho bisa membantu?" jawab Anggra seranya menjelaskan
Ridho terdiam cukup lama karena tenggelam mendengarkan suara Anggra yang tenang namun pasti, dia tersenyum senyum mendengarkan Anggra berbicara.
"Okee Anggra aku bisa, nanti aku bantu buat ngobrolin ini ke groomate" jawab Ridho
"Terimakasih mas Ridho atas kerjasamanya, selamat pagi" jawab Anggra
"Iya, selamat pagi" jawab Ridho
Setelah Ridho menjawab salamnya, Anggra langsung menutup sambungan telepon tersebut. Ridho memandang gawainya cukup lama, sebenarnya masih ingin berbicara dengan Anggra, namun dia masih belum berani memulainya. Namun Ridho cukup senang karena dia telah mendengar suara Anggra. Dari suaranya saja Ridho sedikit mengidentifikasi bahwa wanita ini tegas dan insecure disaat yang bersamaan 'she know what she can do, but she overthinking and need some support' pikir Ridho.
Juli 2021
Pernikahan Dio semakin dekat, beberapa minggu lagi menuju bulan Agustus, persiapan semakin dimatangkan, grup all vendor semakin ramai, tim EO semakin gencar untuk mempersiapkan dan mematangkan semuanya, Ridho mengheningkan grup tersebut agar tidak mengganggu mengerjakan projek barunya yang baru ia terima akhir bulan kemarin.
Ridho merasa senang ada yang dikerjakan lagi setelah hampir sebulan tidak ada kerjaan dan tidak ada hal yang ia lakukan untuk bekerja dan meneta hatinya. Ia senang dapat mengerjakan dan berpikir tenang dan semakin mantap menata hatinya untuk penghuni baru.
Ridho membuka gawainya ketika sudah larut malam dan membaca semua obrolan di grup all vendor dan grup chat yang lain yang chatnya telah menumpuk. Ia tersenyum setiap melihat chat Anggra di grup tersebut, entah saat Anggra membalas pertanyaan vendor atau talent, atau saat Anggra menjelaskan beberapa hal. Saat itu jam telah menunjukkan pukul 22:00, Ridho membuka instagram dan melihat akun Anggra sedang meng update sesuatu, ia langsung meng klik dan melihat bahwa terdapat foto Anggra bersama beberapa orang, salah satu dari mereka terlihat lebih tua mungkin itu ibunya, salah satu dari mereka terlihat lebih tua sedikit dan terlihat sedikit mirip Anggra, dia menggendong bayi dan ada anak kecil disampinya mungkin itu kakaknya, dan satu laki-laki yang dia rangkul akrab dan terlihat lebih muda dari Anggra mungkin itu adeknya, setelah berpikir dan Ridho menganalisis secara tiba-tiba, Ridho tersadar bahwa tidak ada sosok laki-laki tua yang mungkin akan terlihat lengkap difoto itu sosok ayah. Ridho berpikir positif, mungkin ayahnya yang memfotokan, tapi pikiran Ridho tertepis saat ada tulisan dibawah foto tersebut yang sebelumnya tidak terlihat 'I'll protec them what ever world say'. Ridho mulai berpikir yang aneh-aneh, namun pikiran itu ditepis saat Ridho mengingat senyum dan tawa Anggra saat mereka awal bertemu.
Ridho menutup Instagram lalu membuka whatssap, ia kembali melihat grup chat all vendor dan membaca kembali beberapa hal yang penting. Tanpa sengaja ia memencet chat Anggra dan menuju ke panggilan telepon, Ridho kaget dan langsung mematikan panggilan tersebut. Namun tanpa ia ketahui, panggilan tersebut telah sampai ke gawai Anggra, beberapa saat kemudia muncul notifikasi chat dari Anggra
'Selamat malam mas Ridho, ada apa mas? Ada yang mau ditanyakan?' isi chat tersebut
Ridho langsung membuka chat tersebut dan membalasnya
'Selamat malam Anggra maaf mengganggu tadi hanya kepencet tidak sengaja' jawab Ridho
'Oke mas Ridho, selamat malam' jawab Anggra
Ridho ingin melanjutkan chat tersebut, ia berpikir hal apa yang bisa di bicarakan. Ia menggeser ke kiri ke bagian status whatssap, ternyata Anggra baru saja membuat status sedang menonton film di laptopnya. 'Semesta berpihak padaku lagi, alhamdulillah' batin Ridho., ia segera membalas status tersebut
'Maaf Anggra tadi mengganggu kamu menonton film'
'iya mas, tidak apa-apa, saya kira mas Ridho ada yang mau ditanyakan tentang yang dijelaskan di grup tadi'
'Enggak Anggra, eh jangan pakai bahasa baku aneh hahahahaha'
'Baik mas, eh oke mas, kebiasaan kalo chat sama partner auto sopan baku'
'oke deh, kalo aku ngechat tentang persiapan pernikahan kamu boleh pake bahasa baku sopan, tapi saat aku enggak nanya tentang itu kamu pakai bahasa santai ya gra, oke?'
