Oktober 2021
Sudah berjalan tiga bulan hubungan Ridho dan Anggra. Ridho mengerti bila Anggra adalah perempuan yang pendiam dibanyak waktu dan banyak bicara sekaligus memberi solusi jika ia membutuhkan hal tersebut. Beberapa hari belakangan Anggra fokus dalam mengerjakan tugas akhirnya, Ridho mengerti hal tersebut dan memberikan perhatian kepada Anggra dengan mengirimkan pesan kepada Anggra
'Sudah makan? Mau makan apa?'
'Sudah tadi siang, enggak tahu masih bingung'
'Mau bubur ayam?'
'Ha?'
Ridho tidak membalas pesan tersebut, ia langsung berpindah pada aplikasi pesan antar makanan dan mengatur di daerah Anggra tinggal lalu memesankan makanan dan minum. Setelah memesankan makan, ia turun ke dapur untuk membuat makan malam untuknya. Beberapa menit kemudian terdengar dering telepon dari gawainya, telepon video dari Anggra.
'Mas!!!!'
'Hei apa? Jangan teriak, pengang ku'
'Ini apaan astaga, tapi makasih hehehe'
'Makanan lah gra, sudah makan gih, kita makan bareng, tadi abang drivernya bilang apa?'
Tidak tampak wajah Anggra, namun terdengar teriakan Anggra
'Enggak bilang apa apa, Cuma tadi menanyakan benar tidak pesanan atas nama Anggra, begitu saja'
'Lah, gimana sih drivernya padahal tadi aku minta tolong buat ngomong sesuatu'
Lalu terlihat wajah Anggra dan sedang menuangkan makanan pada mangkok
'Pesan apa?'
'Buat bilang, selamat mengerjakan sayang'
'Dih, geli '
'Hahahahahhahahaahahahaha sudah, sudah makan yuk, memang enggak bisa digombalin kamu ini gra'
'Kalau mau ngegombalin harus pakai sekuat tenaga,pikiran, hati, dan doa'
'Itu mau ngegombalin atau mau ujian kehidupan gra?'
'Sekalian kan bisa'
'Dasar aneh ahhahahahhahaha'
'Dasar aneh ahhahahahhahaha, eh gra mmmm'
'Apaan'
'Kamu enggak ada rencana atau acara ke Yogja lagi?'
'Kurang tau sih mas, belum di hubungin TL. Cuman minggu depan ada event di Malang'
'Ooo oke, ketemuan yuk di Malang'
'Ha? Yakin? Bukannya mas lagi ada proyek ya kapan hari cerita'
'Ada, tapi aku belum ambil libur, aku ambil saja minggu depan'
'Oogitu ya enggak apa apa kalau enggak ngeganggu mas Ridho, aku kabarin eventnya dimana dan selesai jam berapa'
'Oke gra, I miss you'
'Hmmm J '
'Jangan dimatikan, aku temani mengerjakan tugas akhirmu'
'Iyaaa'
Malam itu Ridho mempertahankan gawainya agar tetap tersambung dengan Anggra, ia mendekatkan charger gawainya untuk siap sedia ketika batrai habis. Ia tersenyum meskipun hanya bisa melihat Anggra meskipun tidak secara langsung, Ia tersenyum dapat melihat wajah setres perempuan itu ketika tidak sengaja menutup jendela researchnya, rasa hangat dihatinya semakin terasa dan membuatnya tertawa kecil
'Kenapa mas?' tanya Anggra ketika mendengar tawa Ridho
'Enggak kenapa kenapa, suka saja melihat wajahmu sekarang, aku benar benar kangen gra'
'Hmm seminggu lagi ketemu, berdoa saja'
'Mau aku nyanyikan?'
'Mau nyanyi apaan?'
'Yellow Lights?'
'Oke'
' Don't cut the lights | Just take it slow | We're moving fast | We've lost control | But, I feel safe with you.
Love is brave, but I've been scared | I look around, see no one there | And still feel close to you'
Tanpa Ridho sadari, Anggra menghentikan ketikan pada laptopnya dan melihat Ridho. Dia tersenyum. Lalu mereka bernyanyi bersama
' 'Cause all I see are yellow lights, yellow lights, yellow lights
Meet me under yellow lights, yellow lights, yellow lights
We're burning through these yellow lights, yellow lights, yellow lights
When I'm with you'
Lalu Ridho tersenyum, mereka tersenyum. Ridho tidak mengerti bahwa Anggra dapat tersenyum semanis itu dibalik semua ke batu annya. Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu dari rumah Anggra dan suara laki-laki memanggilnya
'Anggra, gra, anggra, gra, kamu sudah tidur??' terdengar orang yang mengetuk pintu
'Eh sebentar mas dho, ada tetangga'
'Oke'
Terdengar percakapan Anggra dan tetangganya
'Gra masih punya mie instan? Minta boleh gra? Hehehe maaf gra ganggu malem malem'
'Ada mas, sebentar aku ambilin'
'Lagi ngerjain skripsi gra?'
'Iya mas, ini mas'
'Makasih gra'
'Oke'
Lalu Anggra kembali ke panggilan video dengan Ridho, ia menanyakan tentang tetangga Anggra
'Tetanggamu rumah laki-laki gra?'
'Iya'
'Sering ketemu'
'Enggak, masnya jarang dirumah, yang sering dirumah adeknya'
'Kok kamu tau gra'
'Namanya juga tetangga samping mas, kenal dekat ya cuman samping kanan kiri depan'
'Ooo'
'Hmmm, oow I know, are you jelous? Hahahahhahahaha'
'Kenapa kamu ketawa, iya aku jelous'
'Oke oke'
'Udah kerjain lagi'
'Udah aku matikan laptopku besok aku lanjutkan, mau tidur'
'Yaudah, tapi jangan dimatikan aku temani ya gra'
Anggra tidak menolak, karena Ridho tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ridho benar benar merasakan rindu kepada Anggra. Saat melihat Anggra sudah sangat terlelap Ridho melihat wajah Anggra lalu mengucapkan selamat malam sebelum mematikan sambungan teleponnya.
Seminggu kemudian
13:00
Ridho sudah berada di bandara untuk berangkat menemui Anggra, pagi tadi ia sudah memberi kabar bahwa ia berangkat hari ini dan di balas oleh Anggra bahwa dia sudah berada di rumah saudaranya di Malang dan akan berangkat ke hotel bersama timnya keesokan hari.
Ketika selesai chek in Ridho menghubungi gawai Anggra namun tidak ada jawaban. Perjalanan menghabiskan waktu sehari.
09:13 keseokan harinya
Ridho telah sampai di kota Malang, ia segera menuju hotel untuk istirahat. Sesampainya dihotel setelah membersihkan diri, Ridho membuka instagram dan melihat story intagram TL Anggra yang memperlihatkan sedang berada di rumah sakit dan terlihat Anggra yang sedang duduk di ranjang pasien dengan menunjukan tangan di perban, TL tersebut berkata 'Dasar anak kebanyakan tingkah enggak bisa diem, masih bisa ketawa pula itu tangan diperban' dan terdengar suara Anggra 'Hehehe enggak apa apa mas, kok semua panik sih hehehehe'. Langsung Ridho membatalkan rencananya untuk istirahat, ia langsung menghubungi TL EO tersebut untuk menanyakan alamat rumah sakitnya. Setelah mendapatkan alamat tersebut Ridho segera memesan ojek online.
Sesampainya di rumah sakit, Ridho menuju lobby untuk bertanya dimana kamar Anggra, namun ia bertemu dengan seseorang yang berada di lobby mengurus administrasi dan menyebut nama Anggra, orang tersebut langsung menyapanya
"Mas kenal Anggra?" tanya orang tersebut
"Iya mas"
"Kenalin saya Sana kakak Anggra, mari mas saya antar ke ruang rawat Anggra, mas pacarnya Anggra ya?"
"Makasih mas, iya mas"
"Bisa suka sama cowok juga ternyata itu anak hahahahaha"
"Maaf mas gimana maksutnya?"
"Iya adek saya itu kalo ditanya soal pacar selalu enggak suka, tapi akhir akhir ini dia cuman senyum kalo ditanya masalah itu, eh ternyata sudah punya"
"Hahahah iya mas"
"Selamat ya kamu sudah dapatkan hati adik saya yang batu "
"hahahah iya mas makasih"
Sesampainya di depan kamar Anggra, kakak Anggra pergi untuk membeli makan untuk Anggra dan meminta Ridho untuk menjaga Anggra saat ia pergi. Saat masuk kamar rawat Anggra, Ridho melihat Anggra sedang merapikan beberapa kertas yang berserakan di tempat tidur pasiennya.
"Sakit kok masih ribet sih kamu ini" sapa Ridho
"Loh mas Ridho kok disini"
"Iya tadi ngedengar kabar kalo ada yang masuk RS karena enggak bisa diem, terus disuruh jagain sama kakaknya"
"Hehehehe, enggak apa apa mas ini, kakakku aja yang berlebihan suruh masuk RS, padahal cuman geser doang tulangnya"
"Geser kok doang, kena apa itu" Ridho mengambil duduk dekat ranjang dan bersiap meng introgasi Anggra
"Ketiban meja"
"Kok bisa?"
"Waktu ngangkat meja, enggak tau kalo ada air terus kepleset"
"Kenapa enggak minta tolong orang lain? Kan timmu banyak gra"
"Yakan sudah biasa lagian salahku sendiri enggak liat kalau ada air"
"Gra... Anggra" hela nafas Ridho
Anggra terdiam, mungkin dia merasakan hawa khawatir Ridho yang memuncak. Dia langsung meraih tangan Ridho. Ridho pun hanya terdiam dan memeluk Anggra.
"Ini pasti sakit, enggak usah bohong sama aku gra'
Anggra terdiam
"Enggak perlu kuat di depan aku, kalau kamu sakit capek, oke? Kamu bisa pakai topeng didepan mereka tapi enggak usah di depan aku, oke gra?"
Anggra hanya mengangguk
Ridho membereskan kertas kertas dan stabilo di depan Anggra,
"Sekarang istirahat, acaramu besok, kalau mau ikut sekarang istirahat dari pada aku bilang kakakmu untuk memperpanjang rawat inapmu"
Anggra menurut dan langsung istirahat. Saat melihat Anggra tertidur Ridho berbicara sepelan mungkin
'Aku sayang kamu gra, aku tau kamu kuat tapi juga butuh istirahat, enggak semua harus cepat dikejar. Aku ada buat kamu gra, bilang ya kalau ada apa apa, aku khawatir'
Beberapa saat kemudian Ridho pun tertidur di samping tangan Anggra.
15:45
Ridho merasa ada tangan di rambutnya, ia terbangun dan melihat senyum Anggra
"Siap siap pulang mas dho"
"Oh oke"
Terlihat kakak Anggra dan TL EO sedang membereskan barang barang dan segera ia bantu.
"Gra kamu pulang ke rumah mas atau langsung ke hotel? Kalau ke rumah mas besok kita berangkat bareng ke venue jam 10 an" tanya kakak Anggra saat berjalan menuju parkiran
"Ke hotel saja mas, besok bisa ngebantu bantu "
"Sudah semua kok gra, kalau kamu mau istirahat ke kakakmu enggak apa apa" saut TL
"Oo begitu"
"Tapi ada beberapa sih yang belum" Lanjut TL
"Bilang saja mas kalau aku masih dibutuhin hahahahahhahahaha, sok sok an nyuruh istirahat"
"Hehehehehee enggak gra sok atuh kalau mau ke kakamu"
"Ke hotel saja, dari pada nanti ada yang uring uringan di belakang hahahahhahahaha"
Ridho melihat hal tersebut dan mulai sedikit ada rasa cemburu saat Anggra bercanda dengan TL. Tiba tiba tangan Ridho ditarik oleh Anggra dan ia mendapatkan ciuman di pipi kanannya.
"Percaya ya sama aku, kita sudah kayak keluarga, enggak usah berpikir aneh aneh" jelas Anggra setelah ia mendaratkan cium di pipi Ridho
Ridho tersenyum dan mengangguk. Bagaimana bisa dia mengetahui apa pikiranku? Dasar Anggra alien. Pikir Ridho.
Ridho ikut mengantar Anggra menggunakan mobil kakaknya ke hotel yang sekaligus menjadi venue acara mereka besok. Setelah semua aman dan beres, Ridho ditawarkan tumpangan oleh kakak Anggra untuk di antar ke hotel tempat ia menginap.
"Gimana mas bisa kenal Anggra" tanya Mas Sana
"Waktu ada acara pernikahan di Yogja mas, kebetulan yang nikah temen deketku" Ridho memulai cerita
"Terus?" lanjut Mas Sana
Ridho menceritakan semuanya tanpa terkecuali sampai ke detail kecil sekalipun. Mas Sana mendengarkan cerita Ridho dengan seksama.
"Ternyata adikku diluar rumah keren juga hahahaha" celetuk Mas Sana setelah Ridho menyelesaikan ceritanya.
Lalu tiba-tiba Ridho di todong oleh pertanyaan Mas Sana
"Kamu ada yang ditanyakan soal Anggra?"
Sebetulnya banyak yang Ridho ingin tanyakan kepada Mas Sana, namun hanya satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya
"Anggra sebenarnya kenapa mas, kok dia seperti memproteksi diri dari laki-laki"
Terdengar helaan nafas panjang dari Mas Sana
"Kamu oke juga bertanya langsung ke intinya, pintar juga kamu hahaha" canda mas Sana
"Jadi kenapa mas?"