'oke mas Ridho'
Cukup segitu balasan dari Anggra, Ridho berusaha menmbuat topik untuk dibicarakan
'Kamu nonton film apa gra?'
'Green book mas'
'oo itu, kamu baru pertama nonton apa sudah keberapa nonton?'
'udah ke tiga mas'
'oke ya isunya yang diangkat' balas Ridho secepat mungkin, ia memang sudah pernah menonton film itu beberapa kali
Cukup lama Anggra tidak membalas, jam sudah menunjikan pukul 22:50 rasa kantuk yang seperti sudah teratur membuat Ridho terlelap. Ridho terlelap saat gawai masih berada di genggamannya, ia tidur begitu tenang terilahat seperti tanpa memikirkan beban apapun.
Pukul 3:00 gawai yang ada di genggamannya terjatuh dan membuat Ridho terbangun, setelah melihat jam dia ingin melanjutkan tidur tapi tidak bisa. Ia berinisiatif untuk melakukan sholat malam, setelah sholat malam ia mengecek kembali gawainya, tidak ada balasan, batinya. Lalu ia melanjutkan tidur.
Setelah melakukan sholat subuh, Ridho berkeinginan untuk berolahraga, ia mempersiapkan diri untuk berlari pagi. Ternyata banyak yang melakukan lagi pagi hari itu, Ia mulai menyadari bahwa hanya beberapa tetangga saja yang ia kenal, sehingga ketika disapa ia hanya dapat menganggukan kepala dan tersenyum, sesekali bertemu dengan tetangga bapak bapak yang ia kenal
"Monggo pak edi" sapa Ridho dengan ramah
"Loh mas Ridho, tumben mas lari pagi biasanya bapak liat mas baru keluar rumah siang-siang" jawab pak edi tetang depan rumah Ridho
"Enggeh pak, lagi bagus suasananya pak jadi pengen lari pagi hahaha" jawab Ridho dengan bercanda
"Hoalah mas Ridho ini ada ada saja, sudah berapa putaran mas? Sini mampir, sarapan sekalian bersama-sama" ajak pak Edi dengan ramah
"Sudah tiga putaran pak, mboten usah pak matursuwun" jawab Ridho dengan halus menolak ajakan pak Edi
"Mpun to mas mriki sekali-kali kumpul tetangga" rayu pak Edi agar Ridho mau berkumpul dengan tetangga
"Enggeh pun pak hahahah" jawab Ridho dengan tertawa bahagia, ternyata ia sapa dengan baik oleh para tetangganya.
Ridho ikut berkumpul dengan para tetangganya dan sarapan bubur ayam bersama di rumah pak Yudi tetangga rumahnya yang berjarak tiga rumah yang berjualan bubur ayam. Ridho merasa senang dapat berkumpul dengan warga di lingkungan rumahnya untuk pertama kali setelah tiga tahun ia tinggal dirumahnya. Mereka menceritakan berbagai hal dan beberapa kali menertawakan masalah yang sedang diceritakan, terlihat bahagia sekali Ridho melihat tetangganya yang berkumpul bersama dan membicaran masalah masing-masing lalu menertawakannya, mungkin cara mereka untuk membuat masalah tersebut sedikit terasa ringan dengan menertawakannya.
"Ya begini ini mas, kalau sudah berkumpul masalah saja ditertawakan agar tidak setres mas hahahhaa" kata pak Edi
"Enggeh pak hahahaha" jawab Ridho
Matahari sudah berada agak tinggi dan satu persatu mereka bepamitan untuk meninggalkan warung pak Yudi, ada yang mau mengurus anak, ada yang mau berangkat ke sawah juragannya, ada yang mau membuka tokonya. Ridho pun ikut berpamitan pulang, sebelum pulang ia memesan satu porsi lagi bubur ayam untuk ia makan lagi setelah mandi.
Setelah memasuki rumah Ridho segera membersihkan tubuhnya, setelah mandi, Ridho membersihkan rumahnya ditemani dengan musik yang sudah bergaung di speker bluetoothnya. Jam ruang tengah menunjukkan pukul 9:00, ia sudah selesai membersihkan rumahnya, ia teringat dengan bubur ayam yang telah ia beli tadi. Ridho segera memanaskan bubur ayam tersebut di microwave selama satu menit, setelah dipanaskan, Ridho memilih untuk memakan bubur ayam tersebut di taman depan rumahnya, Ia memilih duduk di bean bag dan memilih posisi nyaman untuknya.
Ridho mulai memakannya dan membuka gawainya, ternyata ada balasan dari Anggra, ia tidak tau hal tersebut karna ia mematikan semua notifikasi pada hari itu. Karena hari itu Ridho hanya ingin berdiam diri dirumah dan melakukan berbagai hal di rumah. Ridho segera membuka pesan tersebut
"Iya mas, isunya tentang rasisme musisi kulit hitam yang yernyata juga gay di tahun itu" jawab Anggra
Ridho melihat kembali pesan tersebut, ia tidak menyangka Anggra akan membalas secara jelas dan singkat tentang film tersebut. Ridho mulai membalas
"Kamu suka nonton film ya gra?"
Ia melihat bar nama Anggra, tidak ada pemberitahuan terakhir ia online. Namun beberapa saat kemudia ia melihat bar tersebut online, Ridho menunggu balasan Anggra, ia memunggu bar tersebut dari online ke mengetik, namun Ridho tidak melihat hal tersebut, ia hanya tetap melihat bar online. Ridho memutuskan untuk mengambil dulu air minum di dalam rumah, setelah ia kembali, ia melihat Anggra membalas pesannya
"Iya mas"
Ridho masih melihat bar tersebut online dan segera membalas pesan tersebut
"Suka film genre apa gra?"
"Hampir semua genre mas, tapi seneng banget sama fiksi kayak Harry Potter"
"Wahh suka semua genre, kapan-kapan aku ajak kamu nonton boleh enggak?" balas Ridho, entah mengapa ia merasa harus bergerak cerpat dengan wanita ini
"Ha?" jawab Anggra
Ridho tau mungkin Anggra kaget dengan ajakan mendadak tersebut, Ridho berusaha mengalihkan pembicaraan
"Sering di ulang-ulang nonton harry potternya gra?" tanya Ridho mengalihkan pembicaraan
"Iya mas" jawab Anggra singkat
"Bagaimana skripsimu gra? Kamu sedang skripsikan?"
"Lagi macet mas hehehe, nyari sumber tambahan, sama nunggu revisi dari dosen"
"Semangat ya gra, kamu senang sekali keliatannya mengerjakan skripsi sambil bekerja di EO"
"Iya mas terimakasih"
Anggra hanya membalas pendek pesan Ridho, tidak membalas pernyataannya atau memceritakannya. Ridho semakin merasa tertantang dengan manusia ini, dia tidak seperti wanita-wanita lain yang sebelum sebelumnya dekat dengan Ridho. Mulai hari itu Ridho selalu mengambil kesempatan untuk mengirim pesan kepada Anggra, meskipun hanya di balas Anggra dengan ucapan terimakasih, namun itu cukup membuat Ridho mengetahui bahwa ia dianggap oleh Anggra. Anggra akan membalas pesan Ridho panjang hanya ketika ia menanyakan atau konfirmasi tentang persiapan pernikahan.
Minggu terakhir bulan Juli
Tim Leader EO : 'Selamat pagi semua, alhamdulillah kami ucapkan bahwa mbak Dilla sudah kembali pulih dan sehat. Maka dari itu semua korrdinasikan kembali melalui Dilla sebagai oenyambung komunikasi intens anata vendor, partner , denagn pihak EO WO. Terimkasih atas perhatiannya.
Ridho membaca pesan tersebut saat ia istirahat sejenak mengerjakan designnya di caffe hidden placenya, terdapat rasa kecewa dalam hatinya dan berpikir bahwa tidak akan ada lagi kesempatan untuk menghubungi Anggra. Lalu ia menggeser ke bar status whatssapp dan menemukan Anggra update, ia melihat status wanita tersebut sedang membereskan tas ranselnya yang terlihat lumayan besar. Ridho tidak dapt menahan untuk mebalas status tersebut
"Packing gra? Mau kemana?" tanya Ridho
"Iya mas, mau berangkat Yogya nanti malam memastikan semua clear sekalian rapat vendor" jawab Anggra sekalinya menjelaskan
"Loh ada rapat all vendor dan partner gra? Kok aku enggak tau?" jawab Ridho heran
"Loh mas Ridho kok enggak tau, kan udah di umumin di grup, coba di baca lagi sudah lima hari kemarin diumuminnya mas" jawab Anggra
Mendapat balasan seperti itu membuat Ridho bingung sekaligus senang bukan main, ia berpikir akan segera bertemu dan bertatap muka kembali dengan Anggra yang menurutnya misterius. Benar ternyata sudah ada pengumuman lima hari lalu, bahwa ada rapat yang akan diadakan untuk memastikan semuanya dan akan diadakan di ruang rapat yang disediakan oleh hotel dimana Dio memberi tempat menginap mereka, saat Ridho mengingat kembali, ternyata pada saat itu ia hanya membuka grup lalu menutup kembali karna ia serius melihat film.