"Anggra begitu karena ada 2 alasan, yang alasan pertama kamu harus menunggu waktu untuk Anggra sendiri yang menceritakannya, yang alasan kedua dia pernah beberapa kali suka denagm laki-laki tapi hanya bertahan sebentar, lalu dia pernah sekali pacaran dan dikecewakan. Benar sih si laki-laki memiliki itikat baik untuk memberitahu bahwa dia sudah menemukan perempuan lain dan masih memberi Anggra kabar. Tapi setelah beberapa tahun menghilang ia datang lagi saat melihat Anggra dalam keadaan bahagia dan tenang, lalu ia bertanya sepertimu dan Anggra memberitahu dia tentang alasan pertama, namun laki-laki itu tiba tiba ghosting. Lalu Anggra murung selama 2 bulan. Syukur tidak lama hati Anggra memilih orang lagi namun dia memilih untuk menyimpan sendiri dan menyukai dalam diam, kamu pasti tau orangnya dan aku rasa sekarang kamu tidak perlu lagi khawatir karena tadi aku melihat Anggra mencium pipimu secara diam diam saat menuju parkiran rumah sakit. Sekarang kamu cukup jaga Anggra ya sayangi dia jika benar benar sayang, jika mau meninggalkannya lakukan dengan berbicara baik baik."
Ridho terdiam setelah mendengar cerita Mas Sana, ia tertegun.
"Aku jaga Anggra mas" saut Ridho
Mas Sana hanya tersenyum dan berkata
"Jangan diucapkan, lakukan saja, nanti juga aku lihat"
Sesampainya di hotel tempat menginap Ridho, Mas Sana memberikan sebuah idcard.
"Ini untuk acara besok, kamu pakai ini saja nanti langsung lewat backstage bilang saja sodaranya si Sana, kamu bisa berangkat lebih pagi kan? Nitip Anggra dia tangannya masih bengkak tapi suka ngenyel kalau aku yang ngomong, Aku besok baru bisa berangkat jam 10 mepet perform"
"Oke mas San"
Sesampainya di kamarnya Ridho termenung dan memikirkan apa yang di ceritakan oleh Mas Sana tentang Anggra, apakah alasan yang pertama merupakan alasan utama dan menjadi momok bagi Anggra sehingga membuatnya menghindari memiliki hubungan dekat dengan laki-laki. Ridho teringat saat ia mendekati Anggra dan pada akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Anggra, dia selalu menolak secara halus dan terlihat bingung. Namun Ridho percaya bahwa hal tersebut akan menjadi jalannya untuk menenangkan Anggra, masa lalu Anggra adalah milik Anggra, masa sekarang dan semoga masa depan milik Anggra dan Ridho, ia berjanji pada dirinya untuk menjaga Anggra.
Setelah beristirahat ia menghibungi temannya yang ada di Malang untuk meminjam kendaraan. Andra, teman sekolah menengah pertama Ridho di Yogja, Andra selalu berpindah pindah sekolah karena mengikuti ayahnya yang harus siap dipindah tugaskan ke manapun, namun sekarang Andra menetap di Malang bersama ibu dan adiknya, ayah Andra meninggal setahun yang lalu karena penyakit jantung.
Andra senang sekali dapat bertemu Ridho lagi setelah setahun yang lalu. Andra mengantarkan montor bersama adiknya ke hotel.
"Nih dho, pakai saja selama di Malang, berapa lama kamu disini?"
"Paling cuman 3 hari dra, makasih ya"
"Ada keperluan atau ada cewek yang kamu suka di sini sampai kamu rela jauh jauh ke Malang"
"Hahahahhahahaa bisa saja kamu dra, pacarku lagi ngerjakan event di sini, aku susul saja sudah lama enggak bertemu soalnya"
"Cewekmu anak event? Kuat banget kamu dho hahahahahhahaha, biasanya anak event deket sama anak event"
"Makannya dra aku ikutin saja ke sini hahahahahhaahaha"
"Yaudah pakai ini montor sebaik mungkin dho, jaga cewekmu, aku balik ya dho"
"Siap,makasih ya dra,oke hati-hati dra"
19:30
Ridho membuka gawainya untuk memberi kabar ibunya dan menceritakan keadaan Anggra
"Lalu gimana Anggra sekarang mas?" tanya ibunya
"Sudah baikan bu, besok aku menemaninya saat acara, tadi diberi idcard sama Mas Sana kakak Anggra"
"Yasudah kalau begitu mas, jaga baik baik, jaga kesehatan, hati-hati"
Setelah menutup telepon Ridho mengirim pesen kepada Anggra
"Gra lagi dihotel atau keluar?" tanya Ridho
"Lagi dihotel mas, selesai order makanan tadi, pada malas keluar, dingin banget cuacanya"
"O oke, beneran sudah makan kamu gra?"
"Sudah mas dho, kamu gimana?"
"Belum, ini mau keluar ke Mc D"
"Makan yang teratur mumpung lagi libur mas, yasudah, hati hati pakai jaket dobel kalu perlu, dingin banget soalnya"
"Iya Anggra bawel"
Selesai makan malam, Ridho memesan beberapa menu untuk ia antar ke Anggra dan timnya. Sebenarnya mengantar makanan hanyalah alasan untuk Ridho agar bisa bertemu Anggra.
Ridho mengambil gawainya di saku untuk menghubungi Anggra
"Halo gra, turun gih, aku di lobby"
"Oke"
Beberapa menit kemudian terlihat Anggra keluar dari lift, dia berjalan menuju kearahnya. Sesampainya Anggra di depannya, Anggra langsung memeluk Ridho. Terasa hangat di hati Ridho mendapat pelukan Anggra.
"Maaf jadi enggak bisa jalan jalan ekspres sama kamu karena tangan" kata Anggra masih dalam pelukan Ridho
"Enggak apa-apa gra, melihat kamu lagi secara langsung aku sudah lega"
"Baru ini berasa kangen hahaha"
Ridho semakin erat memeluk Anggra setelah Anggra berkata seperti itu, lalu ia melongagarkan pelukannya dan melihat wajah Anggra, ia mencium kening Anggra.
"Boleh kok gra ngerasa kangen terus, kamu juga manusia"
"Enggak mau, enak ditabung rasanya hahahaha" canda Anggra
"Dasar, bener kata Mas Sana kamu alien hahahahha"
Lalu mereka duduk di ruang tamu hotel yang disediakan dengan berbagai macam tempat duduk. Mereka tidak banyak bicara hanya diam namun saling menatap seakan mata dan hati mereka bercakap dalam diam, terkadang senyum muncul diantara mereka, kadang raut bertanya juga muncul. Seakan mereka memiliki koneksi yang kuat.
"Nih gra, buat kamu sama tim"
"Astaga mas dho, ini banyak, serius?"
"Iyaa gra"
"Hmmm terimakasih ya, bisa buat sarapan mungkin sama anak-anak"
"Udah sana gih istirahat, vitaminnya di minum, oiya tadi aku diberi idcard sama mas Sana buat acaramu besok"
"Ooo sudah jadi persengkongkolan mas Sana hmmm"
"Iya, tadi katanya adiknya yang ini sulit di bilangin, dia angkat tangan, terus nyuruh orang"
"Terus kamu mau aja gitu?"
"Yaa mau daripada masuk ke acaramu bayar tiket hahahahahhahahaha"
"Dasar"
Ridho berdiri memeluk Anggra, lalu mengantarnya ke lift untuk kembali ke kamarnya. Ridho merasa lega bisa melihat dan merasakan pelukan Anggra setelah beberapa bulan tidak bertemu, ia merasa tenang.
Sesampainya di hotel tempat ia menginap, Ridho mendapat panggilan video dari Anggra.
"Iya gra?"
"TERIMAKASIH MAS RIDHONYA ANGGRA!!!"
Ucapan serentak dari orang-orang tim Anggra dengan memegang makanan dan minuman masing-masing. Ridho kaget lalu tersenyum dan membalas ucapan mereka. Selanjutnya
"Mereka yang minta untuk mengucapkan secara langsung"
"Hahahaha iya enggak apa apa gra"
"Selamat istirahat, besok pagi banget harus sudah di venue ya kak"
"Jadi berasa masuk timmu gra hahahahhaha"
"Jam 7:30 harus sudah siap di venue, telat push up"
"Ini tim EO apa tim militer?"
"Siap enggak?"
"Iya Anggra, siap! Jam 7:30 aku sudah di depanmu"
"Hahaahhahahahahahahaha takut banget"
"Dari pada aku dibuang mas Sana, mending nurut adiknya"
"Yeee takutnya ke mas Sana hahahahhaha, engak apa apa mas kamu telat, nikmatin cutimu, selesainya sore acaranya"
"Mau ngebantu kamu, boleh ya?"
"Iya"
Setelah menutup telepon, Ridho masih memikirkan ucapan mas Sana dan janjinya keapda mas Sana. Ia mengambil air wudhu untuk melakukan ibadah agar ia dapat berdoa dan mendapat jawaban. Ridho memantapkan hati dan pikirannya.
Venue.
Pukul 7:00 Ridho sudah berada di lobby hotel dan memakai baju rapi beserta idcard, ia melihat beberapa panitia acara dan staff beberapa EO lain sedang berseliweran. Lalu ia didatangi oleh salah satu panitia
"Maaf mas, mas di posisikan dimana ?"
"Maaf mas, saya enggak tau"
"Lah itu kamu pakai idcard, dapat idcard dari mana?"
"Dari mas Sana mas, saya sodaranya"
"Saya Piko, namamu siapa?"
"Saya Ridho mas"
"Ooo si Sana, kamu pacar adeknya? Saya ketua panitia disini, kemarin siang Sana minta idcard lagi, ternyata buat bodyguard adeknya ahhahahahahaha, yaudah mas enjoy the show ya, tadi saya ngelihat adeknya Sana sama cowok-cowok di caffe lagi sarapan"
"Iya mas, oke mas terimakasih"
Ridho langsung menuju caffe hotel untuk minum kopi dan makan roti saja untuk sarapan. Sesampainya di caffe ia melihat Anggra mengangkat tangannya yang diperban memanggilnya. Ridho berjalan mendekati Anggra yang sedang duduk bersama timnya, Ia duduk di depan Anggra karena sebelah kanan Anggra sudah ada TLnya dan sebelah kiri Anggra sudah ada mas Fitri. Ridho hanya diam lalu tersenyum melihat Anggra dengan tangan yang masih diperban bisa bergurau dan membicarakan rundown dengan santai seakan tidak ada yang sakit di tubuhnya. Anggra bercanda dengan mas Fitri dan tertawa terbahak bahak. Ridho senang dapat melihat Anggra tertawa seperti itu, dia terlihat kuat, ceria dan bahagia, batin Ridho.
TL mengajak mas Fitri untuk mengecek stand untuk terakhir kalinya sebelum acara dimulai, dia juga meminta anggota tim yang lain untuk menyiapkan laptop di stand. TL juga meminta Anggra untuk menyusulnya setelah sarapannya selesai, dia juga mengajak Ridho untuk bergabung segera.
Tinggal ia dan Anggra. Ridho menatap Anggra, lalu Anggra menyodorkan garpu yang berisi sosis didepannya untuk menyuapinya.
"Gimana tanganmu sudah mendingan?" tanya Ridho sambil mengunyah
"Telan dulu baru ngomong" jawab Anggra
Ridho mengambil gelas air Anggra dan meminumnya.
"Jadi?" Ridho kembali menanyakan
"Sudah mendingan, tadi sudah minum vitamin juga" jawab Anggra
"Tadi siapa yang ngebantu ngeperban?"
"Mas TL sama mas Fitri, kenapa? Enggak rapi ya? Tadi lebih enggak rapi pas dipakaikan mas TL hahahhahahaha"
"Enggak kok, nanti selesai acara mau jalan?"
"Oke, setelah eval ya"
Lalu gawai Anggra berdering karena ada panggilan masuk, dia langsung menekan earphone bluetooth yang ada di telinganya untuk menjawab panggilan.
'Oke, tinggal minum, tunggu' jawab Anggra
Setelah selesai menjawab dengan singkat panggilan tersebut, Anggra berdiri lalu memegang bahu Ridho
"Sudah dipanggil beneran, aku kesana dulu"
"Iya graa"
Ridho menghela nafas, waktu ketemu kita benar benar sedikit ya gra, can we make some moment?. Batin Ridho. Matanya mengikuti Anggra berjalan, dia menuju ke meja dissert dan mengambil beberapa permen lalu keluar caffe. Tepat di luar caffe Ridho melihat TL menunggu Anggra dan telihat membantu Anggra memasangkan earphone HT di telinga dan memberikan HTnya untuk dipasang di pinggang. Saat Ridho akan berdiri, ia melihat Anggra sendiri yang memasang HT di saku belakang.
Ridho lalu menyadari bahwa ia terlalu terbawa perasaan, ia lalu menghela nafas untuk menenangkan hatinya.
Acara dimulai, Ridho mulai masuk venue dan mencari stand EO Anggra. Ketika memutari venue dan menemukan stand EO Anggra, disitu hanya ada tiga orang, tidak ada Anggra. Lalu Ridho menanyakan kepada mas Fitri
"Mas Ridho, sini mas bantu bantu hahahaha"
"Iya mas, dimana Anggra?"
"Diajak keliling sama TL, di backstgae mungkin ketemu kakaknya"
"Ooo"
Ridho membantu stand tersebut, memberi brosur kepada pengunjung dan mengantarkan pengunjung yang mau betanya lebih lanjut ke mas Fitri yang berada di depan laptop. Jarak beberapa stand ia melihat Anggra dan TL sedang berbicara di stand fotografer. Terlihat mereka tertawa dengan salah satu tim fotografer. Beberapa menit kemudian Anggra dan TL kembali ke stand.
"Eh mas Ridho sudah disini, gimana bantu kami?" tanya Anggra sesampainya di stand
"Seru" jawab Ridho singkat
Anggra memegang lengannya sebentar lalu langsung menyapa pengunjung dan menjelaskan tentang paket yang mereka punya. Senyum ramah Anggra kepada pengunjung membuat Ridho tersenyum juga. Setelah beberapa pengunjung Ridho beristirahat duduk di sebelah mas Fitri, Anggra menyodorkan botol minuman kepadanya. Ridho melihat wajah Anggra dan mengucapkan terimakasih.