"Hehehe iya gra ternyata udah di umumkan, aku saja yang tidak membacanya"
Ridho membalas lagi untuk basa basi lebih lanjut
"Berangkat semuanya gra tim EO nya?"
"Enggak mas, cuman 5 orang yang berangkat" jawab Anggra
"Take care Anggra and tim"
"Thanks mas" jawab Anggra pendek
Ridho segera membereskan barang-barangnya lalu bergegas pulang. Langit Yogya sedikit mendung hari itu, hanya ada beberapa kali matahari mengintip sedikit dari balik awan hitam. Ia segera melajukan montornya untuk pulang dan memgganti kendaraannya denga mobil. Ridho bergegas mengikuti kata hatinya yang sedikit gila menurut otaknya, ia membeli beberapa bahan makanan dan buah, ia ingin memasakan makanan untuk Anggra dan memberikannya saat mereka bertemu.
Entah apa yang Ridho pikirkan, ia merasa bahagia sekali saat ini. Ridho baru memasuki rumah ketika hujan mulai turun, jam di ruang tengah menunjukan pukul 15:00, tidak terasa begitu lama ia menghabiskan waktunya di supermarket hanya untuk menyiapkan hidangan yang akan diberikan kepada Anggra. Ia istirahat sejenak setelah memasukkan semua bahan makanan ke dalam kulkas. Setelah istirahat Ridho segera mandi lalu menjalankan sholat ashar, tanpa berganti baju dan masih memakai sarung, ia memasuki ruang kerjanya. Ridho seperti disuntik semangat menggebu gebu, ia berinisiatif untuk menyelesaikan seperempat pekerjaannya sehingga besok ia hanya dapat terfokus pada rapat All vendor yang telah disepakati oleh semua pihak dan pastinya melihat Anggra.
Ketika matahari sudah tidak terlihat, Ridho beristirahat dan membuka gawainya. Ia membuka Instagram dan melihat akun Tim leader EO meng update status, terlihat ada lima orang yang terdiri dari tiga cowok dan dua cewek, terlihat Anggra disana yang sedang tersenyum, dia memakai topi kupluk, sweter, jeans longgar dan sepatu convers merah. Terdapat tulisan harapan disana, Ridho mengamini, lalu ia keluar daei status Tim Leader tersebut, ia melihat akun Anggra meng update juga ternyata ia meng update hal sama namun dengan tulisan berbeda 'here we go' tulisnya. Ridho dengan segera berdoa dalam hatinya agar mereka selamat sampai tujuan, terkhususkan untuk Anggra, bisiknya.
Juli 27,2021 pukul 02:00
Ridho terbangun dimeja kerjanya, ia melihat jam di laptopnya dan menyadari ia hanya tidur selama tiga jam, mungkin efek bahagia yang ditimbulkan hatinya membuatnya tidur di ruang kerja. Ridho turun menuju dapur dan segera membuat kopi, ia tidak ingin tidur lagi bahkan rasa kantuknya sudah perlahan hilang. Ia membuka whattsapp membaca pesan pesan yang telah masuk, lalu menggesernya di bar status, Anggra mengeposh sesuatu, langsung Ridho buka, ia melihat foto Anggra seorang diri dan menampilkan senyumnya. Ridho berharap senyum itu akan ia lihat besok ketika bertemu di rapat.
Sesudahnya membuat kopi, ia segera kembali ke ruang kerjanya. Ya ia memilih kopi hari itu untuk menemaninya mengerjakan pekerjaannya bukan alkohol yang seharusnya ia pilih seperti biasanya jika ia diharuskan lembur atau terjaga. Ridho tidak mau memiliki kesan pertama berbau alkohol dan pengar di depan Anggra.
Ketika matahari sudah mulai mengintip dari balik gorden jendela ruang kerja, Ridho membuka gorden itu lebar lebar, membuka jendela ruang kerja agar udara segar pagi hari dapat dihirupnya. Ia dapat melihat dari ruangan tersebut warung bubur ayam Pak Yudi mempersiapkan untuk buka, warung kelontong yang terletak tiga rumah dari warung Pak Yudi masih tertutup rapat, dan terdapat beberapa anak kecil yang bermain sepeda.