"Gra minummu tadi mana? Minta dong gra" tanya TL
"Sudah aku kasih ke mas Ridho barusan mas" jawab Anggra
"Oo oke" jawab TL
Hingga akhir acara Ridho tidak mengobrol dengan Anggra, Ia dipanggil oleh kakak Anggra untuk dimintai bantuan. Terakhir melihat Anggra, dia sedang beres beres stand membantu mas Fitri. Gawai Ridho berbunyi
*Ting ting* tanda pesan masuk
'aku makan bareng sama anak-anak, nanti malam jadi?' pesan dari Anggra
'Iya hati-hati, jadi jam delapan aku jemput'
'oke' balas Anggra
Selesai membantu kakak Anggra, Ridho langsung kembali ke hotel. Selesai membersihkan diri, ia menghubungi Andra, Ridho mengabari bahwa malam ini ia akan berkunjung ke rumahnya, Andra memberi tahu ibunya yang kebetulan berada di belakangnya
'bun, Ridho mau main kesini, sama ceweknya'
'wahhh nak Ridho...., Mau dimasakan apa nak' tanya bunda Andra
"Tuh bunda bahagia banget kamu mau main kesini dho, kayak ketemu anaknya yang hilang wajahnya hahahahahahahaha"
"Hahahahahha, bilangin ke tante dra, enggak usah repot repot"
'Kata Ridho enggak usah masak bun, cukup air putih'
'Hush kamu ini dra, anak bunda mau datang kok hahaha'
"Tuh dho bahagia banget"
"Hahahahhahaha yaudah nanti malam aku berkunjung"
Setelah memberi kabar ke Andra, Ridho memilih untuk beristirahat.
19:30
Ridho sudah bersiap dan menghubungi Anggra bahwa ia akan menjemputnya. Sesampainya di lobby hotel, ia melihat Anggra sudah siap.
"Lama nunggunya?"
"Enggak baru keluar lift juga"
"Yok berangkat, mampir ke supermarket dulu ya"
"Kita mau kemana?"
"Ke rumah keluarga teman lamaku"
Anggra hanya membalas dengan anggukan dan langsung menaiki montor setelah dipakaikan helm oleh Ridho. Di supermarket Ridho membeli beberapa buah, Anggra hanya mengikuti kemana Ridho berjalan, karena tangan Anggra digenggam Ridho. Anggra mungkin mengerti maksut genggaman tangan Ridho, beberapa kali juga Anggra memegang lengan Ridho dan berkata
"Aku enggak bakal ilang kok mas hahahaha"
"Aku tau" jawab Ridho singkat
"Mau ini? Kesukaanmu kan?" lanjut Ridho sambil mengambil susu coklat kesukaan Anggra
Anggra hanya membalas dengan gelengan dan tersenyum.
Selesai dari supermarket, mereka langsung menuju rumah Andra. Sesampainya disana mereka disambut dengan hangat oleh bunda Andra, Andra, dan adik Andra. Mereka makan bersama masakan bunda Andra dan berbincang bincang
"Sebentar, sepertinya bunda familiar sama kamu gra"
"Eh iya juga bun, andra juga" saut Andra
"Kamu cucu keponakan uti Anom bukan? Yang waktu pindahan bulan lalu mengantar hantaran kesini"
"Iya te, aku cucu ponakan uti Anom, maaf te lupa hehehe, makannya tadi waktu perjalan kesini kayak berasa pernah kerumah ini" jawab Anggra
"Ya Tuhann Anggra, bumi sempit banget astaga" saut Andra
"Iya juga ya mas dra ahahhahaha"
"Bener kata Andra, bumi sempit banget hahahahahaha, kemarin uti Anom main kesini tante minta diajari masak ayam kuning, gesit sehat ya uti Anom"
"Hahahhaha iya te, kata mamah dulu waktu muda uti Anom suka lari lari muter muter komplek"
Mereka berbincang hingga makan malam selesai, terasa hangat bersama keluarga Andra. Saat Anggra membantu bunda dan adiknya mebereskan makan malam, Andra mengajak Ridho ke atap untuk mencari udara segar.
"Kenapa dho?" tanya Andra langsung kepada Ridho yang wajahnya terlihat murung
"Enggak dra" jawab Ridho
"Soal Anggra?"
"Enggak tau, aku yang salah atau aku yang mulai terbawa emosi" jawab Ridho
"Yaudah di omingin saja sama Anggra, biar semuanya jelas" jawab Andra
"Aku nunggu waktu yang pas dra, kasian Anggra, dia capek hari ini" jawab Ridho
"Aku yakin Anggra mau menerima kok, pasti Anggra mau ngerti" jelas Andra
Beberapa saat kemudian terdengar tangga dinaiki, Anggra muncul
"Mas Andra, dipanggil tante katanya di mintain tolong airnya macet"
"Oke gra, gih omongin ya dho" jawab Andra kepada Anggra seranya berbicara juga ke Ridho
Ridho hanya mengangguk.
Anggra mendekati Ridho dan memeluknya dari belakang. Mereka terdiam, Ridho memegang tangan Anggra yang diperban, lalu mengajaknya duduk .
"Masih sakit gra?" tanya Ridho seranya membuka pembicaraan
"Enggak, besok sudah boleh lepas perban kalau memarnya sudah hilang" jawab Anggra
Anggra menaruh kepalanya di lengan Ridho, tangan perban Anggra digengaman Ridho, Ridho membelai pelan tangan itu. Anggra tersenyum.
"Gra aku mau ngomong"
"oke"
"Aku enggak tau harus gimana, aku tau kamu sama timmu sudah seperti keluarga"
"Pasti, sudah denger dari mas Sana" jawab Anggra dengan senyum
"Iya"
"iya dulu, sebelum ketemu mas Ridho, aku punya perasaan sama TLku, tapi aku memilih diam dan menyimpan sendiri karena takut dan khawatir bakal merubah semuanya, tapi sekarang sudah tidak ada, atau mungkin masih ada tapi benar benar sudah hampir hilang"
"Aku cemburu gra, aku cemburu saat kamu ngobrol sama TLmu, saat kalian bercanda berdua, saat kalian ngobrolin rundown, saat kalian deket. Aku tau aku salah itu semua karena pekerjaan kalian, aku tau, tapi a...."
Omongan Ridho terhenti saat Anggra menarik tangannya dan mencium bibir Ridho.
"I give you my first kiss, trust me I am yours now, meskipun masih ada rasa sedikit aku yakin itu cuman sisa yang akan hilang"
Ridho mencium bibir Anggra, lalu menjawab
"You stole my first kiss to, I trust you"
Lalu mereka tersenyum satu sama lain, memeluk satu sama lain dan mulai membangun kepercayaan semakin kuat. Ridho mencium kepala Anggra lalu tersenyum dan berkata dalam hati, 'aku akan lebih percaya kamu' . Lalu berkata
"Maaf, kamu capek tapi aku malah gini gra"
"Enggak apa apa mas dho, dari pada enggak jelas kan?" jawab Anggra dalam pelukan Ridho
"Lain kali jangan motong saat aku ngomong ya, kan enggak seru tadi marahku hahahha"
"Kalau marah lagi, aku tinggal aja ya kalau gitu?"
"Terus siapa yang aku marahin kalau kamu pergi?"
"Marah saja sama kursi tuh"
"Ahahhahahahahhahahahhahahaha, kamu ini ya gra hahahha"
Mereka tertawa bersamaan, lalu mereka turun untuk berpamitan kepada bunda Andra dan Andra. Andra melihat wajah Ridho yang kembali cerah, itu sudah cukup menunjukan bawa temannya sudah kembali baik baik saja.
"Bun, atap kita membawa berkah lagi sepertinya" saut Andra tiba tiba saat mengantar Ridho dan Anggra ke gerbang bersama bunda
"Kok bisa dra?" tanya bunda Andra heran
"Hahahahhahahaha, makasih ya dra, tante, atap tante membawa berkah" jawab Ridho
Andra, Ridho, dan Anggra tertawa bersama, sedangkan bunda Andra masih bingung dengan apa yang mereka bertiga tertawakan.
Ketika sampai di lobby hotel, Ridho menatap Anggra
"Kenapa?" tanya Anggra
"Aku belajar juga ternyata sama kamu, belajar percaya" jawab Ridho
"Memang sebelumnya?"
"Sebelumnya berjalan lancar semua, atau mungkin aku yang tidak tau atau aku yang menutup mata"
"Ooo, besok berangkat jam berapa?"
"Subuh, flight yang pagi banget, kamu?"
"Ngikut TL sama mas Fitri paling jam sepuluh terus mampir dulu ke rumah mas Sana"
"Oke, yaudah, aku balik dulu ya, besok aku kabarin"
"Oke"
Keesokan paginya subuh Ridho sudah berada di bandara dan mengirim pesan kepada Anggra
'Gra, aku sudah dibandara ini sudah chek in'
Tidak ada balasan, menunggu waktu masuk pesawat Ridho melihat sekeliling lalu menyalakan musik dan memasang earphone di telinga. Saat melihat ke sekeliling ia tidak sengaja melihat sosok Anggra bersama seorang laki-laki tapi bukan dari tim EO atau mas Sana, mereka menuju gate pesawat yang dijadwalkan akan terbang ke Surabaya.
Pertengahan bulan Desember 2021
Sudah dua bulan sejak bertemu di Malang, Anggra tidak ada kabar apapun. Biasanya ketika Ridho mengirimi dia pesan, maka akan dibalas atau hanya sekedar dibaca dan akan menelefon ketika dia sudah memiliki waktu. Ridho tidak dapat menghubungi Anggra dan pesan pesan dari Ridho juga tidak dibaca atau bahkan di balas, ketika ia menanyakan kepada mas Sana, mas Sana hanya menjawab
"Tunggu saja di hubungi, dia selalu menghilang tiba-tiba, mungkin lagi bertapa"
Ketika ia menghubungi Ibu Anggra, beliau hanya menjawab
"Terakhir, dikabari dia berangkat Surabaya dan dua minggu kemarin menanyakan keadaan ponakannya si Zumi"
Selama Anggra tidak ada kabar, dua bulan Ridho juga sibuk mengerjakan proyeknya yang lumayan padat. Ridho hanya ingin tahu dimana Anggra dan bagaimana keadaannya. Dari jawaban keluarga Anggra, mereka terlihat sudah biasa dengan tingkah Anggra yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, dan hanya mengabari sesuka hatinya.
Sebulan kemarin ketika Ridho membuka instagram dan melihat akun Dilla yang menunjukan sedang mengerjakan Event mini konser. Ia langsung membalas dan menanyakan keberadaan Anggra. Dilla hanya menjawab
"Kurang tau mas, kata TL sebenarnya event ini Anggra harus ikut, tapi dia kemarin dua hari setelah acara di Malang, dia bilang kalau ada urusan penting banget"
"Mbak Dilla bisa menghubungi Anggra?"
"Enggak mas, TL kemarin telefon mau minta saran juga enggak dijawab"
"Terimakasih mbak.."
Seminggu kemarin pun ketika Ridho ingin sekali bercerita kepada Anggra, telefon Ridho tidak dijawab. 'Kamu lagi dimana sih gra? Lagi sibuk banget?' batin Ridho. Ia berpikir mungkin ini yang Anggra maksut ketika Ia mengajaknya berpacaran, resiko tidak diberi kabar karena dia masih terbawa hati yang independent terlalu lama melakukan semua sendiri. Ridho menyadari hal itu dan tetap ingin menunggu Anggra memberi kabar, ia sudah berjanji dan bertekat untuk menjaga Anggra si kepala batu.
Pukul 23:17
Ridho tidak bisa tidur, ia berada di ruang kerjanya yang berserakan dengan blueprint design dan laptop yang menyala sejak kemarin. Ridho mengambil gawainya, membuka Instagram, ia menemukan suatau kelangkaan selama dua bulan ini. Anggra mengupdate sesuatu. Ketika dibuka Anggra hanya merepost cerita dari cerita orang lain, ada suara laki-laki
"Chief tergila, jadi ikut gila aku setim sama kamu gra hahahahahaha, makan gih di enakin, besok otak dan mulutmu harus singkron"
Terlihat Anggra sedang makan soto dan tersenyum, terlihat raut lelah dan tangguh secara bersamaan.
Ridho langsung membalas cerita tersebut.
'Lagi dimana kamu gra?'
'Di Semarang mas' Balas Anggra
'Lama disana gra?'
'Enggak, besok berangkat ke kota lain' jawab Anggra
'Yasudah, hati-hati' balas Ridho
Hati Ridho sangat marah sebenarnya, tapi ia berusaha sangat untuk meredam. Ridho kembali terngiang-ngiang oleh suara laki-laki di video tadi. Ia membuka kembali dan mengetuk cerita yang Anggra reupload, ketika sampai di akun laki-laki itu ia menemukan bahwa laki-laki itu bernama Alif. Terdapat foto Anggra sedang tersenyum dipostingan Alif, ketika mengetuk foto tersebut dan menggeser, Ridho melihat wajah bahagia Anggra memeluk Alif. Ia melihat keterangan foto tersebut.
'Dua bulan tergila, kamu keren gra, kita keren, gila benar benar gila. We did it gra, tidur dikantor marah-marah enggak jelas terbayar hahahahahaha. Mata kita sudah hitam gra, yuk bilang ambil cuti liburan ke leader!
Nb: For all of you we just team, she have good boyfriend hahahaha'
Ketika melihat tentang foto tersebut memang banyak komentar yang menyebutkan mereka cocok berpacaran, ada yang mengatakan pasangan gila di kantor, ada juga yang berkomentar jika mereka sudah berdikusi disalah satu ruang kerja, ruang tersebut akan terkunci seharian dan hanya Leader, ketua atau wakil divisi lain, dan OB yang boleh masuk.
Lalu Ridho terngiang oleh perkataan Alif di video tersebut tentang Chief tergila. Chief kan ketua divisi, batin Ridho, Anggra ketua divisi apa? Tadi di keterangan foto disebut kantor, kantor mana? Dua bulan tidur di kantor? Jadi mereka dua bulan bareng terus? Anggra kerja dimana saja sih?. Banyak pertanyaan yang menghampiri benak dan pikiran Ridho saat ini.