Ridho segera mandi pagi, lalu pergi memebeli bubur ayam Pak Yudi, ia baru menyadsri kalau di dekat rumahnya terdapat bubur ayam enak dan itu membuatnya senang karena tidak perlu lagi pergi ke warung bubur ayam yang berada tiga blok dari rumahnya. Ia memilih untuk makan ditempat daripada di bawa pulang untuk dimakan ditempat, ia memilih makan ditempat karena diwarung tersebut sudah lumayan ramai pembeli, memang sarapan bubur ayam adalah salah satu pilihan yang bagus, tidak terlalu berat. Ditengah menghabiskan bubur ayam ia berbincang bincang dengan beberapa tetangga yang mulai ia kenal, mas Adi yang ternyata pemilik bengkel mobil besar ke dua di kota Yogya dan dia memberikan voucer diskon cuci mobil kepada Ridho. Ridho menyadari bahwa benar kata ibunya waktu ia beranjak dewasa dan memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah, bahwa mengenal tetangga adalah pilihan yang bagus karna tetanggamu juga yang akan menolongmu, mengingat pesan itu Ridho tersenyum.
Sekembalinya dari warung bubur ayam pak Yani, Ridho kembali ke rumah dan bersantai di depan tv, ia teringat akan film yang tidak sempat ia tonton di bioskop akan ditayangkan di tv hari itu. Saat menunggu filmnya dimulai, Ridho mengecek gawainya, langsung membuka instagram dan menemukan akun Anggra mengupdate bahwa dia sudah berada di hotel yang telah disewakan oleh Dio untuk menginap tim EO dan rapat all vendor. Ia teringat akan sesuatu dan langsung mengecek jadwalnya, benar nanti sore adalah rapat tersebut. Ridho bergegas ke dapur dan tidak jadi menonton film, ia segera mengeluarkan bahan makanan yang telah dibelinya dan memasak suatu masakan untuk Anggra.
Jeda memasak saat terdengar adzan dhuhur, Ridho mengangkat telepon dari gawainya yang sudah lima menit lamu berdering tanpa henti, 'Dio biawak' tertera di layar gawainya
"Halo yo, ada apa?"
"Lima menit baru diangkat astagaa dasar orang kasmaran, pasti lagu ngeliatin postingan Anggra"
"Enggak, aku lagi masak, ada apa kamu menghubungiku?"
"Widihhh enak nih dimasakin, eh nanti kamu berangkat bareng aku aja ya dho nanti selesai ketemu orang orang vendor temani beli cat"
"Bukan buat kamu masakanku, oke kalo sudah perjalanan kabarin yo"
"Iya aku tau itu buat Anggra kan? Aku jemput jam setengah 3 sore ya dho"
"Oke"
Selesai menutup telepon dari Dio, ia memasukan adonan masakan dalam oven dan memasang waktunya. Ia sesuaikan dengan perkiraan selesai melakukan sholat. Setelah memangsang waktu oven, ia memasang alarm di gawainya untuk mempersiapkan diri berangkat ketika ia terlalu asik memasak. Hari ini aku terjadwal sekali, pikirnya, aku mengandalkanmu gawaiku sayang, lalu dia mengisi daya gawainya,ia tidak mau ada yang terlupa dan kurang untuk hari ini.
Pukul 14:00
Ridho masih bergumul di dapur ketika alarmnya berbunyi, tepat saat semua masakan sudah selesai. Ia segera bergegas mandi dan menyiapkan segalanya, setelah semua siap dan dirinya pun siap dijemput Dio, ia menunggu di taman depan dan duduk santai di bean bag. Tepat pukul 14:30 Dio sudah berada di depan pagar rumahnya, mereka siap meluncur le tempat pertemuan.
Pukul 15:00
Dio dan Ridho sudah sampai di hotel tempat pertemuan mereka, di lobby ia melihat salah satu anggota EO dan segera menyambut mereka. Dio berbincang kepada anggota EO tersebut yang bernama Dafit
"Mas Dafit kok sendiri disini?" tanya Dio
"Iya mas tadi saya disiapin untuk disini sama Leader, yang lain masih diparkiran menata barang"
"Jadi langsung balik mas habis rapat?"
"Iya mas, sebenernya masih mau jalan jalan juga, tapi masih ada yang harus disiapkan"
"Ooo begitu, oke mas hati hati ya nanti kalau pulang, saya tunggu di ruangan ya mas, mulai jam 4 kan mas?"
"Iya mas terimakasih, iya mas jam 4"
Dio dan Ridho pun menunggu di ruang rapat, ada beberapa pelayan restoran hotel yang menyiapkan snack dan makanan untuk rapat. Ridho keluar sejenak dari ruang tersebut untuk ke kamar mandi, selesainya dari kamar mandi ia melihat Anggra sedang duduk sendiri di sofa lobby, Anggra terlihat capek ia minum dengan tenang seranya mengatur nafas, Ridho menuju menghampirinya. Namun langkahnya terhenti saat Leader EO masuk ke lobby dan duduk di samping Anggra dan memberikan roti yang telah ia bagi dua, mereka berdua terlihat akrab.