Keesokan harinya
Pagi itu Ridho mendapat telepon dari clientnya, dia meminta untuk bertemu Ridho di proyek saat siang. Setelah mendapat telepon tersebut, Ridho bersiap untuk berolahraga lari keliling komplek rumahnya, seperti biasa setelah berlari ia memilih sarapan di bubur ayam tetangganya. Hari ini perasaan Ridho terasa sangat biasa saja cenderung flat tidak bahagia, tidak marah, ya hanya senyum sekedarnya.
Ketika dalam perjalanan ke proyek Ridho mendapat telepon dari Dio, ia langsung menyambungkan telepon tersebut ke earphone bluetoothnya.
"Halo dho"
"Hmmm, ada apa yo?"
"Flat banget pak? Kenapa? Eh tapi aku ada berita baik biar kamu senang"
"Hmm apaan?"
"Tadi aku baru saja mengantar istriku ke hotel Aston buat reservasi kamar untuk bos perusahaanya, terus aku ngelihat Anggra ambil orderan makanan, dia enggak liat aku sih, tapi intinya dia lagi di Jogja dho"
"Yakin itu Anggra? Masa dia enggak liat mantan clientnya?"
"Iya aku yakin itu Anggra, dia enggak ngelihat karna aku di dalam mobil, Cuma istriku yang turun."
"Yakin itu Anggra? Dia sudah dua bulan enggak ada kabar, kemarin baru ada kabar kalau dia di Semarang"
"Coba kamu tanyakan langsung aja dho, kali aja dia mau bikin kejutan setelah dua bulan enggak ada kabar"
"Oke, nanti aku tanyakan"
Perasaan Ridho tidak berubah dengan adanya kabar itu, ia terlihat biasa saja. Sesampainya di proyek ia bertemu dengan clientnya dan menyelesaikan semua tugasnya hingga sore menjelang malam. Sepulang dari proyek Ridho memilih untuk makan malam di nasigoreng pinggir jalan dekat area kampus seni, ia hanya makan dengan perasaan hampa, ya tidak ada perasaan apapun. Selesai makan Ridho langsung pulang, mandi, daan masuk ke kamar tidurnya.
Ia duduk di tempat tidurnya memandang kosong ke luar jendela kamarnya, lalu ia teringat pembicaraan dengan Dio siang tadi. Ridho ingin menanyakan hal tersebut kepada Anggra, namun ia masih merasa marah dan memilih untuk diam dan menunggu. Namun penjelasan itu berpihak kepadanya, ia membuka instagram dan melihat akun Anggra mereupload cerita, langsung Ridho buka, dan terlihat foto Anggra dan Alif dan beberapa baris tulisan yang disematkan
'Semoga kalian sukses besok, aku yakin duo gila bisa, to @Aliff_ koneksikan pikiranmu dan si @Anggra, dia sukanya 'dalam tempo dan waktu yang se singkat singkatnya' kayak text proklamasi hahahhahahha, bantu dia jabarin ' ditambahkan dengan stiker lokasi hotel yang tadisiang diceritakan Dio
Dan ada tulisan tambahan yang di sematkan oleh Anggra
'Siap Leader, @Aliff_ semoga letter break kita di acc hahahaha'
Seketika itu Ridho membalas cerita tersebut
'Bisa ketemu?' tanya Ridho
' Sorry, enggak bisa dho, but maybe tomorrow we can go . Tunggu kabarku' jawab Anggra
'Oke'
Dalam benak Ridho semakin banyak pertanyaan, perasaannya semakin campur aduk. Hungga pukul 23:00 rasa kantuk belum juga datang, hingga akhirnya ia terpaksa meminum satu butir obat tidur agar ia bisa tidur tanpa memikirkan banyak hal.
Keesokan harinya Ridho menghabiskan waktu di rumah, ia malas untuk melakukan segala hal. Bahkan tawaran gengnya untuk berolahraga pun ia tolah mentah-mentah, Didi yang berusaha untuk membujuknya pun tidak digubris sama sekali. Ridho mematikan gawainya.
Ia memilih untuk menonton film hingga bosan, pergi ke dapur untuk memasak mie instan, lalu kembali lagi di depan tv. Ridho merasa ingin sendiri dan menunggu semua kembali normal, tapi ia berpikir, atau mungkin tidak akan normal-normal saja jika dengan Anggra?, apa aku terlalu mengambil resiko dan tidak mengindahkan peringatan Anggra di awal?, kenapa dia bisa begitu berbeda dengan perempuan-perempuan yang biasa aku temui dan dekati? Kenapa kamu banyak sisi misterius sih gra, kamu bukan benar-benar alien kan? Sebanyak apa rahasia yang kamu simpan?. Banyak sekali yang Ridho pikirkan hingga tertidur di depan TV yang masih menyala.
Ketika bangun, hari sudah sore. Ridho mematikan TV dan membereskan bekas makannya, setelah itu ia memilih untuk pergi ke taman belakang dengan mengangkut binbag yang berada di taman depan. Ia duduk dengan posisi terlentang pasrah di binbag, berkecamuk rasa di dadanya. Ridho menyalakan gawainya yang tadi ia matikan untuk menghalau telepon-telepon dari teman-temannya, ada banyak sekali panggilan telepon yang tidak terjawab, pesan yang tertimbun.
*tringgg.. tringgg* gawai Ridho berbunyi menunjukan adanya panggilan masuk, ketika akan mematikan telepon tersebut agar tidak ada yang mengganggunya, ia melihat nama Anggra dan segera menjawabnya, ia membenarkan posisi duduknya
"Halo"
"Ya, halo" jawab Ridho datar
"Bisa kita keluar nanti malam?" tanya Anggra
"Kamu mau kemana?"
"Ketempat yang aku bisa melihat langit malam tanpa terhalang apapun, ada?"
"Oke, jam 7 aku jemput kamu"
"Oke, siap" jawab Anggra
Setalah menutup telepon dari Anggra, Ridho merasakan marah dan kecewa, pokoknya malam ini aku mau kamu cerita semuanya gra, kamu engak sendirian lagi sekarang, ada aku, batin Ridho. Ia segera berpikir untuk mencari tempat yang di mau Anggra. Ia teringat akan kantor ayah Didi yang memiliki rofftop yang biasa mereka pakai ketika sudah tidak ada tempat berkumpul lagi. Ridho segera menghubungi Didi.
"Halo di"
"Halo dho, kamu masih hidup kan?"
"Masih lah, sorry tadi aku benar benar ingin dirumah saja"
"Oke oke, Noval sih yang agak marah tadi karena timnya kalah, biasanya ada kamu yang bikin menang hahahaha"
"Hahahaha sorry guys"
"Jadi kenapa dho? Ada yang bisa aku bantu?"
"Mau pinjem rofftop kantor boleh enggak? Lagi ada acara disana?"
"Mau ajak si Anggra? Boleh kok dho, ayahku lagi di luar kota, enggak ada acara disana, nanti aku bilang ke satpam kalau kamu mau kesana, jam berapa?"
"Iya mau ajak Anggra, we need little space just for us, jam 7 an di"
"Oke nanti aku kabarin satpam habis ini, jangan marah ke dia dho"
"Terimakasih ya di"
Setelah mendapat tempat ia segera memberishkan diri dan bersiap untuk mendengar semua yang Anggra akan jelaskan.
Jam 19:00
Ridho sudah berada di parkiran depan lobby tempat menginap Anggra yang dia kirim tadi sore. Dia pindah hotel untuk menginap karena hotel sebelumnya dibayar dengan uang kantor ketika Ridho bertanya kenapa dia pindah hotel.
Anggra terlihat keluar dari lift, dan melihat Ridho keluar dari mobil. Mereka langsung berangkat, tidak ada percakapan sama sekali dalam perjalanan. Ridho mampir ke minimart untuk mebeli beberapa minuman, saat akan memarkir mobil di minimart terdapat polisi tidur yang menyebabkan earphone Ridho yang ia tarus di dekat handrem terjatuh di dekat sepatu Anggra.
"Sudah enggak usah diambil, nanti saja" kata Ridho saat Anggra membungkuk untuk mengambil
Namun Anggra tetap mengambil, dan saat akan duduk kembali kepalanya terbentuk dasbor mobil, dan Ridho tanpa sadar langsung membentaknya
"Aduh" Anggra memegangi kepalanya
"Dibilangin nanti saja kenapa sih! Kan kepalanya jadi kebentur! Sekali- sekali nurut aja kenapa sih gra?!"
Anggra kaget dengan reaksi Ridho, dia langsung terdiam dan meletakan earphone ke tempat semula. Ridho tersadar telah membentak Anggra, ia diam dan menenagkan diri. Saat mobil sudah terparkir Ridho langsung turun dari mobil tanpa mematikan mesinnya, ia membiarkan Anggra tetap dalam mobil. Setelah selesai berbelanja Ridho segera masuk mobil, ia mengambil kaleng susu siap minum kesukaan Anggra dan membukanya, lalu meberikannya ke Anggra
"Ini minum dulu" seranya memberikan minuman
Anggra melihatnya dengan tatapan kaget dan takut, lalu menerimanya
"Habiskan dulu baru jalan" kata Ridho
Ridho melihat Anggra menghabiskan minumannya, ia menyentuh kepala Anggra yang tadi terbentur tanpa berbicara apapun, hanya membelainya lembut sekali. Setelah Anggra menghabiskan minumannya, Ridho baru menjalankan mobilnya.
Sesampainya di gedung kantor ayah Didi, Ridho langsung dihampiri oleh satpam
"Temannya mas Didi ya mas?"
"Iya pak"
"Kata mas Didi hati-hati kalau ke rooftop, buang sampah pada tempatnya, itu pesan mas Didi" jelas satpam
"Siap pak, terimaksih nggeh pak" jawab Ridho dengan memberikan sneyum ramah
Mobil Ridho berjalan menanjak, saat sampai di rooftop ia langsung turun
"Jangan turun dulu, tunggu aku" kata Ridho kepada Anggra tanpa melihat Anggra
Anggra hanya mengangguk dan melepaskan sabuk pengaman.
Saat sudah dibukakan pintu oleh Ridho yang sedang mebawa tas belanja, Anggra segera turun. Ridho membawa belanjaannya dan berjalan agak kepinggir bangunan lalu duduk, Anggra mengikutinya dari belakang, lalu duduk di sampingnya
Tidak ada yang memulai pembicaraan, hanya diam. Lalu ridho membuka suara
"Maaf, tadi membentakmu"
"Iya" jawab Anggra lembut
"Jadi ada yang mau diceritakan setelah menghilan dua bulan?"
Anggra terdiam, wajahnya terlihat bingung
"Terserah mau mulai dari mana, atau mau mulai setelah di Malang?"
"Oke" Anggra menghembuskan nafas panjang
"Jadi?"
"Jadi setelah mas kemarin mengantarku kembali ke hotel, aku mendapat telepon dari kantor, kalau harus segera berangkat ke Surabaya bersama temanku"
"Kantor? Kamu kerja apa saja sih?"
"Iya kantor, aku sama enam temanku membangun startup kayak EO gitu tapi base on Virtual dan sudah berjalan selama tiga tahun alhamdulillah "
"Terus?"
"Terus keesokan harinya subuh subuh berangkat ke bandara sama Alif chief bagian digital, berangkat ke kantor Surabaya dulu membereskan berkas dan lain-lain mengurus ini itu"
"Jadi yang aku lihat di bandara waktu itu beneran kamu? Terus menghilang dua bulan gitu tanpa ada kabar, keluargamu aku tanya semua menjawab 'lagi bertapa, syukur kemarin ada kabar' tim mu EO aku tanya jawabnya juga sama dan tidak tahu kamu sedang dimana, dan kenapa mereka bisa menghubungi aku enggak gra?" Ridho meluapkan emosinya
"Maaf, sudah terbiasanya seperti itu, saat bekerja di kantor dan hetic malas sekali diganggu, dan soal telepon, gawai mas mana? Coba cari nama telepon 'Just call when really really URGENT'"
Ridho mengeluarkan gawainya dan mengikuti perintah Anggra,
"Sudah ketemu? Coba telepon"
Ada bunyi gawai dari tas Anggra, dia mengeluarkan gawai lain selain gawai Anggra yang selau dia bawa kemanapun.
"Seperti nama kontak nya JUST CALL WHEN REALLY REALLY URGENT" jelas Anggra seranya mengangkat gawai lama tersebut dengan tersenyum
"Sejak kapan kamu memasukan nomer ini ke gawai ku?" tanya Ridho heran
"Saat di rumah mas Andra, mas nitipin gawai karena mau ke kamar kecil, dan mas ngasih tau Anggra passwordnya, tenang saja Anggra enggak buka yang lain-lain hanya memasukan nomer saja hehehe, karena saat itu firasat Anggra, aku akan pergi lumayan lama dan hanya bisa di hubungi ketika benar benar mendesak sekali. Ternyata benar firasatku, dan lupa mau memberi tahu mas soal nomor itu, maaf. Dan selama dua bulan aku menyelesikan semua pekerjaanku yang sudah diburu waktu, dan alhamdulillah sekali lagi semua lancar, dapat investor yang ternyata paman dari Istri mas Dio" Jelas Anggra
Ridho terdiam. Lalu langsung menanyakan sesuatu kepada Anggra
"Aku prioritasmu yang keberapa gra?" tanya Ridho
Bukannya dijawab tapi Anggra membalikan jawabn tersebut
"Kalau mas, aku prioritas nomor berapa?"
Ridho sudah terbiasa dengan Anggra yang macam begini, dia selalu memberikan pertanyaan kembali
"Kamu, nomor satu" jawab Ridho
"Jangan" jawab Anggra
"Kenapa?"