"Mau gra? Nih bagi yak"
"Hmmm"
"Seret mas, astaga kamu enggak bawa minum lagi dari mobil?"
"Enggak gra, bagi lah itu minum mu ya hehehehe"
"Haisss iya dah, nih, masih banyak padahal tadi di mobil"
"Aku hanya terpikir perutku kosong gra hehehe"
"Dasar mas nih*
Ridho melihat dari kaca resepsionis mengamati mereka berdua, lalu ia melihat Anggra menyodorkan minum yang ia pegang tadi kepada Leadernya.
"yok gra udah mau mulai, tadi kata Dafit udah hampir ngumpul semua"
"Oke aku panggil mas Dodik sama Dilla, tadi kata mas Dodik mau rokok dulu, Dilla lanjut tidur di mobil"
"Oke gra aku tunggu di ruang, kau nanti yang presentasi"
"Siap bos"
Saat Ridho menguping pembicaraan tersebut dan menyadari Leader menuju ruang rapat yang berada di belakangnya, ia segera masuk ruang rapat teraebut dan duduk di samping Dio.
Pukul 15:45
'Selamat sore semuanya, terimakasih sudah bersedia menghadiri meeting persiapan mas Dio yang kurang lebih tinggal menghitung beberapa hari, saya disini selaku Tim Leader EO akan mempersilahkan Anggra selaku Agenda untuk menyampaikan, lalu diteruskan oleh pihak vendor, dan selanjutnya. Anggra..'
Rapat dimulai selama kurang lebih satu jam, lalu jeda istirahat sholat ashar dan magrib, dilanjutkan rapat dan memastikan semuanya, lalu setelah rapat ditutup mereka semuanya dipersilahkan makan malam. Saat semuanya makan dan ada beberapa yang berbincang dan ada yang melanjutkan diskusi. Anggra terlihat sedang berbincang dengan Dio sambil makan, mereka duduk berdua di tepi ruangan
"Hahahaa iya mas Dio, semoga lancar sampai akhir mas"
"Iya dek, terimakasih lo ya kamu selalu siap sedia tiba tiba aku telepon kauak kemarin"
"Iya mas yo enggak apa apa sudah biasa"
"Eh dek, kamu lagi skripsian kan? Kemarin waktu aku telepon kayak kamu awal kesel terus tiba-tiba ramah"
"Hehehe maaf mas yo, sebelum mas Dio telepon kemarin ada telepon dari dospem minta cepet dikerjain padahal revisiannya belum di kasih, tetep ngotot beliaunya"
"Hahahahahahaaa, astaga dek aku kira kamu marah waktu ngerjain skripsi diganggu"
"Enggak mas"
"Waktu produktif kuliah kamu ikut ukm?"
"Iya mas ukm univ, enggak ikut yang fakultas"
"Oo ikut apa kamu ?"
"Yout Leadership"
"Loh beneran kamu ikut itu? Wahh kita satu rumah berarti"
"Mas Dio alumni? Wahh enggak yangka ketemu alumni dari kampus beda"
"Iya aku alumni, aku kok enggak pernah liat kamu di conferens?"
"Emang enggak pernah berangkat mas, eh sebentar jadi yang pernah aku kontak buat ngisi acara YL di kampusku itu mas Dio kamu mas?"
"Iyaa berarti dek, yang dua tahun kemarin kan? Yang alasannya lagi ngerjain projek juga kan? Hahahahhahaa"
"Iyaaa mas"
"Iya itu aku, lagi ada projek kuliah kedokteran forensik hahahhaha maaf ya "
"Astagaa ketemu pembicara yang sekarang jadi klient ku hahahaa"
"Makannya tata caramu bicara kok hampir sama kayak populasi anak YL, ketebak sudah ternyata"
"Hehheehehe"
Ridho melihat mereka berdua yang tertawa terlihat begitu akrab seperti sudah kenal lama, ia duduk di pojok ruangan bersama Dilla yang menjelaskan tentang acara kejutan untuk sahabatnya itu. Dio menoleh pada Ridho, mungkin Dio merasa telah dilihat oleh Ridho, sedikit tatapan tajam terarah ke Dio, Dio membalas dengan senyum
"Eh dek, kamu punya temen cowok?" tanya Dio
"Punya mas banyak, anak YL sih yang banyak"
"Kamu pacaran sama anak YL? Jangan dek jangan hahahhaaha bahaya satu circle pacaran"
"Enggak mas, mas Dio kelihatan pengalaman hahahahhaa"
"Iyalah itu calon istriku anak YL juga hahahahhahaaa"
"Astaga hahahhahahaaaha"
"Eh dek aku, ada yang suka sama kamu" todong Dio tiba tiba
"Ha? Gimana mas maksutnya?"