"Just thinking realistik, taruh saja keluarga intimu di nomor satu, jangan aku. Karena bagaimanapun juga pasti suatu saat atau entah kapanpun aku akan pergi dan kamu akan kehilangan prioritas utamamu, jadi kasih keluargamu nomor satu, apapun yang terjadi kamu juga dan kembali ke keluargamu terutama ibumu mas"
"Jadi kamu sudah ada rencana pergi?" tanya Ridho gusar
"Bukan seperti itu, just think again and be more realistik, aku enggak apa apa kamu kasih di nomor dua, it's okey, karena aku juga melakukan itu. Kamu aku taruh di nomor dua bersama dengan sahabatku, kalian sama-sama penting, dan aku akan melihat di dalam keadaan seperti apa aku harus memprioritaskan kamu atau sahabatku. Like just example, ketika kamu ada rencana pergi dengan aku dan tiba tiba mungkin Dino masuk rumah sakit, aku tidak akan marah karena hal tersebut, karena memang harus keluarga nomor satu. Dan ketika aku bersamamu lalu sahabatku menelepon untuk bergabung dengan mereka di acara yang aku rasa aku tidak benar-benar harus disana, aku akan tetap sama kamu, atau ketika aku bersama mu tapi sahabatku menelepon dengan menangis aku akan memprioritaskan sahabatku, karena sebelum ada kamu, aku bersama mereka. Tenang saja aku tau mana tangis yang benar benar tangis dan mana yang tangis palsu" jelas Anggra seranya menggenggam tangan Ridho.
"Iya juga sih, make sense" jawab Ridho
Hatinya sudah mulai tenang setelah mendengar penjelasan dari Anggra.
"Aku tahu kamu sudah terbiasa dengan ke mandirianmu dan semua yang kamu lakukan sendiri, tapi aku mau kamu, kita, belajar" kata Ridho
"Belajar?" tanya Anggra
"Iya belajar, aku belajar tentang kamu, dan kamu belajar tentang aku, seperti aku akan belajar menghargai kamu ketika bekerja tidak mau diganggu dan menghilang, dan kamu akan belajar menghargai keberadaanku sekarang bahwa ada orang yang sayang sama kamu dan ingin tahu bagaimana keadaanmu setelah beberapa kali melihatmu sakit" Ridho memberi penjelasan
Anggra hanya terdiam, mungkin dia sedang berpikir. Dia terlihat bingung menundukan kepala, lalu melihat pemandangan lampu jalan dan mobil yang sedang berlalu lalang. Ridho mengerti perasaan Anggra yang mungkin ini merupakan hal baru dalam hidupnya dan mungkin juga akan membuka beberapa pintu yang menyimpan banyak rahasia. Ridho memeluknya dan memberikan ketenangan, lalu berkata
"Mungkin ini terdengar sulit untukmu, aku tidak akan memaksamu"
Anggra terlihat tenggelam dalam pelukan Ridho yang menenangkan, lalu terdengar Anggra mengatakan sesuatu
"Mas, aku haus, ada air mineral" tanya Anggra yang masih berada didekapan Ridho
"Hmmmm ada" Rodho mengambil minum di dalam tas minimart
Ridho tersenyum melihat Anggra kembali tenang dan berada di dekatnya kembali, mungkin hanya beberapa saat, mungkin besok Anggra akan menghilang lagi, ia tidak tau, banyak sekali rahasia yang berada dalam perempuan ini, mungkin juga banyak sekali luka, kecewa yang tidak terlihat. Ridho mengusap ujung kepala Anggra dan mengusapnya.
"Kenapa mas?" tanya Anggra heran
"Enggak apa apa" jawab Ridho
Namun hatinya berkata lain, 'aku ada buat kamu gra, aku janji, aku mau belajar buat kamu'
"Kamu besok pulang?" tanya Ridho
"Enggak, masih dua hari lagi aku disini, sudah minta cuti ke leader dan di approve"
"Berapa hari cutimu?"
"Dua minggu, mau liburan sebentar terus pulang"
"Besok mau ke rumahku enggak? Ketemu Bunda Ayah sama adek adekku?"
"Boleh, jam berapa?"
"Sekalian saja kamu menginap di rumah, bunda pengen ketemu kamu. Berangkat jam 10 saja, kamu pasti lelah dan mau bangun siang kan?"
"Kenapa aku menginap dirumahmu? Kan aku masih ada hotel"
"Enggak apa-apa, mumpung kamu disini, sekalian besoknya aku ajak muter Jogja"
"Jadi besok jam 10 sekalian chek out gitu?"
"Iya"
"Oke"
Hanya kamu yang bisa
Kamu yang bisa
Buatku menangis dan tertawa tak tentu
Buatku kecewa dan bahagia
Ya kamu
-Telepati by Arah Band-
Paginya Rido menelefon Anggra, namun tidak mendapat jawaban. Sudah pukul setengah sepuluh, namun Anggra tetap tidak menjawab, ia segera berangkat ke penginapan Anggra. Sesampainya di lobby hotel ia sudah melihat koper dan tas ransel milik Anggra, namun pemiliknya tidak ada, lalu ia bertanya ke resepsionis menanyakan kemana pemilik tas-tas itu. Resepsionis mengtakan bahwa pemilik tas tersebut telah sejak satu jam yang lalu menitipkan tas tersebut dan pergi ke taman yang terletak di tengah hotel. Setelah berterimakasih, ia segera mencari Anggra dan menemukan dia sedang duduk dengan earphone yang terpasang ditelinganya.
"Anggra?"
Tidak ada jawaban, ia mencoba untuk membuka topi yang menutupi wajah Anggra. Ia melihat Anggra tertidur pulas, ia mencoba untuk melepas earphone yang berada di telinga kiri Anggra. Ketika earphone telah terlepas Anggra terbangun kaget bahwa didepannya telah ada wajah Ridho yang begitu dekat yang akan melepas earphone sebelah kanannya.
"Eh sudah bangun? Mau aku gendong ke mobil tadi"
Angra yang masih dengan wajah kaget, dia hanya mengangguk.
"Yaudah, yuk berangkat" Ridho menggandeng tangan Anggra, dan mengenakan topi yang tadi digunakan Anggra untuk menutupi mukanya.
Ridho membantu Anggra membawakan koper dan tas ransel untuk dimasukan ke mobilnya. Setelah masuk mobil dan mulai perjalanan, Anggra hanya terdiam dan 10 menit kemudian tertidur kembali. Ridho melihat hal tersebut, ia menepikan mobilnya sebentar untuk memberikan selimut ke badan Anggra dan memeluknya sebentar, wajahnya terlihat lelah. Ketika akan melanjutkan perjalanan ia mendapat telefon dari adiknya Dina, bahwa ia menitip burger Mc D dan Dino juga mau paket spicy, dan ia menyanggupi semuanya. Ridho jarang sekali menolak perintaan adik-adiknya, namun ia juga sangat tegas kepada mereka.
Ketika berhenti di drivetru Mc D, Anggra terbangun dan terdiam, Ridho menawari Anggra
"Mau apa gra?"
"Hmm, enggak"
"Burger mau?"
"Enggak"
"Macflurry Oreo?"
"Enggak"
"Fanta float?"
"Enggak, mas dho"
"Ayo, Anggra" dengan nada sedikit penekanan
"Fanta float saja sudah" jawab Anggra
Setelah mengambil pesanan, mereka melanjutkan perjalanan, Ridho menanyakan sesuatu
"Kamu lelah banget ya gra?"
"Enggak, biasa saja"
"Beneran?" tanya Ridho khawatir
"Iya, mas, kenapa?"
"Tadi waktu kamu tertidur, kamu sempat menangis sebentar"
"Nangis gimana mas? Aku mimpi apa ya?" tanya Anggra dengan wajah penasaran
"Ya nangis, getar badanmu, terus tenang, terus tidur lagi, sempet ngomong 'aku kuat, Anggra bisa berdiri sendiri' terus diem tidur lagi" Ridho menceritakan
Anggra terdiam
"Kamu beneran enggak kenapa-kenapa gra? Kalau mau cerita, cerita ke aku ya" jelas Ridho khawatir namun nadanya menenangkan
Anggra hanya mengangguk.
Sebenarnya ada sepenggal kalimat lain yang muncul dari mulut Anggra saat dia mengigau, tapi Ridho memilih untuk tidak membicarakannya.
Sesampainya di rumah orang tua Ridho, mereka disambut oleh keluarga Ridho yang sedang mengadakan pesta kecil-kecilan, bakar jagung, daging, dan lain-lain, terlihat Dina sedang mengupas semangka dan Dino yang membantu ayahnya membolak balik daging.
"Halo nak Anggra, selamat datang" sapa ibu Ridho
Anggra mencium tangan ibu Ridho
"Taruh barang-barangmu dulu di kamar yang sudah tante siakan, nanti langsung gabung ya, Ridho bantu Anggra"
"Terimaksih tante, maaf merepotkan" jawab Anggra dengan senyum
Setelah membereskan semua, dan Ridho berganti pakaian, ia mengajak Anggra untuk bergabung dengan keluarganya.
"Hai mbak Anggra, aku Dina, itu Dino, kita adiknya mas Ridho" sapa Dina dengan ramah ketika Anggra mendekat
"Hai Dina, ada yang bisa aku bantu?" jawab Anggra juga dengan ramah
"Bantu ini saja mbak, di tata di piring ini, makasih ya mbak main main ke rumah"
"Iya, din"
"Soalnya mas Ridho itu pasti…." Pembicaraan Dina terpotong saat Dino mendekat
"Mas Ridho kenapa mbak din? Hayoloo ngomongin mas Ridho, MAS DHOOO ADA YANG NGOMONGIN KAMU" saut Dino dan berteriak memanggil Ridho yang sedang membantu ayahnya
Ridho mendekat dengan membawa hasil panggangan, Ayah dan Ibunya juga mengikuti , semua telah berkumpul di meja kayu yang telah disiapkan untuk acara malam itu
"Gimana nak Anggra, masakan om?" tanya ayah Ridho ramah
"Enak om, pas, apalagi yang mediumrare, enak banget om"
"Ayah Ridho memmang pandai kalu masalah memanggang daging nak" saut ibu Ridho dengan ramah
"Saosnya juga enak tante " saut Anggra
"Kalau tiu resep rahasia tante gra haahahahaha, kapan-kapan tante ajarin kamu ya, main kesini lagi" saut ibu dengan ramah
Setelah semua selesai mereka membereskan semuanya, Anggra sedang membantu Dina dan Dino memberekan meja kayu dan bekas panggangan, setelah itu mereka mengobrol dengan ayah Ridho.
Ridho membantu ibunya mencuci piring di dalam
"Bu, nanti kalu mau mengobrol dengan Anggra jangan malam-malam ya, kasian dia kelelahan" Ridho memberitahu ibunya
Ibunya tersenyum, beliau bahagia menemukan kembali Ridho yang khawatir terhadap orang disisinya
"Iya, mas" jawab ibu lembut
Setelah semua masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Pukul 22:30
Saat Anggra sedang membaca resume yang dikirim email oleh timnya, Ibu Ridho mengetuk pintu. Ketika di buka pintu kamar,
"Nak? Lagi sibuk ya? Tante boleh masuk?"
"Oh tante, silahkan tante, enggak te" jawab Anggra tenang
"Kamu mengerjakan sesuatu ya?" tanya Ibu
"Enggak te, cuman baca dari tim" jelas Anggra
"Bagaimana keadaanmu?" tanya ibu tiba-tiba
Anggra yang bingung dengan pertanyaan tersebut menjawab
"Baik tante, alhamdulillah sehat hehehe" jawab Anggra dengan tersenyum
"Bukan kamu, tapi 'kamu' gra, bagaimana keadaannya?" tanya ibu dengan menekan kan kata kamu kedua kalinya
Anggra yang mendapat pertanyaan tersebut terhenyak lalu menunduk, terlihat air mata menetes. Ibu Ridho segera memeluk Anggra
"Kamu boleh kok nak merasa lelah, engak harus kuat terus, kamu juga manusia" ucap ibu dengan lembut, ibu mengerti hal ini karena sejak melihat wajah Anggra di foto yang diberikan Ridho, ibu melihat ada yang berbeda dan hal-hal lain yang sulit di ucapkan. Ibu Ridho seorang psikolog
"Kamu kuat, ibu tau, kamu boleh panggil ibu juga nak, kamu dibentuk dengan keras oleh dirimu sendiri, tapi ketika kamu butuh istirahat itu enggak apa-apa. Kamu sudah terlalu terbiasa berdiri sendiri, sudah terbiasa menanggung rasa sakit sendiri "
Suara tangis Anggra pecah dalam pelukan ibu Ridho. Dia tidak mengatakan apa-apa hanya suara tangis pelan dan sedikit tertahan
"Lepaskan semua nak, ibu mau kok dengar cerita kamu, anggap ibu sahabat kamu ya, pendengarmu, enggak usah berpikir yang lain dulu, kamu juga berhak merasa tenang"
Suara tangis Anggra semakin bebas namun tetap pelan.
"Kamu sudah enggak sendiri sekarang, ada banyak orang yang sayang sama kamu dan ada buat kamu. Dan ada satu orang yang benar-benar bersedia jadi telingamu dan memberikan seluruh tempatnya untuk kamu."
Suara tangis Anggra sedikit reda
"Bahkan orang itu tadi yang untuk pertama kalinya berani bilang ke ibu, kalau mau ngajak ngobrol kamu jangan malam-malam karena kamu lelah hahahaha" canda ibu
Anggra mengusap peluh dan sisa tangisnya lalu ikut tersenyum dengan ibu
"Dia sayang sama kamu gra, dia bersedia menjaga kamu apapun yang terjadi, dia sudah menyiapkan tempat untuk kamu dan kamu hanya cukup berkata jika membutuhkanya untuk mendengarkan kamu cerita atau menjadi apapun yang kamu mau dia bersedia nak" jelas ibu dengan mengelus rambut Anggra dengan pelan
"Bahkan ketika kamu menghilang sebulan, dia sempat menangis di taman bersama ibu" jelals ibu Ridho
"Mas Ridho menangis?"
Sebulan sebelum pertemuan
Ridho mulai gelisah dan tidak dapat berppikir jernih, sudah sebulan Anggra menghilang dan tidak ada kabar. Ia menghubungi ibunya
'Assalamualikum bu'
'Iya mas, ada apa?'
Ibu Ridho merasakan ada yang berbeda dari suara anak pertamanya, terdengar sedikit gelisah dan bingung
'Ibu ada dirumah atau sedang di rumah tenang?'
'Nanti sore ibu sudah pulang mas, mas mau jemput ibu?'
'Iya bu, Ridho yang jemput ya bu'
Ridho sudah tidak tau harus bercerita kemana lagi, ia tidak bisa bercerita kepada teman-temannya. Sesampainya di rumah keluarga Jola, Ridho langsung pergi ketaman belakang, ibunya melihat wajah anak pertamanya gelisah dan bingung. Setelah makan malam selesai, Ridho membawa teh hangat untuk dibawa ke taman belakang, lalu beberpa saat kemudian ibunya menyusul dan duduk disebelah anaknya.
"Ada apa mas?" tanya ibu
"Dia menghilang bu, tidak ada kabar sama sekali" jawab Ridho
"Anggra? Sudah kamu coba menghubungi teman timnya atau keluarganya?"
"Sudah bu, dan semua jawabannya sama, mereka sudah terbiasa dengan Anggra yang hilang tiba-tiba. Ridho salah apa ya bu sama Anggra?" jelas Ridho dengan wajah tertunduk
"Kemarin waktu bertemu gimana mas?"
"Kita seneng bu, seneng banget, dia sempat masuk Rumah Sakit karena tangannya terluka, lalu kita menghabiskan waktu di rumah teman SMA ku makan bersama keluarga mereka"
"Setelah itu?"
"Tidak ada masalah bu, Cuma, keesokan harinya Anggra sudah tidak ada kabar, semua pesanku tidak ada yang dibalas bu"
"Tenang saja mas"
"Ridho sayang bu sama Anggra, aku tau banyak sekali yang belum aku tau tentang dia sejak pertama aku mengajaknya berhubungan, aku sudah bertekat untuk menjaganya bu, aku siap dengan segala resiko. Aku tau dia berbeda" jelas Ridho air matanya mulai menetes
"Tunggu saja mas, dia mungkin sedang sibuk" jawab ibu menenangkan
"Aku hanya ingin tahu keadaannya dia bu, salah ya Ridho? Entah bagaimana aku sangat tidak ingin meninggalkannya, hatiku sudah memilihnya bu"
Ibu Ridho tersenyum, lalu memeluk anaknya
"Tenang mas, jika dia sudah menganggapmu rumah yang nyaman, dia kan kembali, dia kembali dengan semua penjelasannya, dia tidak akan meninggalkanmu tanpa alasan, ibu yakin itu. Mungkin dia terlalu takut, atau dia juga sedang menyesuaikan diri"
Ridho tidak ada jawaban
"Mas pernah cerita kan sama ibu, bahwa dia senang sekali mengerjakan semuanya sendirian, hingga tidak tau batas mana dia harus berhenti. Dia butuh kamu yang kuat dan memberi tempat istirahat yang nyaman, dan memberi tahu saat dia harus istirahat, mengingatkan dia bahwa dia punya waktu untuk bahagia untuk dirinya sendiri. Ibu tau mas Ridho sangat sayang dan ingin menjaganya, jaket kesayangan mas, mas berikan kepadanya kan? Setidaknya dia masih 'bersama' mas sekarang. Yang sabar dan kuat ya mas, semua itu butuh perjuangan"
"Kalau Ridho yang berjuang sendiri bagaimana bu?" jawab Ridho dengan raut wajaah ssangat sedih
"Kalian sedang berjuang bersama mas, namun jalannya saja yang berbeda, dia memilih jalannya sendiri yang mungkin itu pilihan dia untuk membuatnya lebih kuat lahir batin, semoga saat kalian bertemu, kamu bisa mengajaknya ke jalan yang kamu buat untuknya dan membantunya"
"Doa kan Ridho ya bu, Ridho sayang dia bu"
Setelah memeluk ibunya, Ridho memilih untuk tinggal di kursi taman yang langsung dibawah langit, ibu meninggalkannya dengan perasaan sedikit tenang.
Dikamar tamu Anggra
"Mas Ridho sayang sama kamu gra, kalian sama- sama belajar dengan satu sama lain ya, ibu tau kalian bisa dan berjuang untuk hal yang sama"
Anggra mengangguk dan menghapus seluruh sisa tangisnya, ibu tersenyum melihat Anggra, dia sudah terlihat lebih tenang dan rilex dari sebelumnya
"Yasudah kamu istirahat ya, katanya besok mau diajak keliling Yogja sama Ridho " lanjut ibu
Ibu memeluk Anggra untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan kamarnya.
Esok paginya
"Dino, no, Dino, yah tau Dino enggak?" tanya Ridho kepada ayahnya yang sedang di taman belakang, ia mencari adiknya, karena biasanya Dino pagi-pagi sudah menghilang jogging, ia hanya melihat kamar adiknya yang masih tertutup rapat dan tidak bisa di buka
"Masih dikamar mungkin, tadi selesai sholat subuh dia tidur lagi" jawab ayah
Ridho segera pergi ke kamar Dino dan mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban, ia segera berlari ke samping untuk mengetuk jendela Dino, tempat tidur Dino berada tepat di sebelah jendela, dan benar saja dia tertidur dengan menutupi wajahnya dengan bantal
"Nooo, Dino bangun nooo" dengan mengetuk jendela Dino
Terlihat muka bantal Dino dan wajah sedikit kesal, setelah melihat bahwa yang membangunkannya adalah kakak pertamnaya dia langsung membuka jendela kamarnya
"Eh mas Ridho hehehe, ngapain sih pagi-pagi sudah rame"
"Kamu hari ini keluar tidak?"
"Kenapa? Mau minjem montor? Pakai saja nih, nanti diajak basket, biar aku minta jemput temanku saja"
"Oke, makasih ya no"
"Hati-hati bawa mbak Anggra nya mas hahahhahaha"
"Iyaaa" jawab Ridho dengan tersenyum
Setelah mendapat pinjaman montor, Ridho kembali ke kamarnya, mengambil jaket dan yang lain-lain. Saat Ridho turun, ia sudah melihat Anggra duduk diteras mengobrol dengan ibu yang bersiap akan berangkat ke rumah tenang namun menunggu ayah yang masih berada di taman belakang mengecek tanamannya. Ia mendengar sedikit percakapan mereka
"Iya te hahahaha" terdengar tawa Anggra
"Ridho itu begitu gra, kalau sama adik-adiknya kadang ngeselin. Tante kadang kasian juga sama Dino itu terutama pas dia kecil, sering di jailin sama masnya" terdengar suara ibunya
"Hahahhahahahahhaa terus Dino gimana te?"
"Dia lari ke arah om waktu itu pas lagi nyiram tanaman, jadi Ridhonya di siram tuh pakai air sama om, bukannya kesel malah girang dia hahahahhaa"
"Hahahahhaha"
Mendengar Anggra dan ibunya tertawa, Ridho merasa senang ia segera keluar pintu dan ikut mengobrol
"Hayooo lagi ngomongin aku ya" saut Ridho
"Loh ini yang di ceritain dateng hahahaha" saut ibunya
"Ibu nunggu ayah? Enggak minta diantar saja sama Dino bu, dari pada dia tidur terus tuh di kamar"
"Nunggu ayah saja mas, lagian kata ayah, dia juga janjian sama pasiennya yang mau pasang gigi" jelas ibu
"Yaudah, aku sama Anggra pamit ya bu, mau jadi tour gaide dia seharian hahaha"
"Iya mas, hati-hati bawa Anggra, kalau ada lecet, mas yang ibu marahin"
"Ini yang jadi anak ibu sama kakak Dino siapa sih? Tadi dino juga nyuruh hati hati sekarang ibu"
"Hahahahhahahaa" Anggra tertawa melihat jawaban Ridho
"Tuh kamu sudah lebih berharga bagi Dino dan Ibu "
Anggra dan ibu tertawa mendapat jawaban dari Ridho. Setelah mereka berpamitan, mereka berangkat. Ridho mengajak Anggra makan pagi dengan nasi kuning. Setelah sarapan ia menanyakan kepada Anggra
"Mau kemana gra?"
"Muter aja yok, kalau aku mau berhenti, kita baru berhenti, gimana, mas mau?"
"Oke setuju, jadi muter Jogja sampe kepelosok kalau kamu minta berhenti, kita berhenti ya"
"Sip" jawab Anggra dengan mengangkat dua jempolnya dengan tersenyum ceria
Ridho sebenarnya memperhatikan mata Anggra yang bengkak dan terlihat bekas menangis, namun ia tidak mau menanyakannya dan merubah suasana hati Anggra pagi ini yang terlihat ceria. Ia akan menunggu Anggra bercerita sendiri dan mebuka sedikit-demi sedikit rahasia yang dia simpan dan tertuutp rapat.
Kamu dan rahasiamu
Rahasia yang kamu kunci rapat di berbagai pintu
Aku tau kau
Aku akan membantumu jika kamu mau
Semua ,dengan perlahan dan tanpa paksaan
Mereka menikmati sekali perjalanan mereka, terkadang tangan Ridho memegang tanagn Anggra yang memeluknya, ia senang sekali bisa memiliki waktu bersama Anggra.
"Anggra ngantuk?" tanya Ridho ketika merasakan pegangan Anggra mengendur
"Sedikit, eh mas itu ada caffe kecil mampir yuk" tunjuk Anggra ke depan
Ridho melihat caffe itu, dan ternyata adalah caffe hidden placenya. Sesuai perjanjian Ridho berhenti di depan caffe tersebut dan langsung di sambut oleh kakek
"Loh mas Ridho, sudah lama kok tidak kesini, kesini lagi sudah bawa wadhon biasanya sendiri hahaha" sambut kakek
Ridho hanya tersenyum ceria, Anggra yang mendengar hal tersebut langsung menoleh kepada Ridho dengan senyum penuh tanda tanya, ia hanya membalas dengan tersenyum juga
"Bu ne, mas Rihdo datang lagi ini lo setelah libur enggak mampir" kakek memanggil istrinya
"Walahh mas Ridho sini le, itu tempat dudukmu biasanya kosong" jawab nenek yang keluar dari dapur
"Enggeh nek" jawab Ridho ramah
"Wah ini to cewekmu le, semoga langgeng yo le" saut nenek dengan mengelus pundak Ridho dan Anggra
Anggra terdiam dan tersenyum, lalu mengikuti Ridho duduk di tempatnya
'mas Ridho sering kesini?' bisisk Anggra
"Iya, sendirian, ngerjain kerjaan" jawab Ridho tenang
Lalu kakek datang dengan membawa dua gelas the jahe hangat
"Ini buat kalian berdua, semoga nduk suka nggeh, ini pesenan mas Ridho waktu pertama kali kesini " jelas kakek ramah
Anggra mengangguk dan tersneum lalu mengucakan terimaksih dengan ramah.
Anggra menyesap minuman tersebut, dan terlihat tenang dan lega sekali raut wajahnya, Ridho melihat hal tersebut ia tersenyum lalu membelali kepala Anggra
"Habis nangis ya semalam?" tanya Ridho
"Iya" jawab Anggra tersenyum
"Enggak apa-apa gra, sudah lega?"
"Lumayan Alhamdulillah"
"Kalau mau tidur, tidur saja, enggak bakal dimarahin sama nenek, aku biasanya juga ketiduran disini"
Tanpa di beri aba- aba pun, Anggra sudah terlihat tertidur di tangannya yang dia lipat di atas meja. Ridho melepas jaketnya dan memberikannya kepada Anggra, entah mengapa siang ini Yogya masih terasa dingin. Ia masih menggunakan sweternya.
Ridho memilih berjalan kebelakang caffe yang terlihat hamparan sawah, saatberjalan-jalan ia mendapat telepon dari Dina yang mengabarkan tentang acara keluaraga dadakan karena yangti nya baru saja datang dan ingi melihat cucunya mengumpul yang diakan di rumah om Budi. Saat kembali ke dalam caffe Ridho tidak menemukan Anggra, ternyata dia diajak oleh si nenek untuk membuat secang di dapur caffe. Ternyata caffe tersebut sudah memiliki karyawan dapur. Ridho mengabadikan momen ketika Anggra dan nenek terlihat akrab dan senang membuat secang bersama-sama. Mereka tidak menyadari kehadirannya di situ, ketika Ridho mendekat Anggra sedang tertawa bersama karyawan dan nenek.
"Mas dari mana? Tadi tidak ada dicari" tanya Anggra
"Kebelakang main ke sawah, kamu nyarinya enggak serius sih hahahha"
"Langsung diajak nenek buat ini, yaudah enggak jadi nyari mas Ridho hahahahaha"
Ketika secang sudah jadi dan di sajikan, nenek, kakek, Ridho, dan Anggra memilih duduk di belakang menghadap sawah
"Senang sekali melihat kalian" kata kakek
"Sebulan tidak pernah kesini, kesini sudah bawa pacar" ujar nenek dengan tersenyum
"Semoga kalian bersama terus ya nduk le, kalian terlihat melengkapi" ujar kakek
"Amin kek nek" ucap Ridho dan Anggra
Ketika matahari sudah terlihat di barat, mereka berpamitan pulang,
"Anggra, nanti malam ada cara keluarga besar ku, bagaimana kamu mau ikut?" tanya Ridho dengan wajah ragu
"Mau mas, enggak apa apa"
"Maaf ya kita enggak bisa melanjutkan trip kita"
"Bisa dilanjut di lain waktu kok mas hehehe"
Ridho tersenyum, merasa bersyukur sekali lagi ia tidak melewatkan waktu untuk mencoba bersama Anggra. Saat sampai dirumah keluarga Ridho sudah bersiap, ibu menyambut mereka dengan wajah khawatir
"Anggra, kamu enggak apa apa kan? Kamu ikut ya… maaf nduk yangti nya Ridho suka sekali dadakan begini"
"Iya te, enggak apa-apa, Anggra ganti baju dulu ya te"
"Iya nak, tante tunggu , maaf ya sekali lagi"
Setelah semua siap, mereka berangkat dalam dua mobil, Ayah Ibu dan Dina berada di mobil yang sama, Ridho, Anggra, dan Dino berada di mobil Ridho. Dan mereka berangkat beriringan, Ridho khawatir kepada Anggra yang seara tiba-tiba akan bergabung dalam acara keluarganya, terutama akan bertemu oleh yangti dari ibu, beliau merupakan ornag tua yang sangat terpandang, aura begitu kuat dan menganyomi. Ridho merupakan cucu kesayangan, dan beliau sangat berhati-hati jika bersangkutan dengan cucunya.