"Iya, temanku yang dipojok itu, suka sama kamu, but you must stay cool okey? Just keep secret" Dio memberi tahu Anggra yang terlihat kaget dan secara reflek menggunakan bahasa campuran, karena Dio terbiasa ketika bertemu dengan anak YL akan secara reflek begitu
"Mas Ridho maksutnya? Kok bisa? But why?" jawab Anggra yang juga spontan
"Udah tenang saja kamu, tetap kalem ya"
"Oh oke mas yo"
Setelah acara meeting selesai mereka langsung menutupnya dan semua membubarkan diri masing-masing. Tim Leader sedang berbincang dengan Dio, Ridho segera kembali menuju mobil untuk mengambil masakan yang ia siapkan untuk Anggra makan di perjalanan. Saat kembali ke hotel ia hanya menemukan Tim Leader dan Dio yang masih berbincang, mas Davit dan mas Dodik yang merokok di luar Lobby, dan Dilla yang sedang merapikan kembali catatannya. Ia tidak menemukan Anggra disana, setelah bertanya pada mas Davit ia mengerti Anggra dimana.
Ridho menunggu diluar satu meter dari toilet, ia menunggu Anggra. Setelah melihat Anggra keluar dan mengecek gawainya, ia memanggilnya
"Anggra..!"
Anggra menoleh mencari siapa yang telah memanggilnya, dia melihat Ridho mendekat.
"Yuk kutemani jalan ke depan" ajak Ridho
Anggra mengangguk, mereka diam satu sama lain
"Kalian langsung balik?" tanya Ridh
"Iya mas"
"Oh ya, ini makanan buat kalian, bekal buat dijalan" Ridho memberikan tas bekal warna biru tua yang telah ia siapkan.
Anggra terdiam, melihat wajah Ridho lalu ke tas bekal yang lumayan besar.
"Ini buat kalian, bawa saja, nanti kalau kembali ke sini baru dikembalikan, enggak apa-apa" jawab Ridho lalu menyerahlan tas tersebut ke tangan Anggra, ia tahu wajah heran dan bertanya tanya Anggra
"Oh oke mas, terimakasih ya mas dho" Jawab Anggra setelah menerima tas tersebut lalu tersenyum
Ridho tertegun dan melihat Anggra jalan mendahuluinya, ia melihat punggung Anggra dan melihat cara jalan Anggra yang tegas. Ia tersadar setelah Anggra menoleh kepadanya lalu ia berjalan menyusul Anggra menuju lobby. Sesampainya di lobby Ridho melihat Dio dan Tim Leader berjabat tangan, mungkin oembicaraan mereka selesai, setelah melihat ia dan Anggra mendekat mereka menoleh.
"Sudah selesai gra toiletnya?" tanya Leadernya
"Sudah mas, mas Dio belum pulang?"
"Belum gra tadi masih ngobrol" jawab Dio, lalu menoleh ke Ridho dan melihatnya tersenyum
"Itu apa gra?" tanya Leader saat melihat tas bekal di tangan kanan Anggra
"Oh ini, dari mas Ridho, katanya buat tim EO, nih mas" jawab Anggra seranya menyerahkan tas bekal tersebut kepada tim Leader
"Loh mas Ridho, kok repot-repot, makasih ya mas" seru tim Leader kepada Ridho, Ridho tersenyum
"Yuk, Dil ke mobil, sini aku bantu" Anggra melihat Dilla yang sudah merapikan berkas dan map yang berisi kertas kertas layout dari vendor yang datang
"Mari mas Dio, mas Ridho aku sama Dilla duluan ya, terimakasih mas Ridho untuk bekalnya buat tim" lanjut Anggra berpamitan dan mengucapkan terimakasih
Dio menyikut Ridho yang berada di sampinygnya yang terlihat tersenyum lebar dan cerah
"Oh iya gra, hati-hati ya balik nya" jawab Ridho mengabaikan Dilla yang berada disamping Anggra
"Mari mas Dio mas Ridho kami berangkat dulu ya" pamit Tim Leader
"Iya mas, hati-hati ya, selamat sampai tujuan" jawab Dio
Setelah tim EO keluar dari lobby dan menuju parkiran, Ridho masih menatap punggung Anggra yang berjalan menuju parkiran mobil dan berbincang bersama Dilla dan tim Leadernya. Dio melihat wajahnya lalu membuyarkan tatapan Ridho
"Mau nunggu sampai mereka masuk mobil atau nunggu mereka keluar area hotel atau mau sekalian di anterin ke gerbang selamat tinggal Yogya?" canda Dio
"Boleh yuk yo" jawab Ridho tanpa melepas fokus matanya
"Ha? Gimana maksutnya dho?" jawab Dio kaget, candaannya di anggap serius oleh Ridho, dan melihat Ridho tidak melepas fokusnya Dio memukul kepala Ridho sedikit keras dengan harapan temannya tersadar dari fokusnya.