Sesampainya di rumah om Budi, mereka disambut dengan meriah, sudah banyak keluarga yang datang, ibu merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ketika Anggra turun dari mobil, semua tertuju padanya terlihat wajah heran dan kaget, namun semua berubah ketika ibu Ridho menggandeng Anggra dan mengajaknya masuk, beliau memperkanalkan Anggra sebagai pacar Ridho. Anggra terlihat tegang ketika semua mata tertuju padanya, Dina dan Dino selalu menemaninya dan memperkenalkan kepada saudara-saudaranya dan salim kepada yangti, Ridho sedikit tenang karena melihat respon keluarganya. Tiba-tiba ada suadara Ridho yang menyeletuk
"Kamu Anggra yang masuk berita online kemarin kan ya? Eh iya itu kamu, keren kamu mbak" celetuk Bernad
"Berita apa Nad?" tanya Ridho
"Ini mas kemarin ada berita, ada startup yang bisa dapat saham lumayan besar dari perusahaan yang B3, padahal perusahaan itu terkenal sulit buat memberikan sahamnya" Bernad berkata sambil mencari berita yang kemarin ramai dibicarakan
"Nah ini mas dho beritanya, ini mbak Anggra kan yang di foto, ini istri temanmu yang menikah kemarin kan mas?" jelas Bernad dengan wajah kagum dan ceria
"Ini benar kamu gra?" tanya Ridho
"Iya mas, itu aku sama Alif"
Secara tiba-tiba tanpa komando semua bertepuk tangan, lalu om Budi langsung mendekati Anggra untuk meminta trik bagaimana dia bisa menyakinkan perusahaan B3 untuk investasi. Wajah Anggra terlihat semakin rileks saat semua keluarga Ridho menerimanya dengan tangan terbuka dan tidak lagi melihatnya dengan wajah-wajah kaget atau heran. Saat Anggra sedang berkumpul dengan sodara-sodara Ridho, tiba-tiba Dino menghampirinya
"Mbak Anggra di panggil yangti"
Dino mengantar Anggra masuk kekamar yangti dan meninggalkan mereka berdua
"Halo nduk…., gimana kabarmu? Tenang saja jangan tegang yangti enggak ngapa-ngapain kok" yangti memberikan senyum yang menenangkan dan auranya tenang
Anggra mengangguk
"Sudah berapa lama kamu sama Ridho nduk?"
"Baru lima bulan yangti"
"Yaudah jalanin bersama ya, belajar bersama, sini dekat ke yangti" Yangti meminta Anggra untuk lebih dekat
Yangti memeluk Anggra dan mengusap kepala Anggra,
"Nduk, kamu ada keturunan ya, dari yangtimu juga, jangan terlalu mengabaikannya ya nduk itu termasuk budaya"
Anggra terdiam
"Yangti ini pernah menjadi abdi dalem pada masanya, kamu terlihat berbeda" ucap beliau
Anggra termenung
"Sini dho masuk" ucap yangti
Ridho yang telah menunggu di depan kamar yangti, masuk dan menutup pintu kamarnya. Yangti meminta mereka berdua duduk berdampingan dihadapannya.
"Ridho jaga Anggra ya, apapun yang terjadi. Dan Anggra saling ya sama Ridho" ucap yangti dengan senyum menenangkan
Beliau memegang pundak masing-masing, lalu tersenyum
"Semua belajar memahami, tidak ada yang diatas dan tidak ada yang dibawah, semua saling. Sehat hati pikiran dan badan kalian ya le nduk, yangti sayang kalian"
Setelah mengucapkan hal tersebut, beliau membentangkan tangannya dan memberikan pelukan untuk Ridho dan Anggra. Lalu mereka bertiga keluar kamar dan ikut bergabung bersama keluarga yang lain.
Anggra terlihat semakin menyatu dengan susana yang ada, Ridho tidak ingin melepaskan genggaman tangannya kepada Anggra, bahkan ketika ia duduk dan Anggra sedang berdiri mengobrol dengan sodara yang lain.
"Mbak Anggra enggak bakal hilang juga kali mas dho" celetuk Bernad yang tiba-tiba duduk disampingnya
Ridho menatap balik Bernad dengan tatapan sekilas tajam
"Oh oke oke, it's fine, she is your girl" ucap Bernad tertawa setelah mendapat tatapan dari Ridho
Anggra terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan Ridho yang selalu memainkan tangannya dan tidak mau melepasnya ketika mereka berdua. Dino mendekati mereka
"Nih mbak gra, aku suapin" Dino mengodorkan brownis kepada Anggra
"Enak no, makasih ya" ucap Anggra
Lalu Dina mendekat dan membisikan
'Mbak, kalian dapat restu ya dari yangti? Enggak biasanya lo yangti mau ketemu sama pacar mas Ridho dan privat sekali'
"Dinnaaa" ucap Ridho tiba-tiba
"Hehehehehehe kepo mas" ucap Dina
"Mas mau brownisnya? Enak lho, aku ambilin ya" ucap Anggra
"Oke," ucap Ridho namun masih memainkan tangan Anggra
"Mas" ucap Anggra
"Ya?"
"Gimana mau ngambilkan coba?"
"Oh iya" ucap Ridho sembari melepaskan genggamannya
Semua terlihat bahagia, yangti ikut bergabung di taman untuk acara barbeque. Ketika sudah terlalu larut malam, Ridho mendekati Anggra
"Gra, keretamu besok jam berapa? Pagi bukan?"
"Iya, jam sepuluh"
"Kita pulang duluan saja, kamu jangan terlalu lelah, aku akan izin ke yangti"
"Oke, izin bersama saja, sekalian berpamitan"
Mereka berdua berjalan mendekati yangti dan berpamitan. Dino ikut bersama mereka karena ia besok memiliki rencana bersama teman-temannya. Ayah, ibu dan Dina ingin menginap.
"Mas sama mbak mau pulang? Ikut sekalian ya" ucap Dino
"Yuk" ajak Anggra
Sesampainya dirumah, Dino langsung masuk kamar dan mengucapkan salam perpisahan, ia takut tidak bisa mengucapkannya karena bangun terlalu siang. Ridho mengajak Anggra bersantai di taman belakang, ia membuatkan teh hangat untuk mereka.
"Gra" Ridho membuka pembicaraan
"Hemm" jawab Anggra lalu menoleh kepadanya
"Aku apply beasiswa master ke Belanda"
"Bagus dong, semoga keterima mas" jawab Anggra tersenyum
"Amin"
Ridho menggenggam tangan Anggra, Anggra melihatnya lalu tersenyum, dia mendekatkan diri dan meletakan kepalanya di pundak Ridho. Ridho merasa begiu dekat dengannya dan terasa begitu jauh di saat yang sama. Ridho merasa terlalu memberikan hatinya kepada wanita disisinya hingga ia merasa tidak memiliki untuk dirinya sendiri lagi. Mereka menikmati malam yang tenang.
"Gra, besok hati-hati ya, kabarin aku terus ya, kamu punya aku" ucap Ridho dengan lembut
Anggra mengangkat kepalanya dari pundak Ridho dan mengambil tangan Ridho yang lain, lalu menatap Ridho dengan tersenyum. Ridho kembali menatapnya. Melihat mata hitam Anggra yang dalam dan tegas lalu lembut di saat yang bersamaan. Ia mendekatkan kepalanya lalu menciumnya dengan lembut. Anggra menerima dengan lembut dan merasakan rasa khawatir Ridho.
Aku mau mendengarkan ceritamu
Aku sudah menyiapkan diri untuk semuanya
Aku merasa dekat dan jauh secara bersamaan
Aku terlalu memberimu banyak
Namun aku tidak mau mengambilnya
Semua untuk kamu
Agustus 2022
Ridho sedang berada di Singapura ia terpilih menjadi tim delegasi UNICEF dari Indonesia, ia selalu memberi kabar kepada Anggra dan menceritakan semuanya. Saat ia demam di hari ketiga ia memberitahu Anggra dan memintanya untuk menemani beristirahat, meskipun hanya melalui video call ia merasa sangat tenang melihat Anggra berada disana. Ia melihat Anggra berusaha untuk menenangkannya dan menemaninya meskipun malam itu dia di kereta perjalanan pulang dari mengurus surat-surat wisuda di kampusnya, Anggra akan diwisuda akhir Januari, kabar itu membuat Ridho senang dan bahagia.
"Kalau mas Ridho dihari itu ada projek enggak apa-apa enggak dateng"
"Mas akan dateng gra"
"Enggak usah dipaksa kalau memang enggak bisa"
"Iya gra"
Ridho selalu memberi tahu Anggra semua jadwalnya, bukan karena Anggra memintanya, tapi entah mengapa hal itu membuat Ridho senang dan tenang. Meskipun terkadang hanya dibalas singkat oleh Anggra, ia merasa sangat senang, ia tahu Anggra adalah manusia ter dingin yang belajar untuk menjadi hangat untuknya, Ridho tidak memaksanya untuk hangat kepadanya dan semua orang, semua pilihan ada ditangan Anggra dan ia akan menghargai semuanya. Dan saat itu pula Ridho berjanji pada dirinya untuk datang ke acara wisuda Anggra.
Saat hari terakhir di Singapura, ia melepon Anggra namun tidak ada jawaban, ia mengulangi teleponya lalu dimatikan oleh penerima. Ia menerima pesan dari Anggra
'Maaf enggak bisa angkat, aku dirumah besar , ayah meninggal'
Ridho kaget, Anggra tidak pernah menceritakan tentang Ayahnya, saat ditanya pertama kali tentang hal tersebut dia selalu menjawab 'enggak ada cerita' dan sejak saat itu Ridho tidak pernah menanyakan tentang hal tersebut. Namun saat menerima pesan tersebut Ridho segera berkemas dan mengganti jadwal penerbangannya yang seharusnya nanti malam ia mengganti dengan jadwal yang dapat menerbangkan dirinya pulang secepatnya. Ia memberi kabar ibunya tentang berita duka tersebut saat perjalanan menuju bandara, dan saat pesawat akan berangkat ia menerima balasan dari bundanya yang mengabarkar bahwa Anggra baik-baik saja dan terlihat sedikit tegang saat beliau vidio call, ibunya berpesan agar Ridho segera berada disampig Anggra secepatnya.
Keesokan harinya ia telah sampai di rumah duka melalui petunjuk lokasi yang Anggra kirimkan. Disana ia melihat Anggra yang sedang duduk bersama ponakannya dan saudara sepupunya mas Sana, ada ibunya Anggra dan kakak kandung Anggra, Lintang. Ketika mendekat dan mengucapkan salam Anggra menyambutnya dan langsung memeluknya, lalu ia dibawa menemui bunda dan kakak kandungnya, lalu kepada semua keluarga dari ayahnya.
"Ini mas tehnya, istirahat aja dulu di rumah diantar mas Sana"
"Enggak usah, aku disini saja sama kamu"
Anggra terdiam lalu berkata
"Yasudah aku bilang ke mas Sana agar koper dan tas mu saja yang di bawa ke rumah"
Ridho melihat raut wajah Anggra yang datar dan tegas secara bersamaan, lalu membiarkannya pergi untuk menemui mas Sana. Ia keluar dari kamar yang kata Anggra, kamar tersebut dulu menjadi kamarnya. Ia bertemu dengan saudara-saudara Anggra dari ayahnya. Saat berbincang bersama kak Lintang, tiba-tiba bude Angggra dari ayahnya ikut mengobrol
"Kamu pacarnya Anggra ya mas?" tanya bude
"Iya tante"jawab Ridho
"Ketemu dimana sama Anggra?" bude
"Di Jogja tante waktu Anggra ngerjain nikahan temen saya" Ridho
"Ooo gitu, jelas dia sekarang sombong enggak mau tuh sekarang main main kesini, mainya aja sudah jalan-jalan" kata bude
"Anggra enggak jalan-jalan bude, Anggra kerja, dan alhamdulillah dia bisa kerja sambil jalan-jalan, untung adik saya kuat" jawab kak Lintang dengan nada tegas
Ridho kaget berada di situasi tersebut dan tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi, ia menebak pasti ada yang terjadi selama ini sehingga membuat reaksi kak Lintang begitu tegas dan keras. Setelah mendapat jawaban dari kak Lintang, bude tersenyum sinis lalu melanjutkan 'mewawancarai' Ridho
"Kerja apa kamu nak? Sama kayak Anggra ngurusin orang"
"Iya tante, ngurus orang, lebih tepatnya ngurus pembuatan rumah orang"
"Ooo kamu tukang bangunan? Jelas badannya besar tinggi"
Ridho hanya tersenyum, lalu melirik ke kak Lintang, kak Lintang pun menahan senyum, lalu memberikan anaknya Ramdhan yang digendong kepada Ridho dan menyuruhnya untuk menaruhnya di kamar tamu atau tetap ia gendong terserah kata kak Lintang. Ridho memilih untuk membawa balita keponakan Anggra yang tertidur tersebut ke kamarnya dan menemaninya disana. Ia mengajak berbicara balita yang sedang tertidur pulas tersebut
"Ada apa sih dek disini? Om enggak ngerti, semua terpotong-potong"
Si balita bergerak sedikit, dan Ridho segera menenangkannya, lalu melanjutkan curhat kepadanya
"Menunggu tante Anggramu cerita dengan sabar dek, om sayang sama tante Anggramu, suruh dia cerita ke om Ridho ya kalau sedih, bilangin jangan dipendam sendiri"
Ridho tidak menyadari keberadaan Anggra di depan pintu dan mendengarkan semua curhatan Ridho kepada balita yang sedang tidur
"Iya om, akan aku beritahu tante Anggra, tapi menunggu aku bisa ngomong ya om hehehe"
Ridho menoleh dan mendapati Anggra yang sedang berdiri menyender di pintu. Ridho langsung bertaya kepadanya
"Bagaimana keadaanmu?"
"Curhat ke balita enak ya, enggak dapat sanggahan"
"Anggra…." Panggil Ridho pelan
"Apa" jawab Anggra
"How are you?"
"I am good" jawab Anggra dengan tersenyum tipis
"You are not"
"Gimana tadi dikatain tukang bangunan sama bude? Sakit enggak?"
"Enggak, sudah biasa sama anak-anak juga gitu dibercandain "
"Semua akan biasa pada waktunya ya hahahaha" jawab Anggra
"Kenapa gra?" tanya Ridho kali ini dengan memegang pundang Anggra
"How do you feel when that human make you down, and than when you try to survive, she always try to make you down? How do you feel when she can't make you down, she try to make people you love down? How do you feel when you finally happy and safe, she try to make you and people around you down in the same times? HOW DO YOU FEEL RIDHO?1" jawab Anggra dengan nada penuh amarah dan sedikit berteriak
Balita yang sedang tertidur, sedikit terbangun dan terlelap kembali, bunda Anggra lewat dan melihat hal tersebut, beliau melihat kepada Ridho dan mengangguk, Anggra membelakangi pintu dan tidak tau bahwa bunda berada disana, lalu mengambil cucunya tersebut dari kamar tamu lalu membawanya ke kamar tamu beliau.
Ridho menutup pintu kamarnya, lalu memeluk Anggra yang sedang tergoncang dan menggenggam jempol tangannya hingga berwarna biru. Ridho berusaha melepaskan jempol tangan Anggra agar telari darah, lalu ia menggam tangan Anggra agar tidak menyakiti telapak tangannya sendiri.
"You strong girl gra, I know you, you always stay cool, always brave what ever world do to you"
Anggra menangis dalam pelukannya, itu pertama kalinya ia melihat wanitanya meneteskan air mata dengan begitu penuh emosi dan ia tidak tahan untuk melihatnya, Ridho berusaha untuk menenangkan hatinya. Mungkin satu pintu sudah terbuka untukku, pikirnya, apakah semua pintu akan se meledak ini? apakah semua pintu jika terbuka membuat wanitanya seperti ini? Jika iya, Ridho merasa bimbang untuk membuka semuanya, ia tidak mau melihat wanitanya seperti ini, namun ia harus mengetahui hal tersebut untuk menghadapinya.
"But you have me now gra, you can tell me everythings"
Anggra membalas pelukannya. Ia memeluk Anggra hingga benar-benar dia tenang dan hingga ia tertidur dalam pelukannya. Ridho menggendong Anggra ke tempat tidurnya dan memberikan jaketnya untuk selimut Anggra. Lalu ia keluar kamar berpapasan dengan kak Lintang.
"Anggra mana?"
"Itu kak, tidur"
"Oyasudah, terimakasih ya dho kamu kesini, temani Anggra ya dho, kakak titip Anggra"
"Iya kak"
"Terimakasih banyak dho, biarkan dia tidur, dari kemarin dia enggak tidur"
"Iya kak"
"Berapa hari kamu disini dho?"
"Sampai Anggra tenang kak kalau bisa"
"Terimakasih dho, semoga kamu bisa disini hingga 'rapat' diadakan, Anggra butuh dukunganmu"
"Rapat?"
"Iya, sudah kamu jaga Anggra saja, apapun yang terjadi kamu di samping Anggra ya. Oh iya ini dari Sana kunci montornya Anggra"
Ketika hari menjelang sore, Anggra baru terbangun, Ridho menemukannya sudah duduk di sofa teras. Saat ia akan menghampirinya dan mengambil air minum di meja taman, Zumi sudah duduk di sebelah Anggra
"Tante tadi kenapa menangis? Tante jangan nangis ya nanti Zumi sama Ramdhan enggak ada yang ngajak main, itu mata tante jadi bengkak kan" celoteh Zumi
Anggra hanya tersenyum lalu memeluk ponakannya, Ridho tersenyum melihat hal tersebut lalu mendekati mereka berdua
"Om Ridho ya te yang bikin tante nangis? Om Ridho marah ke tante? Om jangan nakal"
"Enggak, bukan om mi yang ngebuat tantemu nangis"
"Terus siapa? Tadi Zumi ngeliat om peluk tante nangis, om berbohong ya sama Zumi"
"Enggak Zumi, bukan om"
Anggra tertawa melihat Ridho yang bertengkar dengan Zumi, mereka terlihat seperti dua anak kecil yang merebutkan sesuatu
"Bukan om Ridho mi, tolong ambilkan tante kue di belakang ya, bilang ke ibumu tante yang minta tolong kamu"
"Siap te" jawab Zumi seranya berlari
Anggra masih terlihat tersenyum
"Nih minum, Zumi memang banyak bicara ya?"
"Iya"
"Kamu betah banget makannya dengerin omelan klient, latihanmu saja sama Zumi"
"Iya juga ya hahahahha"
"You need anything else?"
"Enggak, kamu disni sudah lebih dari cukup" ucap Anggra dengan tatap kosong kedepan
Untuk pertama kalinya Ridho mendengar kalimat tersebut dari Anggra, kalimat permintaan meskipun tersirat namun penuh dengan makna.
"Okey, aku disini sampai semua selesai"
"Terimakasih banyak ya dho" ucap Anggra dengan tersenyum melihatnya
Lalu mulai banyak para tetangga datang untuk membantu acara pengajian malam, setelah acara pengajian, mereka ditugaskan untuk mengantar hantaran ke rumah-rumah saudara, tugas tersebut selalu diberikan kepada mereka oleh kak Lintang. Hingga malam pengajian ketujuh saat selesai mengantarkan semua hantaran
"Mas, jangan langsung pulang ya"
"Enggak, ak enggak langsung pulang besok"
"Sekarang, jangan langsung balik ke rumah dulu yuk"
"Mau kemana? Sudah memberi kabar orang rumah?"
"Enggak tau, sudah tadi bilang ke kak Lintang sama mas Sana"
"Yaudah ayo, ini kotamu, kamu yang tau"
"Naik gunung yuk, besok pagi setelah matahari terbit kita pulang"
"Gunung mana gra? Mana ada gunung"
"Tengok ke selatan, ada gunung kecil kan disana, naik yuk, nih ikutin Gmaps aja"
"Whats wrong with you gra?"
"Enggak ada, cuman mau naik aja, sudah sejak lama aku di kota ini tapi engga pernah naik gunung itu"
"Kamu enggak kurang jaketnya?"
"Ambil jaket dulu ke rumah kak Lintang, aku tadi dibawain kuncinya"
Saat mengambil jaket dan topi di rumah kak Lintang, Ridho menunggu di teras. Ia mengabari mas Sana
'Mas, Anggra ngajak naik gunung tiba-tiba, dia kayak tertekan gitu'
'Enggak apa-apa, ikuti aja, jaga adikku ya'
'Iya mas'
Ridho tidak mengerti apa yang terjadi di keluarga ini, mengapa saudara-saudara dekat Anggra terlihat melindungi Anggra sekali. Saat Anggra sudah siap dan memberikan jaket kepadanya, ia hanya tersenyum dan memeluknya
"Sudah siap gra?"
"Yuk"
Mereka benar-benar ke gunung tersebut dan menikmati cahaya kota dari atas, hingga matahari terbit pun. Ridho melihat Anggra tidak sekalipun tertidur, namun matanya menunjukan bahwa dia lelah. Selesai melihat matahari terbit, mereka langsung kembali ke rumah besar.
Ketika mereka sampai, semua keluarga besar ayah Anggra sudah berkumul di ruangtamu, termasuk ibu dan kak Lintang, Zumi dan Ramdhan bersama ayahya bermain di taman, di teras ada mas Sana dan mengajaknya duduk disebelahnya.
"Anggra, masuk sini nak" ajak Pakde pertama
Anggra masuk ke ruangtamu yang telah berkumpul melingkar semuanya. Selesai salam pembukaan, Ridho mulai paham bahwa hari ini 'Rapat' yang dimaksut kak Lintang sedang berlangsung. Ridho mendengar semuanya dan tercengang akan apa semua yang didengar, semua terlihat memandang rendah keluarga inti Anggra dan membicarakan warisan dan hutang ayah Anggra padahal belum masuk 40 hari kematian.
Setelah semua dengan menggebu-gebu membicarakan semuanya. Terdengar suara Anggra yang tegas dan dalam
"Sudah semuanya? Panjenengan sedoyo sampu ingkang nipun ngendikan?[1]"
Tidak ada yang menjawab
"Oke sekarang waktu saya dan keluarga kami yang berbicara, terimaksih atas waktunya"
Tidak ada yang menyela
"Saya disini sebagai Anggra yang sudah dewasa menurut hukum dan berlegalitas untuk berbicara, inti dari semua yang anda sekalian bicarakan adalah tentang masalah harta gono gini. Jika kalian semua menginginkan hal tersebut, ambil saja semuanya, kami, bunda, kakak, saya, dan adik saya insyaallah sudah memiliki tabungan yang cukup, tenaga yang lebih, dan otak yang encer untuk menghidupi kami sampai akhir hayat. Terutama kepada anda Bude, terimakasih sudah menguji kesabaran kami selama berada dirumah ini eh bukan, selama bude melihat kami bahagia dan tenang bude merasa terusikkan? Dengan ini saya menyatakan kami sudah tidak ada ikatan dengan bude dan saya harap anda tidak lagi mengganggu ketenangan keluarga saya. Terimakasih."
Ridho kaget dan terpesona dengan Anggra yang terlihat begitu tangguh dan berani berbicara secara lantang, setelah mendengar Anggra selesai berbicara, ia melihat Anggra berdiri di ikuti oleh bunda, kak Lintang, dan adik Anggra. Sesampainya di teras, Anggra langsung mengajak pergi dari rumah besar, mas Sana langsung meyiapkan mobil. Saat berjalan menuju montor diparkir, Ridho mengandeng tangan Anggra yang dingin dengan erat. Anggra pamit kepada kak Lintang untuk pergi dulu dengannya. Saat diperjalanan Anggra mengucapkan
"Terimaksih sudah berada disana dan membuatku kuat"
Hingga malam pun mereka memutuskan untuk makan di pujasera yang seperti di Jogja, Anggra menghubungi keluarganya jika mereka ingin bergabung dengan mereka, kak Lintang mengatakan akan segera menysul mereka.
Ketika semua berkumpul, semua terasa biasa saja seperti tidak ada kejadian apapun sebelumnya, kak Lintang dan suaminya bersama Zumi dan adiknya, lalu mas Sana dan adik Anggra, mereka bercanda dan berbincang seperti keadan tidak ada apapun. Ridho melihat Anggra tertawa dan membawa suasana bahagia di anatara mereka. Malam itu Zumi begitu ingin sekali dekat dengan Ridho, hingga makan pun ingin di suap Ridho
"Om dho, suap Zumi ya, Zumi janji makan cepet" kata Zumi
"Halahh kamu mi mi" kata kak Lintang
"Enggak usah sama melihat gawai, pokoknya Zumi pengen di suap om Ridho" rajuk Zumi
"Iya iyaa, sini mi deket om, gra geser gih sayangnya om mau di suap"
Zumi terlihat terpesona oleh kata-kata Ridho, pipinya terlihat merah merona
"Tante minggir, Zumi mau sama om Ridho"
Semua tertawa melihat celotehan Zumi dan Ridho. Ridho merasakan suasana hangat sekali di keluarga ini, ia merasa seperti telah menjadi bagian diantara mereka.
"Mas Ridho, sudah memberi kabar ibu?" tanya bundanya Anggra
"Sudah te"
"Gimana kabar ibu mas?"
"Alhamdulillah sehat te, kemarin barusan telepon juga"
"Masih lama kamu disini dho?" tanya suami kakak Lintang
"Insyaallah, dua hari lagi pulang mas"
"Aku juga akan berangkat lagi bersama mas Ridho ke Surabaya" kata Anggra
"Besok ikut yok, ke luar kota, main sebentar"
"Kemana mas?" Tanya Anggra
"Jalan-jalan aja deh pokoknya" jawab kak Lintang
"Ayok mas" jawab Ridho
"Jam sepuluh ya ngumpul di rumah" jawab suami kak Lintang
Semua menyetujui.
Setelah semua selesai makan, Ridho mengantarkan Anggra pulang. Saat di perjalanan
"Kamu kayak matahari ya gra"
"Maksutnya?"
"Kayak matahari, segelap apapun, semendung apapun keadaan, tetap mencoba memberikan cahayanya"
"Mungkin tugasku di dunia memang harus begitu, pikiran dan tubuhku sudah refleks mungkin melakukannya"
"Kalau hatimu bagaimana?"
"Kurang tau" jawab Anggra pendek
Tangan Anggra melingkar di pinggang Ridho, Ridho memegangnya erat
"Kalau butuh aku bilang ya jangan sungkan, kalau mau istirahat ya istirahat. Kamu manusia juga gra, tidak semua harus cepat dan sempurna, matahari saja juga ada waktu istirahat, semua ada proses dan jika sudah waktunya untuk kamu, maka akan diberikan"
Anggra tidak menjawab, dia hanya diam dan meng ngeratkan pelukannya kepada Ridho lalu mencium pundak Ridho.
"Terimakasih sudah mau menjadi rumah buat Anggra dan mengajak aku belajar, mas"
Hanya itu yang keluar dari mulut Anggra hingga mereka sampai di rumah kak Lintang.
Aku mengatakan kepadanya bahwa dia juga manusia
Dia juga memiliki hati yang patut untuk di jaga
Dia memiliki hati yang terkadang dia acuhkan agar kuat
Aku mengatakan kepadanya
Aku disini untuk kamu dan hati yang seutuhnya untuk istirahat
[1] Sudah semuanya? Kalian semua sudah kalau bicara?