"Sakit bego!" teriak Ridho yang menyebabkan pegawai lobby hotel melihat mereka berdua
"Yaa kamu enggak fokus jawabnya dho, percuma kamu ngeliatin dia, enggak bakal nengok kalo enggak dipanggil, anaknya cuek dan tegas dho" seloroh Dio
"Ha? Kok kamu tau yo?" jawab Ridho heran, mengapa temanya bisa tau tentang Anggra lebih dari ia.
"Yaaa ternyata dia adik organisasiku, kita satu rumah organisasi ternyata, tadi cerita juga ternyata dia juga yang pernah menghubungiku untuk jadi pembicara" jelas Dio
"Astagaa Dioo aku terjebak dengan orang macam kamu dan keluaran organisasi spesiesmu, jelas saja dia sedikit mirip dengan kamu dan spesiesmu saat berbicara di depan umum" Ridho menepuk jidatnya
Dio tertawa melihat respon Ridho dan merekapun tertawa bersama, bercanda sambil berjalan menuju parkiran mobil tentang organisasi yang Dio ikuti selama kuliah dan menyebakan Dio semakin baik dan belajar banyak, yang berakhir Ridho menyebut organisasi Dio sebagai orang-orang spesies.
Setelah acara tersebut mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dengan segera, tidak berkunjung dulu di caffe. Ridho ingin segera menyelesaikan projeknya sebelum acara Dio, sesampainya di rumah ia memakan makanan yang telah ia buat saat tadi membuat bekal untuk Anggra, mengambil dari kulkas dan memasukannya ke microwave agar hangat.
Selesai makan dan mandi, ia menuju ruang kerjanya, mengerjakan projeknya dengan tenang dan mengontrol semua emosinya. Ketika melihat kembali jam telah menunjukan pukul 22:30, ia terlalu fokus dan mengeraskan volume musiknya hingga tidak sadar telah empat jam berada di ruang kerja dan kopi sebagai amunisinya telah habis. Ridho keluar ruang kerja menuju dapur segera membuat kopi lagi, lalu mebawanya kembali ke ruang kerja. Ia ingin istirahat sejenak di balkon ruang kerjanya menghirup udara segar alami bukan dari air codisenernya, sambil beristirahat ia membuka gawainya, melihat ada beberapa pesan dan ada pesan yang menarik dimatanya. Pesan dari Anggra yang sudah sejak beberapa jam lalu.
'Terimakasih mas, semua suka roti abonnya' disertai dengan foto semua orang tersenyum memegang roti
Ridho melihat pesan tersebut lalu tersenyum,
'Iya dek sama-sama, sudah sampai mana sekarang?' balas Ridho
Tidak di balas.
Ridho kembali masuk dan duduk di meja kerjanya, mungkin dia tidur pikirnya, melanjutkan pekerjaan agar selesai tepat waktu dan segera menghubungi klientnya untuk proses terakhir, menelepon anggota timnya untuk pengecekan. Jam telah menunjukan pukul 23:00, Ridho menuju kamarnya membersihkan diri lalu bersiap tidur. Ia hari ini terasa begitu ringan dan tanpa beban sedikitpun.
Keesokan harinya Ridho terbangun terasa begitu segar dan tenang, ia mengecek gawainya terlihat pesan balasan dari Anggra.
'Sudah sampai rumah mas' balas Anggra
'Selamat istirahat ya gra, kamu keren kemarin presentasinya' balas Ridho
'Iya mas terimakasih'
Ridho mulai terbiasa dengan balasan-balasan singkat dari Anggra, ia tidak ingin berpikir terlalu aneh-aneh lagi. Ia teringat pesan ibunya 'semua pasti ada jawabannya diwaktu yang sesuai'.
Setelah membereskan diri, ia mengecek email dari timnya dan ternyata semua telah selesai tadi malam. Ia segera menelepon timnya dan mengucapkan terimakasih dan memberikan janji pertemuan ketika semua telah clear dengan client. Setelah mendapat email tersebut, Ridho menghubungi kliennya setelah sarapan. Ternyata klientnya setuju untuk bertemu nanti sore di kantor tim Ridho.